Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Ignasius dari Loyola. Dia lahir di Loyola sebagai anak bangsawan yang kaya, dan pada masa kecilnya dia tinggal di istana sehingga ingin menjadi ksatria. Kemudian dia masuk militer dan menjadi perwira.
Dalam pertempuran dia terluka parah. Selama berbulan-bulan dia terbaring di tempat tidur. Karena tidak ada buku lain, dia membaca kitab suci dan buku-buku tentang para kudus. Lama-lama isi buku itu menarik hatinya.
Ia tergerak hati untuk meneladan para kudus, dan mempersembahkan diri kepada Tuhan. Bersama beberapa rekannya, dia mendirikan Serikat Jesus. Ignasius wafat tanggal 31 Juli 1556 di Roma.
Paulus melalui 1Kor 10: 31 – 11: 1 menyapa umatnya: “Saudara-saudara, jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.
Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.
Lukas dalam injilnya (Luk 14: 25-33) mewartakan: “Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
Jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, sakit selama berbulan-bulan dan harus berada di tempat tidur, kebosanan dan kegalauan batin yang dialami Ignasius, tidak membuat dirinya hancur atau tidak berharga. Kesakitan itu justru menjadi pintu masuk terhadap perubahan batin dan tujuan hidupnya.
Kalau sebelumnya dia ingin menjadi tentara, karena bacaan-bacaan rohani, dia sekarang menjadi tentara Kristus demi kerajaan Allah.
Dua, Yesus menegaskan bahwa orang harus berpikir, mempertimbangkan dengan serius hidupnya, masa depannya, cara untuk menuju ke sana.
Kalau memang tidak mampu, orang itu harus jujur untuk mengatakan semuanya sehingga bisa dibantu agar makin maju dan berkembang. Amin.
Mgr Nico Adi MSC