
Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ
Yang Dapat Kita Teladani Dari Maria
Yang dapat kita teladani dari Bunda Maria adalah ketaatan imannya. Taat dalam relasinya dengan Allah. Maria taat kepada Sabda Allah yang dibawa oleh Malaikat Gabriel. Ketika diimani bahwa Allah bersabda dengan perantaraan Malaikat Gabriel, seperti tertulis dalam Injil Lukas: “Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.” (Luk 1:26-27). Sehingga yang ditaati Maria adalah Allah sendiri. Yang disampaikan oleh Malaikat adalah kehendak Allah sendiri. Apakah yang menjadi kehendak Allah?
Ada dua hal yang dirumuskan oleh Injil Lukas. Isi pokoknya disampaikan oleh malaikat, katanya: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:31-33). Yang kedua adalah penjelasan bagaimana itu akan terlaksana, karena Maria menanyakannya. Malaikat menjawab: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk 1:35).
Ajaran Gereja mengenai ketaatan iman berbunyi demikian: “Taat dalam iman berarti menaklukkan diri dengan sukarela kepada Sabda yang didengar karena kebenarannya sudah dijamin oleh Allah, yang adalah kebenaran itu sendiri. Sebagai contoh ketaatan ini, Kitab Suci menempatkan Abraham di depan kita. Perawan Maria melaksanakannya dengan cara yang sempurna.” (KGK 144)
Ketaatan Maria terungkap dalam kata-katanya: “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Sejak itulah Maria mengandung Yesus, dan Maria menjadi Bunda Allah, karena yang dikandung adalah Allah Putra yang menjelma menjadi Manusia, dan Dialah yang akan menebus dosa manusia. “Ia yang dikandungnya melalui Roh Kudus sebagai manusia dan yang dengan sesungguhnya telah menjadi Puteranya menurut daging, sungguh benar Putera Bapa yang abadi, Pribadi kedua Tritunggal Mahakudus. Gereja mengakui bahwa Maria sesungguhnya adalah Bunda Allah” (Theotokos, yang melahirkan Allah). Bdk LG 56. (KGK 495)
Menjadi Bunda Penebus, itulah panggilan hidupnya selanjutnya. Tetapi bagaimana konkretnya Maria belum tahu. Meskipun demikian ia menyanggupinya. Ia saat itu pun tidak tahu bagaimana dengan Yusuf tunangannya. Semuanya diserahkan pada Allah yang tentu akan mengaturnya. Benar juga. Yusuf yang sudah berencana menceraikan Maria secara diam-diam karena melihat bahwa ia telah mengandung, didatangi malaikat dalam mimpi yang mengatakan jangan takut mengambil Maria sebagai istri, karena anak yang ada dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Bahkan Yusuf diminta menamai dia Yesus karena Ia yang akan menyelamatkan manusia dari dosa mereka. (bdk. Mat 1:18-21). Setelah peristiwa itu Yusuf lalu mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf pun sadar bahwa ia dipanggil untuk menjadi pengasuh bagi Maria dan Yesus. Ini panggilan barunya baik bagi Maria maupun khususnya Yusuf, setelah bertunangan, yaitu menjadi orang tua Yesus, dan mengasuhnya dengan kasih sayang seorang ibu dan bapak asuh. Ternyata tidak tanpa penderitaan. Yesus lahir dalam perjalanan untuk sensus penduduk di Betlehem. Ternyata tak ada penginapan yang menerima, karena tidak mampu membayar mahal. Sehingga Maria melahirkan Yesus di kandang hewan, membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya di atas palungan. (Lihat Luk 2:6-7). Tetapi juga ada hiburan, dengan datangnya para gembala yang menceritakan bahwa mereka diberi tahu oleh Malaikat, bahwa telah lahir bagi kita Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan di kota Daud. (bdk Luk 2:8-17). Disusul datangnya 3 sarjana dari Timur, yang datang dituntun oleh bintangnya yang tampak di langit. Mereka datang untuk menyembah raja orang Yahudi dan membawa persembahan yang penuh makna, yaitu emas, kemenyan dan mur. (lihat Mat 2:1-12). Panggilan sebagai ibu Tuhan mulai terkuak, dan Maria merenungkan dalam hati. Tetapi hiburan rohani tersebut segera diikuti berita menakutkan: Herodes yang terkejut bahwa ada raja baru lahir dan bintangnya kelihatan, mencari untuk membunuhnya. Malaikat memberi tahu Yusuf agar segera melarikan Yesus dan ibunya ke Mesir, dan supaya tinggal di sana sampai Herodes wafat (Lihat Mat 2:13-15). Keluarga Kudus lalu hidup dalam pelarian, dan pengungsian di negeri orang, sambil menunggu Malaikat memberitahu kapan mereka boleh pulang ke Nasaret.
Periodisasi Pengalaman Sebagai Ibu Yesus
- Kelahiran dan masa balita Yesus.
Di atas telah dikisahkan panjang lebar. Yang masih dapat ditambahkan adalah: Yesus dibawa ke Kenisah Yerusalem untuk dipersembahkan sebagai anak sulung. Ini juga suatu ketaatan kepada Hukum Taurat. (lihat Luk 2: 21-40). Mereka berjumpa dengan Simeon dan Hana. Simeon menyambut kanak-kanak Yesus lalu berdoa: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Luk 2:29-32). Betapa hati Maria dan Yusuf tersanjung, karena Yesus disebut sebagai keselamatan yang dari Allah, yang disediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat Israel. Tetapi selanjutnya kata-kata Simeon yang ditujukan kepada Maria sangat mengejutkan, kurang jelas artinya, tetapi mengerikan juga, karena dikatakan: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35). Yang jelas Maria harus berduka secara mendalam. Mengapa? Kemudian Hana nabi perempuan juga menyambut kanak-kanak Yesus dan “mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.” (Luk 2:38). Yesus kelak akan membebaskan Yerusalem?
- Masa Remaja Yesus.
Pada umumnya dalam keadaan tenang dan damai. Kecuali ada peristiwa yang menyusahkan orang tuanya, karena Yesus hilang ketika pulang dari kunjungan tahunan ke Yerusalem. Selama tiga hari Yusuf dan Maria mencarinya. Tetapi akhirnya ketemu di Kenisah, sedang bercakap-cakap dengan para alim ulama (bdk Luk 2:42-51). Yang tentu sangat mengejutkan adalah jawaban Yesus kepada kata-kata ibu-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” (Luk 2:49). Jawab Yesus kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Luk 2:50). Tentu saja mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (bdk.Luk 2:51).
- Masa Yesus mulai tampil.
Kiranya Maria tahu juga ketika Yesus pergi ke tempat Yohanes Pembaptis untuk minta dibaptis di sungai Yordan (lihat Mat 3:13-17), kemudian ke padang gurun untuk bertapa berpuasa tidak makan dan minum selama 40 hari dan digodaai setan (lihat Mat:4:1-11). Memang ini sebagai persiapan untuk mengumpulkan murid-murid dan mulai mengajar. Maria masih berkesempatan mengajak Yesus ke perayaan pernikahan di Kana. Ketika tuan rumah sudah kehabisan anggur padahal pesta belum selesai, Maria tanggap akan situasi tersebut dan percaya bahwa Yesus dapat berbuat sesuatu. Dengan permintaan Maria, Yesus yang mengatakan waktunya belum tiba, namun Dia mengubah air di tempayan-tempayan menjadi anggur yang amat lezat. Maria yakin bahwa Yesus mampu membuat mukjizat apapun, karena malaikat Gabriel dulu mengatakan: “… Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:31-33).
Tetapi beberapa waktu kemudian Maria juga mendengar bahwa Yesus ditolak ketika mengajar di Sinagoga di Nazaret. (bdk. Yo 4:16-30). Di banyak tempat lain sebaliknya, Ia menyembuhkan orang sakit, yang lumpuh dapat berjalan, yang buta dapat melihat, yang sakit kusta dibersihkan. Bahkan yang mati dibangkitkan, dan yang kerasukan setan, diusirnya setan dari padanya. Para orang Farisi, para ahli kitab dan para tua-tua agama tidak ada yang percaya, dan kebenciannya makin hari makin meningkat. Mengingat kata-kata malaikat Gabriel ini merupakan pertanyaan besar? Tetapi Maria juga ingat kata-kata Simeon apalagi bagian yang mengenai Dirinya, bahwa suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri. Maria tertunduk dan mengulangi sikap ketaatan-Nya kepada kehendak Allah. Jadilah kehendak-Mu. Maria siap untuk menderita apapun yang akan terjadi. Pada suatu waktu Maria dan saudara-saudaranya ingin menyaksikan sendiri bagaimana Yesus mengajar banyak orang. Ketika sampai di tempat Yesus ada yang memberitahu Yesus bahwa Ibu dan saudaranya ada di luar ingin bertemu dengan Yesus, Ia sambil menunjuk kepada murid-muridnya, berkata “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!” (Mat12:49). “Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mat 12:50). Maria ikut diingatkan, bahwa yang penting adalah setia menjalankan kehendak Bapa dalam menghayati diri sebagai Ibu Yesus. Termasuk kehendak Bapa terhadap Yesus Putranya.
- Kehendak Bapa terhadap Yesus.
Gambaran umum Messias harus berubah. Ternyata gambaran Messias, sebagai Raja bangsa Israel yang jaya seperti yang dimiliki Maria, dan juga murid-murid Yesus dan kebanyakan orang Yahudi harus berubah. Bahkan murid-murid telah 3 kali mendengar Yesus mengatakan bahwa Ia akan ke Yerusalem. Di sana akan banyak menderita dari pihak para tua-tua, para imam kepala dan para ahli kitab, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ke tiga (lihat Mt16:21; Mt 17:22-23; Mt 20:17-19). Maria pelan-pelan menjadi sadar. Dan sekaligus memperbarui sikapnya yaitu siap hatinya ditembusi pedang sesuai ramalan Simeon, siap menderita bersama dengan putra-Nya yang menderita. Tetapi tetap suatu misteri bahwa ‘yang kudus, anak Allah’ harus menderita.
- Puncak ketaatan Maria.
Ketika sungguh terjadi Yesus ditangkap di Taman Getsemani, Maria selalu mengikuti perkembangannya. Ia sangat sedih bahwa Putranya dibenci oleh bangsanya sendiri. Bahwa badan-Nya disesah, dimahkotai duri, lalu memanggul salib ke Golgota. Ia ingin menghibur Putranya, maka Ia berdiri di pinggir jalan yang Yesus lalui. Betapa mengejutkan melihat badan Yesus penuh luka karena disesah, wajah-Nya penuh darah dari luka oleh mahkota duri yang dikenakan pada-Nya. Ia tertatih-tatih memanggul salib-Nya. Airmata Maria mengalir deras dan mulutnya menahan tangis. Yesus pun terhibur melihat ibu-Nya. Pelan-pelan Maria berjalan mengikuti jalan salib Yesus sampai di puncak Golgota. Sesampainya tempat itu, Yesus dilucuti pakaian-Nya, lalu dibaringkan di atas salib, tangan dan kakinya dipaku. Lalu salib ditegakkan. Lalu Maria mendekat berdiri dekat salib, menyerahkan putra-Nya kepada Allah Bapanya. Di bawah salib, Maria berdiri didampingi Yohanes murid-Nya. Yesus menyerahkan Maria kepada Yohanes sebagai ibunya dan Yohanes diserahkan kepada Maria sebagai ibunya. Tugas Maria bertambah: menjadi ibu murid-murid-Nya, Ibu Gereja-Nya, ibu kita semua.
Meneladan Maria Yang Taat Pada Kehendak Allah
Kecuali membaca dan merenungkan apa yang telah diuraikan di atas, bagi kita semua yang sudah dibaptis, ada panggilan umum dan dasar, yaitu kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan ajaran, semangat dan teladan Tuhan kita Yesus Kristus. Kita adalah para pengikut Kristus, yang sudah dijadikan saudara dalam Kristus. Dari Kitab Suci jelas bahwa ajaran Yesus yang perlu kita taati ada 2 yang pokok. Yaitu mencintai dan berbhakti kepada Allah (Tritunggal Yang Mahakudus) dengan segenap hati, budi dan tenaga, dan yang kedua mencintai sesama seperti diri sendiri (bdk. Mat 22:37-40). Dalam Injil Yohanes, kita diminta mencintai sesama seperti Kristus mencintainya. (lihat Yoh 13;35-37). Maka bagi orang yang beriman Katolik, panggilan dasarnya tidak sama dengan Maria, yang taat langsung kepada kehendak Allah (Bapa), agar menjadi Ibu Yesus. Tetapi lewat Yesus Kristus, atau kerap dirumuskan: dengan perantaraan Kristus, yaitu taat akan ajaran-Nya, teladan dan semangat-Nya. Ini panggilan pokok kita, yaitu menjadi pengikut Kristus atau menjadi orang kristiani, dan dimulai sejak kita dibaptis. Yang diharapkan sama adalah hidup berdasarkan iman dan meneladan keteguhan dan semangat ketaatan Maria.
Pelaksanaan Meneladan Sikap Maria
Kalau dulu Maria bertekad untuk melaksanakan kehendak Allah Bapa dengan menjawab Malaikat: Jadilah (fiat) padaku menurut perkataanmu, maka kita seluruh umat Kristiani mengungkapkan dengan apa yang disebut dengan: ‘pembaruan janji baptis’ pada hari Sabtu Malam Paskah. Ketika kita dibaptis kita (atau diwakili emban baptis kalau baptis bayi) menyanggupi untuk mentaati apa yang dijanjikan. Yaitu kecuali percaya kepada Allah Tritunggal, juga berjanji intinya, satu, menolak kejahatan dalam diri sendiri maupun dalam masyarakat. Dua, menolak godaan setan dalam bentuk takhayul, perjudian dan hiburan yang tidak sehat. Tiga, berjuang melawan segala tindakan dan kebiasaan tidak adil, tidak jujur yang melawan martabat manusia. Pembaruan janji baptis ini untuk memulihkan kembali semangat yang kendor, setelah kita bertobat menjalani masa pantang dan puasa 40 hari. Kita dapat menghayati pembaruan janji baptis, dalam rangka kita ingin setia seperti Bunda Maria. Semoga Bunda Maria berkenan mendukung kita, dan mendoakan kita di hadapan Putera-Nya.
Akhir Kata
Tidak hanya memperbarui janji baptis. Sebagai umat Allah, kita ada yang berkeluarga, ada yang jadi biarawan-biarawati dan juga ada yang menjadi imam. Kiranya masih perlu juga memperbarui janji pernikahan bagi yang berkeluarga, pembaruan kaul untuk biarawan-biarawati dan pembaruan janji imamat untuk para imam. Janji-janji ini sebenarnya melanjutkan janji baptis, ketika kita mulai memilih cara hidup beriman entah dengan berkeluarga atau menjadi bruder, suster atau menjadi imam.
Untuk mereka yang berkeluarga sebaiknya pada hari ulang tahun pernikahan, mereka hendaknya mengadakan acara pembaruan janji pernikahan, seperti yang selalu dilakukan oleh kelompok ME. Maria tidak perlu memperbarui fiat-nya, karena Maria tanpa dosa. Dan disebut lebih sempurna dari Bapa Abraham. Sehingga cukup berkata dalam hati terjadilah padaku menurut perkataanmu, ketika dalam keadaan sulit, seperti melahirkan di kandang hewan, ketika lari ke Mesir, ketika Yesus ditangkap, disiksa, dalam jalan salib dan wafat. Kita bukan orang sempurna, maka perlu membarui janji pernikahan.
Para biarawan-biarawati sudah ada kebiasaan membarui kaul mereka mengenai hidup dalam kemiskinan, ketaatan dan kemurnian, serta hidup sesuai dengan konstitusi mereka. Demikiian juga para imam memperbarui janji imamat pada Misa Krisma pada Minggu Adi. Janji imamat terdiri dari tiga janji utama yang diucapkan para imam saat tahbisan. Yaitu selibat (kemurnian): Janji untuk hidup tanpa pernikahan dan dalam keadaan suci, fokus pada pelayanan kepada Tuhan dan umat beriman. Kemudian janji untuk hidup sederhana (kemiskinan) dan taat kepada Uskup dan mendukung Uskup dalam tugas penggembalaan umat dengan setia. Pada saat misa Krisma, kesempatan baik juga umat mendoakan Uskup dan para imamnya.
Kita semua ingin setia seperti Bunda Maria, maka sesuai panggilan hidup kita yang berbeda-beda kita dapat memiliki semangat sama, yaitu setia menjalankan kehendak Tuhan.