
Oleh BAVO BENEDICTUS SAMOSIR, OCSO*
Sepuluh tahun yang lalu, saya tidak tau sama sekali tentang St. Patrick kecuali saya hanya tahu bahwa dia adalah salah satu orang kudus di dalam Gereja Katolik. Namun setelah saya tiba di Irlandia, saya baru mengetahui bahwa St. Patrick adalah orang kudus yang sangat besar berperan dalam awal perkembangan iman Katolik di Irlandia. Peranannya yang sangat besar itulah membuat dia dijadikan sebagai Santo Pelindung Irlandia. Namun siapa sangka bahwa seorang pelindung negara Irlandia, dulunya adalah seorang budak belian. Berikut ini kisahnya.
Menjadi budak belian
Di usianya sekitar 16 tahun, Patrick ditangkap oleh perampok bajak laut Irlandia dan dibawa ke Irlandia sebagai budak belian. Dengan paksa ia dipisahkan dari keluarga dan tanah airnya Inggris. Peristiwa ini terjadi pada akhir abad keempat yang pada masa itu masih terjadi perbudakan. Selama enam tahun Patrick mengalami perbudakan dengan bekerja sebagai pemelihara dan penjaga domba. Namun, dari pengalaman yang sulit ini, ia mendapat pengalaman rohani yang luar biasa di dalam doa, sebagaimana dalam pengakuannya di kemudian hari: “Setelah saya datang ke Irlandia, saya setiap hari memberi makan ternak, dan saya sering berdoa sepanjang hari; cinta akan Tuhan dan rasa takut akan Dia semakin meningkat, dan iman menjadi lebih kuat, dan semangat digerakkan; sehingga dalam satu hari saya mengucapkan sekitar seratus doa, dan pada malam hari hampir sama; sehingga saya bahkan biasa tinggal di hutan dan di pegunungan; sebelum siang hari saya biasa berdoa, melewati salju, menembus embun beku, menembus hujan, dan saya tidak merasa sakit; juga tidak ada kemalasan dalam diri saya, seperti yang saya rasakan sekarang, karena semangat pada saat itu berkobar dalam diri saya.” Jadi ketika Patrick berada di Irlandia sebagai seorang budak, justru dia tumbuh menjadi seorang pria pendoa, sebelumnya dia mengabaikan relasinya dengan Kristus, meskipun ia seorang pengikut Kristus. Ketika menjalani hidupnya sebagai budak, justru di saat itulah ia mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani. Patrick melihat perbudakannya sebagai ujian Tuhan atas imannya
Dalam perjalanan hidup, mungkin kita mengalami kesulitan hidup yang luar biasa sehingga kita tidak lagi mampu melihat jalan keluarnya. Semua jalan menuju masa depan terhalang tembok sehingga kita tidak mampu melangkahkan kaki. Pengalaman hidup St. Patrick mengingatkan kita bahwa ketika kita menemukan diri kita berada dalam situasi tanpa harapan, kita perlu untuk berdiam diri lebih dahulu bersama Allah di dalam doa. Sadari dan rasakan bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Biarkan Tuhan masuk ke dalam hidup kita dengan segala kesulitannya. Pada saat-Nya, Tuhan akan memampukan kita untuk menemukan jalan keluar yang harus kita lakukan untuk keluar dari kesulitan hidup.
Bebas dari perbudakan
Setelah enam tahun menjadi budak akhirnya Patrick bisa kembali ke Inggris. Ada dua versi berkaitan dengan kembalinya St. Patrick ke Inggris. Ada yang mengatakan bahwa ia berhasil melarikan diri dari tuannya dan melakukan pelarian yang tidak mudah. Ia berjalan sekitar 200 km dari County Mayo yakni tempat perbudakannya ke pantai Irlandia. Ia bersembunyi dalam sebuah kapal pelayaran menuju ke Inggris. Versi lain mengatakan bahwa satu-satunya jalan keluar dari perbudakan pada masa itu adalah dibebaskan dengan ditebus. Namun St. Patrick tidak pernah mengatakan bahwa dia telah ditebus dari perbudakan. Menurut saya, versi apapun yang benar tentang kembalinya St. Patrick ke Inggris hal itu tidaklah terlalu penting, namun jauh lebih penting adalah Tuhan telah menjawab doa-doanya selama ini. Kesabaran menjalani kesulitan hidup dengan selalu memanjatkan doa telah membuahkan hasil. Setelah enam tahun terpisah akhirnya ia bisa bertemu dengan keluarganya.
Maka kita juga perlu menerima kehendak Tuhan dalam semua kesulitan yang kita hadapi. Tuhan menggunakan kesulitan untuk membentuk hati kita dan menjadikan kita serupa dengan Kristus Yesus. Yang bisa kita lakukan percaya pada Tuhan tanpa syarat bahwa Ia selalu menyertai kita. Kita melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dan kita juga harus percaya bahwa sesuai dengan rencana, kehendak dan waktu-Nya Tuhan akan menjawab doa kita.
Menjalani studi dan menjadi misionaris
Setelah berada di Inggis, ia melanjutkan studinya yang selama ini terhenti. Ternyata keberadaanya di Inggris tidak membuatnya melupakan Irlandia. Ia teringat kembali mimpinya ketika ia berada dalam perjalanan di kapal menuju Inggris. Dia bermimpi bahwa orang Irlandia memanggilnya kembali ke Irlandia untuk memberitakan tentang Kristus Tuhan kepada mereka. Mimpi inilah yang mendorongnya untuk menjadi seorang imam dan suatu saat untuk kembali ke Irlandia sebagai imam misionaris.
Patrick pergi ke Prancis untuk belajar menjadi imam. Ia dedikasikan dirinya untuk belajar menjadi seorang imam. Uskup Germanus dari Auxerre menahbiskannya menjadi imam. Pada tahun 432 Paus Celestine mengangkat dia menjadi uskup dengan misi kembali ke Irlandia. Hal ini sesuai dengan harapannya selama ini. St. Patrick bukanlah misionaris pertama yang datang ke Irlandia. Sebelumnya, uskup Palladius lebih dahulu datang ke Irlandia. Oleh sebab itu sudah ada umat Katolik di Irlandia sebelum kedatangan Uskup Patrick.
Patrick fasih berbahasa Irlandia sehingga dia dapat menjangkau anggota komunitas Celtic yang tidak dapat memahami misionaris lainnya, sehingga banyak orang Irlandia di beberapa bagian di Irlandia yang saat itu belum memiliki agama menjadi pengikut Kristus. Dia melakukan misinya dengan sangat baik sehingga dalam satu abad Irlandia menjadi pusat kekuatan iman Katolik. Keberhasilan misinya tidak membuatnya membanggakan dirinya. Dalam kerendahan hati ia mengatakan “Tapi saya ingin Anda tahu dan dengan tulus percaya bahwa apa pun yang saya capai bukanlah melalui usaha saya, itu adalah pemberian Tuhan dan ini adalah pengakuan saya sebelum saya mati.” Misionaris yang rendah hati itu bahkan menyebut dirinya sebagai orang berdosa yang tidak terpelajar yang dipilih Tuhan untuk mewartakan Sabda-Nya
Namun di balik kesuksesan misinya, dia menghadapi pertentangan, ancaman kekerasan, penculikan, dan bahkan kritik dari pejabat Gereja dari Inggris dan Irlandia sepanjang hidupnya. Meskipun demikian, Uskup Patrick mendukung pejabat Gereja dalam membentuk dewan, mendirikan biara, dan membentuk keuskupan. Sementara itu umatnya menghadapi pelecehan, pembunuhan, dan perbudakan oleh perampok tentara bayaran. Tetapi melalui semua kesulitan, Uskup Patrick mempertahankan imannya dan bertahan dalam misinya di Irlandia. Misi St. Patrick di Irlandia berlangsung kira-kira tiga puluh tahun. St. Patrick meninggal pada 17 Maret 461 di Saul, Irlandia, di mana dia membangun gereja pertama.
Banyak kisah hidup dari St. Patrick yang bisa disampaikan, khususnya dalam misi yang ia lakukan, namun tidak semua bisa kita sampaikan pada kesempatan ini. Satu hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran adalah bahwa di balik kesuksesan selalu ada kesulitan yang harus dihadapi. Akhirnya, Tuhan telah mengangkat seorang pelindung untuk sebuah negara yang dulunya di negara itu ia pernah menjadi seorang budak. Negara itu adalah Irlandia dan orang itu adalah St. Patrick.
*Penulis adalah Rahib dan Imam di Mellifont Abbey, Collon. Co. Louth, Irlandia