Menghargai Makanan sebagai Anugerah Tuhan

Makanan adalah salah satu anugerah Tuhan yang membuat manusia hidup dan memungkinkannya menjalankan kehidupan dengan aneka karya dengan baik. Namun, tak sedikit sebagian dari masyarakat kita masih kurang menghargai anugerah pangan dan makanan. Alih-alih memanfaatkannya dengan baik, yang terjadi adalah membuang-buang makanan dengan sia-sia. Ini melukai kaum miskin yang masih kekurangan makanan.

Dalam acara Rosario Earth Hour, 22 Maret 2025, secara daring, Romo Ignatius Ismartono SJ menyampaikan renungannya akan dengan menekankan pentingnya menghargai anugerah makanan.

Berikut ini adalah renungan lengkapnya.

Saudara-saudari kita mulai renungan ini dengan menonton film dokumenter “Waste of Tasted”. Film ini mengungkap bagaimana banyaknya bahan pangan dan makanan yang terbuang di dunia dan di Indonesia, dampaknya terhadap lingkungan dan sosial serta bagaimana kita bisa mengubah pola pikir dan kebiasaan kita terkait konsumsi makanan.

Limbah pangan dihasilkan dari mulai proses, pasca panen, distribusi, pengolahan dan konsumsi. Film ini menunjukkan betapa banyak bahan pangan dan makanan yang terbuang setiap hari. Sementara di sisi lain masih banyak orang yang kelaparan.

Para pegiat pangan, ahli kuliner dan aktivis lingkungan dalam film ini berusaha mencari solusi agar makanan yang tersisa tidak sia-sia. Mereka mengajarkan cara memanfaatkan bahan makanan secara maksimal dan mengolahnya menjadi hidangan lezat dan bernutrisi dan mengurangi limbah pangan secara kreatif.

Makan adalah salah satu kenikmatan yang Tuhan berikan kepada manusia. Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa kenikmatan makan adalah anugerah Tuhan. Makanan tidak hanya memberikan nutrisi bagi tubuh, tetapi juga menghadirkan kebahagiaan, kebersamaan dan rasa syukur. Namun, kita harus selalu ingat bahwa kenikmatan ini harus disertai tanggung jawab. Makan untuk hidup tapi dengan bijaksana.

Manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Tetapi, makan bukan hanya soal memenuhi kebutuhan pribadi. Melainkan juga tentang keseimbangan. Tubuh kita tetap sehat jika kita mengkonsumsi makanan yang bergizi. Dan sesama manusia juga dapat hidup jika mereka memperoleh makanan yang

layak. Oleh karena itu, makan harus dilakukan secara bijaksana, cukup, sehat dan tidak berkelebihan.

Konsumsi Pangan Lokal Beragam Dan Rendah Emisi

Negeri kita kaya akan keberagaman sumber pangan. Akan tetapi juga sedang terancam karena adanya fungsi alih lahan, perubahan iklim, perubahan pola konsumsi dan impor pangan dari luar negeri.

Mari kita berusaha lebih mengenal dan menyayangi serta mengkonsumsi pangan lokal yang ada sesuai potensi daerah kita. Dengan mengonsumsi pangan yang berasal dari daerah kita, maka kita sudah membantu petani, peternak dan nelayan, produsen pangan lokal dan mengurangi emisi karbon sekaligus merawat keragaman sumber pangan anugerah yang diberikan oleh Tuhan di Nusantara.

Pertimbangan pertama, makanan sehat baru makanan nikmat. Dalam memilih makanan, pertimbangan utama adalah kesehatan. Makanan yang sehat memastikan tubuh kita mendapatkan nutrisi yang cukup dan mencegah berbagai penyakit. Setelah kesehatan terpenuhi, kita bisa menikmati cita rasa makanan. Menjadikan makanan sehat yang beragam, aman dan bersumber dari pangan lokal sebagai prioritas juga berarti kita menghargai hidup dan tidak hanya mengikuti kesenangan lidah semata.

Membuang Makanan Berarti Mencuri Dari Orang Miskin

Dalam Laudato Si’ nomor 50, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa membuang makanan sama dengan mencuri makanan dari orang-orang miskin. Makanan yang terbuang seharusnya bisa memberi makan mereka yang kelaparan. Ini adalah panggilan moral bagi kita untuk lebih bertangung jawab dalam mengelola makanan. Tidak mengambil lebih dari yang kita butuhkan dan mencari cara agar makanan yang berlebih tidak terbuang sia-sia. Mendukung para ahli kuliner untuk makanan sehat, nikmat dan hemat.

Kita patut mendukung para pegiat pangan dan inovator kuliner yang berusaha menciptakan hidangan yang tidak hanya lezat, tetapi juga beragam, bersumber dari pangan lokal, aman dan sehat serta hemat. Mereka berkontribusi dalam

mengurangi limbah makanan dengan mengolah bahan pangan secara maksimal

menggunakan metode memasak yang ramah lingkungan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghargai makanan.

10 Tahun Laudato Si’ dan Harapan Masa Depan

Tahun ini Laudato Si’ berusia 10 tahun sejak diterbitkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2015. Ensiklik ini telah menjadi panggilan bagi kita semua untuk lebih mencintai dan menjaga bumi sebagai rumah bersama.

Semoga untuk tahun-tahun yang akan datang Laudato Si’ tetap menjadi pedoman dan dorongan bagi kita semua untuk semakin mencintai bumi, mengelola sumber daya dengan bijaksana dan berbagi dengan sesama.

Mari kita lebih sadar dalam menghargai pangan dan makanan. Mari kita mulai dari diri kita sendiri dengan makan secukupnya, memilih pangan yang beragam,

bersumber dari potensi lokal, menjadikannya makanan yang aman dan sehat dan tidak membuang makanan. Dengan begitu kita ikut serta dalam menjaga lingkungan, menegakkan keadilan sosial dan mensyukuri berkat Tuhan dengan tindakan nyata. Marilah Saudara-saudari, kita tutup dengan doa.

Ya Tuhan, Engkau telah memberikan negeri kami keragaman sumber pangan dan menjadikannya sebagai makanan, sebagai anugerah bagi kami. Ajarilah kami untuk

menghargai setiap makanan yang kami terima, membagikannya dengan sesama dan tidak menyia-nyiakannya. Semoga kami selalu ingat bahwa di dalam setiap makanan ada kasih-Mu dan keadilan-Mu. Dan semoga ajaran Laudato Si’ terus hidup di hati kami, membimbing kami untuk semakin mencintai bumi dan semua ciptaan-Mu.

Amin.

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *