MINGGU PRAPASKAH IV
10 Maret 2024
Bacaan I : 2Taw 36: 14-16. 19-23
Bacaan II : Ef 2: 4-10
Bacaan Injil : Yoh 3: 14-2
Dengan cinta Allah mendidik kita
Banyak gambaran agama-agama tentang relasi Allah dengan umat-Nya. Kebanyakan adalah relasi tuntutan di pihak Allah, dan kewajiban di pihak manusia; surga dan neraka adalah reward dan punishment. Warta Firman hari ini mengajak kita untuk menyukuri keberadaan Allah dalam kehidupan kita. Allah itu seperti seorang bapak yang mendidik anak-anak. Anak-anak dididik untuk taat kepada orang tua, dan orang tua terus memberi contoh hidup yang baik. Namun demikian, tidak setiap tuntutan bapak itu diterima oleh anak. Bahkan seringkali anak sengaja melanggar perintah orang tua. Jika sudah kebangetan, bapak akan menghukum si anak. Tetapi bukan hukuman dendam emosional, melainkan hukuman demi penyesalan dan jera. Dan kemudian si bapak akan memperlakukan anak dengan penuh kelembutan sebagaimana hakikat orang tua. Itulah umumnya orang tua kita masing-masing, dan itulah cermin Allah Israel, Allah kita.
Kitab Tawarikh mengisahkan tentang relasi antara Allah dan umat Israel. Dikisahkan bahwa para imam beserta rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Tuhan berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya karena Tuhan sayang kepada umat-Nya dan kepada tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok para utusan Allah. Tuhan murka, memporakporandakan bangsa, membuang mereka ke Babel, untuk dijadikan budak raja dan budak anak-anaknya. Namun itu tidak berlangsung selamanya. Umat pembuangan merindukan untuk pulang ke negerinya. Mereka menyatakan penyesalan dan tobat serta mengharap kapan Tuhan melepaskan mereka dari hukuman ini. Tuhan mengetuk raja Koresh supaya umat-Nya pulang kembali membangun tanah air mereka. Dan benarlah, akhirnya umat bisa pulang ke negeri tanah perjanjian dan membangun kembali jati diri dan negerinya.
Pengalaman sejarah keselamatan yang diceritakan sepanjang Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru menyatakan kasih Allah yang tak terbatas. Allah sangat mencintai kita umat-Nya, kalaupun itu seringkali kita alami sebagai kepahitan pendidikan dan pengajaran. Setiap beriman perlu mendasarkan diri pada keyakinan Firman hari ini: Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Dengan apa kasih Allah akan dibandingkan ketika Allah sendiri mengorbankan Anak-Nya untuk penebusan dosa kita yang dicintai-Nya.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr