Rohaniwan Konghucu, Andi Gunawan mengatakan, dalam perspektif Konghucu, agama sebagai pembimbing. Hal itu ia sampaikan dalam Dialog Lintas Agama yang digelar oleh FKUB Provinsi Jawa Tengah, Yayasan Tasamuh Kudus, dan Gerbang Watugong Semarang, 10 Mei 2021.
“Agama adalah pembimbing, sebagai sarana, sebagai inspirasi, bagaimana kita mencapai perdamaian dunia. Jadi, dalam konsep kami, bahwa diri kita yang terbina dengan baik itu, akan membuat rumah tangga akan beres. Dan kemudian rumah tangga yang beres, yang terbina dengan baik, akan membuat negara ini beres, damai. Dan tentunya ketika negara-negara damai maka, konsepnya adalah dunia akan menjadi damai,” katanya dalam acara bertema “Agama Inspirasi dalam Memperteguh NKRI” itu.
Menurutnya, bentuk konkret dalam memperteguh NKRI adalah berbakti. Berbakti sendiri dimulai dari sisi yang paling sederhana yaitu berbakti kepada keluarga. “Jadi, kita omong kosong mau berbakti kepada negara ketika kita belum bisa berbakti sama keluarga sendiri,” katanya.
Menurut Andi, berbakti dimulai dari lingkungan yang paling kecil yakni keluarga. “Dari keluarga-keluarga yang damai tadi, konsep kita adalah akan membentuk satu negara yang baik,” jelasnya.
Bagi Andi, cinta kepada negara atau bakti kepada negara harus semakin ditekankan terutama kepada generasi muda. “Ya, salah satunya tadi telah dikatakan adalah menjunjung Pancasila dalam praktek-praktek nyata kehidupan,” katanya.
Andi juga mengatakan, agama bukan sebagai penyekat tetapi sebagai perekat. “Jadi, konsep-konsep bakti kepada negara inilah yang harusnya kita tekankan di era sekarang,” katanya.
Berbakti, bagi Andi, adalah pokok bagaimana kita mengembangkan agama. “Dimulai dari keluarga yang paling sederhana, kemudian keluarga-keluarga yang baik ini tentunya akan membentuk satu negara yang baik. Nah, menjaganya adalah dengan semangat bakti. Semangat menjalankan, melanjutkan nilai-nilai yang baik, yang telah dibangun oleh leluhur. Kalau di keluarga tentunya oleh leluhur kita yang telah meninggal,” katanya.
Sedangkan bakti pada negara adalah dengan menjalankan nilai-nilai baik yang telah diwariskan para leluhur. Para pahlawan, pendahulu, pinisepuh telah meletakkan landasan persatuan-kesatuan yakni Pancasila. “Inilah yang harus kita lanjutkan dalam semangat api kepada negara,” katanya.
Andi pun mengatakan, tanah air harus dijaga dari generasi ke generasi dan tidak boleh ditinggalkan hanya karena pertimbangan pribadi.
Tantangan saat ini adalah bagaimana menciptakan semangat mencintai negara pada generasi milenial. Cara yang ditempuh pun disesuaikan peran, fungsi, maupun posisi yang sedang kita jalankan sekarang.
“Sebagai guru tentunya bisa berperan untuk mendidik yang baik. Sebagai tokoh agama saya yakin Bapak-Ibu di sini adalah semua teladan-teladan yang baik. Inilah yang harus kita tekankan bagaimana semangat bakti ini menjadikan bangsa ini tetap terjaga dan tentunya, Pancasila sudah menjadi harga mati,” katanya.