
Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia, Romo Benedictus Hari Juliawan SJ mengawali penjelasannya tentang Pembedaan Roh dalam Seminar Ziarah dalam Gelisah “Mengolah Gerakan-gerakan Batin, Menekuni Latihan Pembedaan Roh Secara Ignasian dalam Hidup Sehari-hari”, di Gereja Santa Teresia, Bongsari, Semarang, 16 Desember 2022.
Menurutnya, ada tiga hal salah paham terkait dengan pembedaan roh yang mesti diluruskan. Yang pertama, pembedaan roh tidak terkait dengan makhluk halus. “Biasanya, di lingkungan kita apalagi di lingkungan budaya Jawa begitu ya, kalau kita ngomongin roh yang paling pertama muncul apa coba? Biasanya kan makhluk halus atau barang-barang yang tidak kelihatan. Nah, pembedaan roh bukan perkara itu. Bukan soal membedakan roh jenis yang mana, maksud saya apakah ini setan jenis A, jenis B, bukan. Juga tidak mau membedakan ini malaikat yang mana, Gabriel, Mikael, atau Rafael, bukan,” kata romo yang biasa Romo Benny itu.
Salah paham berikutnya, menurutnya, ada orang yang menganggap pembedaan roh sebagai ketrampilan praktis. “Yang kedua adalah, kalau kita bicara mengenai pembedaan roh ini seperti ketrampilan praktis. Seperti orang punya perkakas yang bisa dijunjung, dibawa ke mana-mana. Setiap kali ada kerusakan dikeluarkan lalu obengnya dipakai, kunci inggris dipakai, lalu habis selesai dipakai, masuk kotak lagi, orang pergi melanjutkan perjalanannya. Juga bukan itu. Pembedaan roh bukan soal tips-tips atau kiat-kiat,” katanya.
Yang ketiga, menurutnya, pembedaan roh juga bukan diskresi yang akhir-akhir biasa dipakai dalam khazanah populer dalam berita-berita di internet seperti dalam kalimat “Polisi telah melakukan diskresi untuk mengambil kebijakan counter flow”. “Nah, biasanya kata diskresi ini dipakai untuk mengatakan tidak mengikuti peraturan tertulis untuk sementara. Membuat pengecualian. Mirip kata kebijaksanaan,” katanya. Romo Benny menegaskan pembedaan roh juga bukan itu yang dimaksud.
Romo Benny pun menjelaskan asal-usul pembedaan roh. Menurutnya, pembedaan roh itu muncul dalam sejarah hidup Santo Ignatius Loyola sendiri. Hal itu terjadi ketika Santo Ignatius sedang menjalani masa pemulihan. Banyak waktu dipakai untuk tiduran menunggu agar sakitnya sembuh. Pikirannya mengembara ke mana-mana. Dan itu yang kemudian diamati. “Ketika dia ngalamun, membayangkan cita-citanya, andaikata kakinya ini nggak hancur apa yang akan dia lakukan. Dia merasakan ada semangat. Ambisinya berkobar-kobar. Tetapi sesudah itu, kok, hilang begitu saja. Ambisi itu cepat muncul tapi kemudian juga cepat hilang,” kata Romo Benny.
Sebaliknya ketika ia membayangkan cara hidup yang lain, kalau kakinya sembuh, ia akan meniru orang-orang kudus yang ia ketahui dan baca, hatinya berkobar-kobar tetapi kobarannya berbeda.
“Anehnya, ketika dia membayangkan itu semua, hatinya berkobar-kobar sama seperti ketika dia membayangkan karirnya di dunia politik. Tetapi kali ini jenis kobaran hatinya itu berbeda. Lebih awet. Dan membuat dia menjadi orang yang lebih sabar, lebih tenang. Nah, awal mulanya pembedaan roh itu adalah pengalaman Ignatius ketika sakit, ngalamun, dan dia memperhatikan gerakan-gerakan batin tersebut,” katanya. Jadi, kunci pembedaan roh, menurut Romo Benny, adalah mengamati gerakan-gerakan batin yang ada di dalam pengalaman kita sendiri.
Menurut Romo Benny, bahan utama pembedaan roh itu adalah gerakan batin. Dan Santo Ignatius percaya, gerakan batin itu berasal dari Roh Baik dan Roh Jahat. “Nah, gerakan yang berasal dari Roh Baik itu disebut konsolasi atau hiburan rohani. Hiburan rohani ini adalah ketika orang merasa bersemangat, ketika orang merasa digerakkan untuk melakukan sesuatu yang baik. Ketika dia merasa mau memberikan hidupnya untuk orang lain. Itu adalah gerak-gerik yang berasal dari Roh Baik atau konsolasi,” kata Romo Benny.
Sebaliknya, sambungnya, gerakan yang berasal dari Roh Jahat atau desolasi adalah gerakan yang membuat orang merasa sepi. “Kosong. Tak punya pengharapan. Malah mungkin pengin bunuh diri. Mungkin begitu ya. Mager. Tidak mau bergerak ke mana-mana. Atau malah melihat orang sinis. Gerakan-gerakan ini yang sering kemudian disebut sebagai desolasi. Nah, ini harus kita pahami sungguh-sungguh. Karena ini bahan utama pembedaan roh,” katanya.
Dalam situasi itulah, kita diajak untuk membedakan gerakan-gerakan batin tersebut, mana gerakan batin yang disebut Roh Baik dan mana gerakan batin yang disebut Roh Jahat.
Pada dasarnya, menurut Romo Benny, manusia “berisik”. Ada suara-suara di kepala kita. “Kita semua punya imajinasi. Kita semua punya hasrat, punya keinginan, punya ambisi. Nah, saudara-saudari, berisiknya manusia itu, ramainya batin kita itulah medan bagi gerakan-gerakan batin untuk kita semua. Dan, gerakan-gerakan batin ini hendaknya didalami terus menerus dan disadari, karena gerakan batin ini kita percaya atau menurut Santo Ignatius berasal dari Allah sendiri. Atau lebih tepatnya, Allah itu menggerakkan kita untuk mengabdi-Nya, sementara setan itu menggerakkan kita untuk menjauhi Allah. Jadi, prinsipnya, sebenarnya sederhana,” katanya.
Romo Benny mengajak kita peka mendengar “keramaian” batin kita. Menurutnya, hal itu hanya bisa dilakukan kalau orang terlatih. “Dan ini bisa dilatihkan kok. Artinya, kita membiasakan diri untuk mendengarkan ramainya batin kita itu. Membiasakan diri untuk menimbang-nimbang pengalaman,” katanya. Menurutnya, pembedaan roh harus menjadi bagian dari laku hidup sehari-hari.
“Tanda-tanda Roh Baik adalah ketika orang merasa dirinya itu berharga. Kepercayaan dirinya pulih. Sebaliknya, Roh Jahat itu bekerja ketika orang itu merasa dirinya itu tidak berharga, dirinya itu sia-sia tanpa martabat. Itu Roh Jahat,” tegas Romo Benny.
Tanda-tanda Roh Baik, menurutnya, juga terlihat ketika seseorang punya harapan baru. “Ketika orang merasa bahwa memang sekarang situasinya sulit apapun yang terjadi, saya kok percaya ya pasti akan ada jalan. Nah, ini gerakan semacam ini berasal dari Roh Baik,” katanya.
Namun, ketika kita menghadapi tantangan dan kesulitan, kita kehilangan semangat, menurutnya, kita sedang digerakkan oleh Roh Jahat. “Itu tanda-tanda Roh Jahat. Tidak mampu mengambil keputusan, menunda-nunda keputusan. Muter-muter saja. Nah, itu pertanda Roh Jahat,” katanya.
Demikian pula ketika seseorang merasa berdosa. Menurut Romo Benny, ada tanda yang membedakan bekerjanya Roh Baik dan Roh Jahat. Ketika yang bekerja adalah Roh Baik, seseorang meskipun merasa berdosa, tetap yakin bahwa Allah mengampuni dan memberikannya kesempatan.
Sementara Roh Jahat, menurutnya, akan membuat seseorang merasa yang paling berengsek di dunia. “Kamu nggak pantas ada di sini. Sudah kamu pergi saja dari sini. Kamu orang yang tidak akan bisa bertobat dan seterusnya, yang membuat kita berkubang terus di dalam rasa bersalah. Itu Roh Jahat,” jelas Romo Benny.
Romo Benny juga mengatakan, Santo Ignatius mempunyai daftar reaksi-reaksi atau tanda-tanda Roh Jahat dan Roh Baik yang ada dalam buku Latihan Rohani.
Setelah punya kemampuan membedakan gerak-gerik batin
Menurut Romo Benny, kemampuan membedakan roh adalah alat untuk mengambil keputusan. Spiritualitas Ignatian, sambungnya, sering disebut sebagai mistik pemilihan atau spiritualitas mengambil keputusan. “Di dalam tuntunan retret Latihan Rohani itu ada bagian khusus yang membimbing orang untuk melakukan pemilihan mengambil keputusan di dalam hidup. Dan, tentu saja ya, hidup kita sehari-hari ini kan rentetan keputusan. Mulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi, itu kan kita mengambil keputusan terus menerus. Hanya mungkin sebagian besar tidak sadar,” katanya.
Pengambilan keputusan itu mulai dari hal-hal yang sepele, yang sudah spontan kita lakukan tiap hari, sampai keputusan-keputusan penting dan sulit dalam hidup.
“Kita semua melalui itu. Dan inilah gunanya pembedaan roh, alat bagi kita yang membantu kita untuk mengambil keputusan-keputusan penting di dalam hidup kita. Ya, tentu tidak semua keputusan perlu dipikir dengan cara ini ya,” imbuhnya.
Menurutnya, ada beberapa hal yang sudah jelas tidak perlu memerlukan pembedaan roh, misalnya memilih yang baik atau yang jahat. “Kalau pilihannya itu antara melakukan hal baik atau hal jahat, itu bukan bahan untuk diskresi. Itu sudah jelas. Kita melakukan pilihan itu antara yang baik dan yang baik tentu saja. Memilih mana yang lebih tepat. Tapi kalau antara yang baik dan yang buruk jawabannya jelas nggak perlu diskresi kepanjangan. Langsung saja atau hal-hal yang sifatnya sederhana, soal selera makanan, kita nggak perlu berpikir jauh-jauh,” kata Romo Benny.
Menurutnya, hanya hal-hal yang penting dalam hidup kita saja yang memang menuntut kesungguhan dalam mengambil keputusan.
Langkah pembedaan roh
Romo Benny menegaskan, ketika mau mengambil keputusan, seseorang tersebut harus tahu tujuannya. “Sebelum mengambil keputusan itu, saya ini mau apa sebenarnya? Pertanyaan ini harus kita jawab dulu. Mau apa saya dengan keputusan saya ini nanti? Atau dalam bahasa Ignatius, kita harus bertanya lebih dulu, apa tujuan diriku ini ada? Apa tujuan manusia itu diciptakan? Karena keputusan-keputusan itu akhirnya harus mengarahkan kita untuk lebih dekat pada tujuan itu. Bukan malah menjauhkan. Jadi, sebelum kita memilih, saya mau naik mobil, saya mau naik motor, saya mau naik angkot, kita harus tahu dulu to, kita mau ke mana,” terangnya.
Setelah jelas tujuannya, menurut Romo Benny, seseorang yang akan mengambil keputuan harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, selengkap-lengkapnya, dan seakurat mungkin. “Ketika lulus SMA milih mau kuliah jurusan apa gitu ya? Atau ketika sedang menjalin relasi dengan seseorang memilih mau melanjutkan relasi ini atau putus sampai di sini saja, misalnya gitu, kita kan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan akurat, seakurat mungkin. Dan informasi ini, kita jadikan nanti bahan untuk melakukan langkah kedua, yaitu melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan. Pilihan A atau pilihan B. Saya mau kuliah psikologi misalnya, atau saya mau ambil ekonomi,” katanya.
Ia pun mengambil satu kasus, misal seorang anak muda setelah lulus kuliah dihadapkan pada pilihan mau bekerja atau menjadi volunter di Papua. “Kita kumpulkan dulu informasinya. Jangan sampai sudah membayangkan sampai ke mana-mana ternyata pergi ke Papua sekarang itu ongkosnya mahal sekali dan tak terjangkau. Pasti tidak akan berangkat. Jadi, nggak usah pusing-pusing dipikirkan. Maksud saya itu, kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya,” katanya memberi ilustrasi pentingnya seseorang mencari informasi terlebih dahulu.
“Jadi, langkah pertama masuk akal sekali, kumpulkan informasi , kemudian menimbang-nimbang atas dasar informasi itu, kelebihan-kekurangan masing-masing pilihan. Atau orang sering mengatakan pro dan kontranya. Strengts dan weaknesses untuk masing-masing pilihan,” ungkapnya.
Seteleh informasi terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pembedaan roh. “Amati gerakan batin itu. Ketika saya membayangkan setelah kuliah saya mau bekerja, apa yang ada di dalam diri? Gerakan macam apa? Apakah saya berkobar-kobar? Saya ingin melakukan sesuatu, bekerja. Dan dengan bekerja ini saya mengaktualisasikan diri saya kemampuan saya mau saya tunjukkan kepada orang-orang di sekitar saya. Saya juga mau membantu orang tuaku mencari nafkah, misalnya. Saya mau membiayai adik-adik saya dengan bekerja. Apa yang muncul di dalam perasaan? Gerakan batin yang mana? Begitu juga sebaliknya. Tidak. Saya masih butuh pengalaman. Saya mau pergi ke Papua. Saya mau jadi volunter. Saya mau pergi ke Paroki Waghete, misalnya, menjadi guru bantu di SMP atau SD di sekitar Paroki Waghete di Papua Tengah. Karena saya ingin merasakan tinggal jauh dari orang tua. Selama ini saya manja. Saya terlalu nyaman hidupnya. Saya ingin menjumpai realitas kemiskinan yang benar-benar berat. Saya ingin berkembang. Pilihan-pilihan itu, apa yang terjadi di dalam hati kita. Nah, itu tadi ya, manakah tanda-tanda Roh Baik bekerja? Dan manakah tanda-tanda Roh Jahat bekerja ketika saya menimbang-nimbang dua pilihan itu atau tiga atau empat, tergantung situasi. Setelah kita menimbang-nimbang dan yakin, pilihan ini berasal dari kehendak baikku dan Allah menggerakkanku untuk mengambil pilihan A itu ya, misalnya, saya mau jadi volunter ke Papua. Lalu, saya akan ambil keputusan, iya, inilah keputusanku. Saya akan menjadi volunter ke Papua. Lalu menindaklanjuti keputusan itu nantinya dan mempersembahkan pilihan ini kepada Allah. Karena seluruhnya, sekali lagi, bingkai besarnya adalah kita mau lebih dekat kepada tujuan kita diciptakan. Jadi, pilihan-pilihan ini nanti harus membuat saya makin terarah ke sana,” terang Romo Benny detil.
Menurut Romo Benny, pembedaan roh adalah sebuah laku hidup, olah rohani yang harus dipelihara setiap hari dan itu berisi kemampuan untuk membedakan gerakan-gerakan batin yang ada di dalam diri kita. “Gunanya gerakan-gerakan batin itu adalah ketika kita harus mengambil keputusan-keputusan penting di dalam hidup. Dan oleh sebab itu spiritualitas Ignatian itu seringkali disebut Spiritualitas Hidup sehari-hari. Anda semua tidak perlu menjadi Jesuit untuk mempraktekkan spiritualitas Ignatian. Itu sesuatu yang bisa kita lakukan dalam hidup kita masing-masing. Dan memang tujuannya untuk memperbaiki kualitas hidup kita sebagai manusia dan sebagai umat kristiani,” katanya memberi rangkuman.