Ke Betlehem Menyambut Natal

Desember tiba. Seiring dengan itu, Natal juga tiba. Diawali dengan Adven selama empat Minggu, Gereja Katolik mengajak umatnya untuk mempersiapkan diri menyambut Natal, Hari Raya Kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Inilah rutinitas liturgis yang selalu dihayati Gereja Katolik bersama umatnya. Namun rutinitas itu selalu baru sebab Perayaan Natal pun selalu baru, bukan sekadar kenangan akan kelahiran Yesus Kristus dua ribu tahun silam.

Setidaknya, dalam konteks Gereja Indonesia, kebaharuan itu tampak dalam setiap pesan Natal yang disampaikan oleh kolaborasi ekumenis antara Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sebagai representasi Gereja Katolik dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) sebagai representasi Gereja-Gereja Protestan. Dari tahu ke tahun sejak sinergi ekumenis itu terjadi, KWI dan PGI selalu memberikan pesan bersama Natal setiap tahunnya.

Pada tahun ini, 2024, Pesan Natal KWI-PGI dibingkai dengan tema “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem!” (Lukas 2:15). Tema tersebut secara alkitabiah berada dalam konteks Injil Lukas, satu-satunya dari keempat Injil yang mempunyai kisah naratif serba sederhana tentang Natal, kelahiran Yesus Kristus. Dalam Injil Lukas 2:1-20.

Selengkapnya kisah Natal dinarasikan St. Lukas sebagai berikut: “Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, – karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud – supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. (Lukas 2:1-20).

Tema Natal “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem!” (Lukas 2:15) dikutip dari pernyataan para gembala dalam merespons kabar yang disampaikan malaikat tentang kelahiran Yesus. Malaikat berkata, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuhan di kota Daud” (Lukas 2:11). Kabar itu adalah kabar sukacita. Para gembala pun merespons dengan sukacita. Dengan sukacita, para gembala segera bangkit, meninggalkan ternaknya dan berseru ”Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem….”. Mereka bersama-sama berjalan mencari tempat kelahiran Yesus sebagaimana ditunjukkan malaikat kepada mereka. Puji Tuhan dan syukur kepada Allah, mereka pun menemukan bayi Yesus yang terbaring dalam palungan dan dibungkus dengan kain lampin.

“Para gembala adalah gambaran orang-orang miskin dan sederhana yang menaruh pengharapan akan keselamatan pada Allah. Mereka sering dipandang sebagai orang pinggiran dan kurang diperhitungkan dalam kehidupan sosial. Namun merekalah orang-orang pertama yang dipilih Allah untuk mendapatkan warta gembira keselamatan. Kesigapan serta kesediaan total untuk menanggapi berita keselamatan itu menjadi contoh bagi kita agar kitapun bergegas berjalan bersama menjumpai Yesus.” (KWI-PGI, 2024).

“Setelah berjumpa dengan Yesus, para gembala mengalami pembaruan hidup dan sikap mereka. Mereka berubah menjadi pribadi-pribadi yang optimis dan dengan sukacita “memuji dan memuliakan Allah” (Luk 2:20). Rahmat Tuhan dalam perjumpaan itu telah mengubah mereka. Betapa dahsyat kekuatan kasih Tuhan yang memperhatikan dan mendorong mereka untuk melakukan misi baru.” (Ibidem).

Mari kita pun pergi ke Betlehem menyambut dan menyembah Tuhan Yesus Kristus yang lahir di dalam kehidupan kita. Semoga sukacita dan berkat berlimpah dalam hidup kita!

Salam Peradaban Kasih Ekologis. Berkah Dalem. Salam INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan.

Aloys Budi Purnomo Pr

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *