Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ
Pembukaan
Judul di atas merupakan Tema Natal Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) untuk tahun 2023 ini. Tema ini diambil dari Lukas 2:14 yang berbunyi: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Ini merupakan pujian syukur yang diucapkan oleh malaikat yang diikuti oleh bala tentara surgawi ketika menampakkan diri kepada para gembala yang sedang menjaga domba mereka di padang. Para gembala yang sederhana dan bersih hatinya ini mewakili umat Yahudi, diperkenankan menjadi saksi peristiwa agung kelahiran Yesus. Pujian ini disampaikan setelah malaikat itu menjelaskan kedatangan mereka kepada para gembala: “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Luk 2:10-12). Selanjutnya tidak disampaikan isi Surat Gembala KWI dan PGI, melainkan akan disampaikan permenungan sekitar dua hal, yaitu tentang memuji Allah pada masa Natal, dan sedikit sekitar damai di bumi.
Memuliakan Allah dan mewartakan damai
Malaikat memuji Allah, karena kelahiran seorang bayi istimewa, meski terbungkus oleh kain lampin dan terbaring dalam palungan. Bayi yang terbaring dalam kemiskinan palungan ini akan menjadi kesukaan besar untuk seluruh bangsa, karena Dia adalah: Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan. Bahwa yang lahir itu Juru Selamat, yaitu Tuhan, juga ditanggapi oleh 3 orang Majus dari Timur yang mewakili kita semua yang bukan orang Yahudi. Para Majus ini datang ke Yerusalem dengan tuntunan bintang. Karena sesampai di Yerusalem bintang tersebut tidak kelihatan lagi, maka mereka pergi ke istana raja Herodes untuk menanyakan di mana raja Israel itu lahir. Singkat kata, mereka diberitahu bahwa kota Bethlehem-lah tempat Mesias lahir. Di jalan para Majus pun sangat gembira ketika bintangnya muncul untuk membimbing perjalanan mereka. Ketika mereka menemukan Kanak-kanak Yesus, dibungkus lampin terbaring di palungan bersama Maria dan Yosef di samping-Nya, maka bersujudlah mereka dan mereka mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. (Bdk Mat 2:11). Suatu persembahan yang hanya layak untuk raja dan Allah. Dialah Juru Selamat yang akan mendamaikan kita manusia dengan Bapa dengan sengsara dan wafat menebus dosa kita dan karenanya menyelamatkan kita. Maka pujian malaikat kepada Allah diikuti warta damai dibumi: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk 2:10-12).
Mengapa memuliakan Allah?
Malaikat memuji dan memuliakan Allah, karena rencana Allah untuk menebus dosa manusia, sudah mulai terlaksana; paling tidak tahap awal yang penting, yaitu Allah Putra telah menjelma menjadi manusia, lahir dari Santa Perawan Maria, sesuai rencana Bapa. Tidak hanya malaikat, kita semua pantas memuji dan memuliakan Allah Bapa karena telah merencanakan penebusan dosa manusia oleh Putra-Nya. Sebenarnya langsung setelah Adam dan Hawa berdosa, saat itu Allah Bapa telah berjanji: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kej 3:15). Disebutnya “perempuan ini” pasti bukan Hawa yang sudah berdosa dikuasai dan dikalahkan oleh ular.
Maka ada tokoh perempuan lain yang bukan Hawa, melainkan perempuan penuh rahmat, yang memiliki keturunan yang akan meremukkan kepala ular. Ini mengacu kepada Maria yang akan melahirkan Yesus. Yesus keturunan Maria inilah yang akan meremukkan kepala ular (mengalahkan setan). Dalam sejarah keselamatan, tentu Tuhan Yesus dan Bunda Maria tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, karena Bunda Maria adalah Ibu Tuhan Yesus. Rencana Allah Bapa mengutus Allah Putra menjelma menjadi manusia, sekaligus menjadi rencana menyiapkan calon ibu-Nya. Bahkan juga menyiapkan pria yang akan menjadi Bapa (angkat) Yesus dan pendamping serta pelindung Maria. Sebagai Allah, reencana itu dimasukkan dalam perjalanan sejarah hidup manusia. Ternyata memakan waktu berabad-abad. Allah memulai rencananya dengan memilih siapa yang akan dijadikan bapa bangsa terpilih yang akhirnya menurunkan seseorang yang pantas untuk menjadi ibu yang akan melahirkan Allah Putra yang menjadi manusia, sekaligus seorang pria yang akan menjadi pendamping dan pelindungnya.
Abraham bapa bangsa terpilih
Kita tahu bahwa Abrahamlah pilihan Allah. Abraham disuruh Allah meninggalkan rumahnya, dan seluruh saudaranya, supaya pergi ke tanah yang akan ditunjukkan. Abraham menurunkan Iskak, Iskak menurunkan Esau dan Yakub, tetapi Esau melepaskan hak berkat sebagai anak sulung kepada Yakub adiknya. Yakub dan anak cucunya pergi ke Mesir ketika ada musim kemarau panjang, karena Yusuf anak Yakub yang dijual kakak-kakaknya sebagai budak belian, ternyata menjadi penguasa di Mesir, dan menjual gandum yang telah ditimbun pada masa subur sebelumnya, kepada tetangga yang membutuhkan. Anak-anak Yakub pun pergi ke Mesir untuk membeli gandum. Ada kalimat yang indah yang disampaikan Yusuf kepada kakak-kakaknya, ketika Yusuf sebagai penguasa Mesir mengaku bahwa dia adik mereka. Tentu mereka sangat terperanjat dan takut akan mendapat hukuman pembalasan atas perbuatan mereka menjual Yusuf sebagai budak belian. Tetapi Yusuf berkata: “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir. Segeralah kamu kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu: Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu. Engkau akan tinggal di tanah Gosyen dan akan dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu dan segala milikmu. Di sanalah aku memelihara engkau — sebab kelaparan ini masih ada lima tahun lagi — supaya engkau jangan jatuh miskin bersama seisi rumahmu dan semua orang yang ikut serta dengan engkau.” (Kej 45:5-11). Bukan main iman Yusuf. Ia melihat dalam sejarah hidupnya yang sebenarnya penuh derita, bahwa Tuhan menghendaki agar ia mendahului ke Mesir, justru untuk menjamin kelangsungan hidup seluruh keluarga Yakub. Yusuf melihat peristiwa ini sebagai penyelenggaraan ilahi, campur tangan Allah dalam sejarah hidup keluarga besar Yakub. Memang ini dianggap penting oleh Allah, karena keluarga besar Yakub ini yang akan menurunkan bangsa terpilih yang akan menurunkan calon ibu Allah Putra yang menjadi Manusia. Keluarga Yakub akhirnya berkembang menjadi bangsa besar di Mesir. Tetapi akhirnya menjadi bangsa yang tidak merdeka, melainkan menjadi budak bagi orang Mesir yang tidak lagi ingat akan peranan Yusuf bagi bangsa Mesir. Maka Allah berkenan membebaskan mereka dari Mesir dengan pimpinan Musa dan Harun. Ada banyak mukjizat terjadi lewat Musa, akhirnya diizinkan ketika semua anak sulung baik manusia maupun ternak orang Mesir mati oleh kuasa Allah. Penyeberangan di laut merah pun disertai kuasa Allah, sehingga air laut menyibak, dan umat Israel menyeberang lewat dasar laut yang kering. Tentara Mesir yang menyusul mengejar mereka ditenggelamkan oleh laut yang kembali seperti semula. Ini merupakan suatu pendidikan iman kepada umat Israel yang mulai mengenal Allah yang mahakuasa dan mahakasih terhadap mereka.
Selanjutnya Allah membimbing mereka lewat padang gurun dan ketika sampai di Gunung Sinai, Allah berkenan memberikan 10 perintah Allah agar hidup mereka diatur lewat hukum tersebut. Ada permintaan dari Allah, agar mereka setia kepada Allah sebagai Umat Allah, dan Allah akan menjadi Allah Umat Israel. Ini yang kita kenal dengan Perjanjian Lama, sebagai persiapan bagi Perjanjian Baru. Sepuluh perintah Allah ini menjadi dasar dan sumber spiritualitas hidup yang dihidupi Umat Israel dalam perjalanan sejarahnya. Baik pada zaman para Jaksa, kemudian zaman Raja-raja, di mana Daud sebagai raja idola dan akan menurunkan Mesias. Dalam membimbing Umat-Nya Allah juga membangkitkan nabi-nabi. Malah sampai masa pembuangan di Babilon, di mana kerajaan runtuh sama sekali dan Kenisah Yerusalem menjadi rata tanah, spiritualitas hidup ini selalu dihidupi dengan setia. Akhirnya dihidupi oleh yang dinamakan “sisa kecil” umat Israel yang hidup saleh, takwa kepada Allah dan hidup mereka berbakti kepada Allah. Dari situlah akhirnya ada pasangan Yoakim dan Anna yang dipandang Allah sebagai keluarga yang pantas melahirkan calon ibu Allah Putra yang menjelma menjadi manusia. Juga ada Yosef yang nantinya bertunangan dengan putri pasangan Yoakim dan Anna. Seperti halnya Allah berhasil menyelamatkan keluarga Yakub dari masa kering 7 tahun dengan mengutus Yusuf mendahului mereka ke Mesir, demikian pula akhirnya Allah dalam perjalanan sejarah telah berhasil menghadirkan pasangan yang diharapkan: Keturunan Daud, yaitu Yoakim dan Anna. Di sini Allah Bapa lalu campurtangan agar saat dikandung, calon ibu Juru Selamat, yaitu Maria, sudah tanpa noda dosa, berkat jasa penebusan Yesus Putranya. Ini supaya pantas mengandung Yesus. Juga dihadirkan Yosef yang akan bertunangan dengan Maria. Selesailah seorang perawan murni disiapkan menjadi calon ibu Juru Selamat dengan pendamping dan pelindungnya sekaligus.
Ada beberapa ungkapan dalam ajaran Gereja mengenai Maria yang dikandung tanpa noda dosa, yang dapat kita renungkan:
KGK 490: “Karena Maria dipilih menjadi Bunda Penebus, ‘maka ia dianugerahi karunia-karunia yang layak untuk tugas yang sekian luhur’ (LG 56), ….”.
KGK 491: “Dalam perkembangan sejarah, Gereja menjadi sadar bahwa Maria ‘dipenuhi dengan rahmat’ oleh Allah (Luk 1:28), sudah disebut sejak ia dikandung. Dan itu diakui oleh dogma ‘Maria dikandung tanpa noda dosa’ yang diumumkan pada tahun1854 oleh Paus Pius IX.
“….. bahwa perawan tersuci Maria sejak saat pertama perkandungannya oleh rahmat yang luar biasa dan oleh pilihan Allah yang mahakuasa, karena pahala Yesus Kristus, Penebus umat manusia, telah dibebaskan dari segala noda dosa asal” (DS 2803).
KGK 492: Bahwa Maria ‘sejak saat pertama ia dikandung, dikaruniai cahaya kekudusan yang istimewa’ (LG 56), hanya terjadi berkat Kristus: ‘karena pahala Puteranya, ia ditebus secara lebih unggul’ (GS 53). Lebih dari pribadi tercipta manapun. ‘Bapa memberkati dia dengan segala berkat Roh-Nya, oleh persekutuan dengan Kristus di dalam surga’ (Ef 1:3). Allah telah memilih dia sebelum dunia dijadikan, supaya ia kudus dan tidak bercacat di hadapan-Nya.
KGK 493: Bapa-bapa Gereja Timur menamakan Bunda Allah ‘yang suci sempurna’ (panhagia): mereka memuji dia sebagai ‘yang bersih dari segala dosa seolah-olah dibentuk oleh Roh Kudus dan dijadikan makhluk baru’ (LG 56). Karena rahmat Allah, Maria bebas dari setiap dosa pribadi selama hidupnya.
Detik-detik inkarnasi
Ketika umur Maria sudah siap untuk menjadi ibu, dan sudah bertunangan dengan Yosef, Allah Bapa tinggal mengkoordinasikan tugas Malaikat Gabriel, Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Malaikat Gabriel bertugas menyampaikan Kabar Sukacita kepada Maria dan mohon kesediaannya. Allah Putra supaya siap merendahkan diri menjadi manusia, dikandung oleh Maria. Dan Roh Kudus siap menyampaikan kuasanya, agar Allah Putra menjadi manusia. Pada saat Maria menyampaikan kesediaannya dengan berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38), maka Roh Kudus menaungi Maria dan Allah Putra mulai menjadi janin dalam kandungan Maria. “Karena itu, ketika Ia (y.i. Allah Putra) masuk ke dunia, Ia berkata: ‘Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki – tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata: ‘Sungguh Aku datang … untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku’ (Ibr 10:5-7 dengan mengutip Maz 40:7-9). Inilah inkarnasi: Allah menjadi manusia. Selanjutnya Allah mengatur agar Maria diambil Yosef sebagai isteri dan agar melahirkan di Bethlehem, kota Daud, sesuai nubuat Nabi Mikha 5:1 yang mengatakan: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Lahirnya di Bethlehem dapat terjadi karena Allah menggerakkan hati Kaisar Agustus untuk mengadakan sensus penduduk. Lahirlah Yesus dikandang hewan, dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di palungan. Karena tiada tempat di kota Bethlehem. Peristiwa ilahi ini diberitakan oleh malaikat kepada para gembala dengan nyanyian surgawi: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara nanusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 1:38). Begitu agung rencana Allah, begitu halus karya penyelenggaraan-Nya, sehingga tak terasa dan tak diketahui orang. Ternyata banyak sekali yang dikerjakan Allah untuk menyelamatkan kita. Maka kita semua pantas memuji dan memuliakan Allah, mengikuti teladan malaikat.
Makna inkarnasi bagi kita
Peristiwa agung Allah Putra menjadi manusia memiliki nilai yang sangat tinggi bagi kita manusia. Gereja mengajarkan: “Sabda menjadi manusia, untuk mendamaikan kita dengan Allah dan dengan demikian menyelamatkan kita: Allah telah mengasihi kita dan telah mengutus Anaknya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1Yoh 4:10). Kita tahu bahwa ‘Bapa telah mengutus Anak-Nnya menjadi Juru Selamat dunia (1Yoh 4:14), bahwa “Ia telah (tampil di dunia) menyatakan Dirinya, supaya Ia menghapus segala dosa (1Yoh 3:5).” (KGK 457)
Karena manusia berdosa, manusia dalam keadaan berseteru, bermusuhan dengan Allah. Manusia tidak mampu menebus dosanya sendiri. Terhadap Allah, hanya yang ilahi yang mampu menebus dosa terhadap Allah. Maka Allah Bapa mengurbankan Putra-Nya sendiri untuk menjadi manusia, dan sebagai Manusia yang ilahi (Yesus), Ia dapat menebus dosa manusia terhadap Allah. Ada dua sisi hasil sengsara dan wafat Yesus untuk menebus dosa manusia terhadap Allah. Terhadap Allah: mendamaikan Allah dengan manusia, terhadap manusia: menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Maka warta malaikat kepada para gembala di padang: bahwa Juru Selamat, Tuhan, telah lahir, diikuti pujian memuliakan Allah dan warta damai di bumi. Damai di bumi terjadi ketika orang-orang berkenan kepada Allah, karena dosa mereka telah ditebus; mereka telah didamaikan dengan Allah, sehingga mereka tidak hanya berdamai dengan Allah, melainkan juga berdamai dengan sesamanya, termasuk lingkungan hidup mereka. Mereka mengasihi Allah dan sesama, hidup bersaudara dan saling mengasihi, dan menghormati lingkungan hidup mereka. Hari ini hari Natal. “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” …. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk 2:11-14). Selamat Natal!