Bapak Ignatius Kardinal Suharyo bersama para tokoh lintas agama dan kepercayaan yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia dalam acara Seruan Indonesia Damai di Gereja Katedral Jakarta, 6 Desember 2023 menekankan tentang pentingnya kehidupan demokrasi yang beretika.
“Saya berpikir mengenai yang lebih jauh daripada Pemilu nanti. Jadi bukan hanya Pemilu yang kita pikirkan, tetapi lebih jauh, negara kita ini mau menuju ke mana. Sejauh dapat saya ikuti, saya pelajari dan saya pahami, kita ingin bertumbuh menjadi bangsa yang semakin berkeadaban publik,” katanya.
Menurutnya, ada pilar dalam keadaban publik yaitu negara, pasar dan masyarakat warga. “Tiga pilar itu mesti menjalankan fungsinya yang berbeda-beda dengan dan asas dasar moralitas. Tanpa moralitas, negara hancur. Saya sedih sekali membaca di salah satu koran yang terkenal, Trias Politica itu sudah dipelesetkan menjadi Trias Koruptika, karena pilar dari negara, tiga yang seharusnya memperjuangkan kepentingan bersama, itu rupa-rupanya memberi kesan tidak begitu. Banyaknya korupsi dari tiga lembaga itu: eksekutif, yudikatif, legislatif mengerikan. Mungkin dianggap lelucon ada plesetan seperti itu, tapi sungguh menyedihkan bagi saya,” ungkap Kardinal Suharyo.
Demikian juga di dalam dunia bisnis, sambungnya, negara tidak bisa dipisahkan dari bisnis. “Tetapi bagaimana negara bisa mengatur, memberikan aturan-aturan yang baik supaya bisnis itu bergerak dengan semangat fairness,” katanya.
Usai tentang dunia bisnis, ia menyoroti masyarakat warga. “Masyarakat warga hidup bersama-sama pengandaiannya adalah saling percaya. Dan saling percaya itulah yang akan membangun masyarakat akar rumput itu menjadi masyarakat yang rukun bersaudara. Jadi masyarakat warga yang bermoral, beretika itu artinya menerima konsensus-konsensus di dalam masyarakat dan menjalankannya. Itu juga agak jauh dari kenyataan. Lihat saja di depan itu, di jalan antara Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal itu berapa banyak pelanggaran lalu lintas terjadi? Mestinya masyarakat yang menggunakan lalu lintas menerima konsensus di dalam berlalu lintas dan menjalankannya. Tetapi karena kesadaran itu belum, artinya kalau memakai istilah besar, moralitas sosial itu belum tumbuh, nah, jadinya segala macam kecelakaan terjadi,” tuturnya.
Kardinal Suharyo pun berharap, bersama para tokoh lintas agama dan kepercayaan, tiga pilar untuk membangun keadaban publik itu sungguh dengan cara apapun mengembangkan moralitas sosial, tanggung jawab sosial bagi masing-masing lembaga. “Jadi bukan hanya negara tetapi juga pasar, masyarakat warga,” pungkasnya.