Hari ini kita memperingati 1 orang kudus, yaitu St. Alfonsus M de Ligouri. Dia lahir dari keluarga bangsawan yang saleh.
Pada usia 16 tahun dia lulus sebagai doktor di bidang hukum dengan predikat Magna Cum Laude. Tahun 1723 dia diminta membela suatu perkara yang besar namun dia dikalahkan oleh lawannya.
Kekalahan itu justru menjadi pintu masuk bagi dia untuk membaktikan diri kepada Tuhan. Dia ditahbiskan sebagai imam tahun 1726. Kemudian dia menjadi uskup pada usia 66 tahun. Dia membenahi keuskupannya dan membarui cara hidup para imamnya. Alfonsus wafat tahun 1787 dalam usia 80 tahun.
Melalui Rom 8: 1-4 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
Apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
Matius dalam injilnya (Mat 5: 13-19) mewartakan sabda Yesus: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Yesus bersabda lagi: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga.
Sebaliknya, siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, St Alfonsus memberikan teladan bahwa gagal di satu bidang, meski amat pahit, tidak boleh menghancurkan hidup dan masa depan seseorang. Bila dia membuka diri, ada jalan terbentang lebar bagi dia untuk menemukan jalan hidup dan kebahagiaannya.
Dua, Yesus datang untuk menggenapi hukum Taurat. Menggenapi bisa berarti melakukan apa yang sudah tertulis di dalamnya. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa apa yang tertulis dalam taurat itu baik dan benar, sehingga Anak Allah mau melaksanakannya.
Menggenapi bisa berarti pula menambahkan atau melengkapi dan menyempurnakan supaya lebih mengena dan mendarat.
Sebelum melengkapi dsn menyempurnakan taurat, Yesus sudah 30 tahun menghidupi dan mengamalkan hukum itu. Hendaknya kita pun demikian, sebelum membuat pembaruan, kenali dan pahami lebih dulu apa yang hidup di masyarakat. Amin.
Mgr Nico Adi MSC