Jumat, 14 Juli 2023, pukul 09:30 WIB menjadi hari yang istimewa bagi Diakon Leonardus Tri Purnanto, MSF. Hari itu, Diakon Purna ditahbiskan menjadi imam MSF oleh Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko di Gereja Keluarga Kudus, Banteng, Yogyakarta. Selaku selebran utama, Mgr Rubi didampingi konselebran Romo Agustinus Purnama, MSF (Superior Jenderal MSF), Romo Simon Petrus Sumargo, MSF (Provinsial MSF Jawa) dan Romo Aloysius Yuli Dwianto, MSF (Rektor Skolastikat MSF).
Romo Purna lahir di Temanggung, 20 November 1989 dari pasangan Silvester Marsudi dan Florentina Asmonah. Ia kemudian tinggal di kota Magelang hingga tamat SMAN 3 Magelang. Ia kemudian merantau di Cinere, Jawa Barat dan bekerja di berbagai perusahaan.
Salah satu hal yang berkesan baginya adalah saat bekerja menjadi debt collector. Ia pernah menagih TV dari suatu keluarga, dan membuat alasan pada anak kecil yang bertanya padanya bahwa TV si anak itu rusak dan perlu diservis. Ia merasa pernah menyakiti orang lain dan ingin berbuat kebaikan.
Suatu hari, seorang teman dekat bertanya padanya tentang kekatolikan. Saat itu ia bingung dan tidak bisa menjawab dengan baik. Hal itu memicunya untuk belajar lebih banyak melalui Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) dan juga bergabung dengan berbagai kegiatan di Paroki St. Matias, Cinere. Saat itu, api panggilan berkobar dalam hatinya dan memutuskan untuk masuk Kongregasi MSF di Seminari Berthinianum Salatiga tahun 2014.
Selanjutnya, ia menjalani masa novisiat di Novisiat MSF Salatiga pada tahun 2015 hingga 2016. Kaul pertama diucapkan pada tanggal 15 Juli 2016 di Gereja Keluarga Kudus Banteng dan juga menerima pelantikan sebagai Lektor dan Akolit pada 19 September 2019. Tahun Orientasi Pastoral dijalani di Paroki St. Perawan Maria La Salette, Lato, Keuskupan Larantuka, pada Agustus 2020 sampai Juli 2021. Pada tanggal 8 Juli 2022, ia mengikrarkan kaul kekal dan menjalani perutusan pastoral di Paroki St. Paulus Buntok, Keuskupan Palangkaraya sampai Januari 2023. Pada tanggal 25 Januari 2023 ia menerima tahbisan Diakon di Seminari Tinggi St. Paulus, Kentungan. Kemudian masa diakonat dijalaninya di Paroki Keluarga Kudus, Banteng, Yogyakarta.
Selama masa pendidikan di Skolastikat MSF, ia pernah mengajar di suatu TK. Ia melihat betapa bahagianya suatu keluarga yang menghantar dan menjemput putranya bersekolah. Ia membayangkan seandainya kebahagiaan itu juga terjadi padanya. Setelah merenung cukup lama, ia akhirnya memutuskan untuk tetap setia pada panggilannya menjadi biarawan calon imam MSF.
Romo Purna memiliki semboyan hidup, “urip kuwi kudu urup“. Hal ini berarti hidup haruslah bersemangat dan menjadi berkat bagi sesama. Ayat Kitab Suci yang berkesan baginya adalah Kolose 3:17: “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” Senada dengan semboyan hidup Romo Purna, dalam khotbahnya, Mgr. Rubiyatmoko, menjelaskan bahwa hidup akan menyala saat kita menyatukan diri kita dengan Yesus Kristus, Allah sendiri.
Romo Purna mengucapkan terima kasih atas bimbingan, bantuan, dan persahabatan dari berbagai pihak sehingga ia dapat menyusuri jalan panggilan dan akhirnya boleh menerima rahmat tahbisan. Semua ini terjadi karena dukungan para formator MSF antara lain Romo Fadjarianto, MSF, Romo Yosep Aris Triyanto, MSF, dan Romo Y. Sulistijanto, MSF. Ia juga bersyukur boleh mendapatkan teman seperjalanan yaitu para sobat OMK Paroki St. Matias Cinere, dan teman-teman frater MSF. Medan perutusan di Lato, Flores Timur dan Buntok, Kalimantan Tengah turut membentuk kepribadian dan meneguhkan panggilannya. Romo Purna digenapi dengan medan perutusannya yang baru sebagai vikaris di Paroki St. Yohanes Evangelista, Kudus.
Fr. Wisnu Widiawan, MSF