
Umat Keuskupan Sanggau bergembira menyambut tahbisan Uskup Mgr Valentinus Saeng, CP di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus, Sanggau, 11 November 2022. Tahbisan berjalan khidmat. Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo menjadi penahbis utama. Sedangkan Kardinal Ignatius Suharyo menjadi penahbis pendamping 1 dan Mgr Giulio Mencuccini CP menjadi penahbis pendamping 2.
Takhta Suci menunjuk Pastor Valentinus Saeng, CP sebagai uskup pada hari Sabtu, 18 Juni 2022 yang kemudian dibacakan Mgr Mencuccini, setelah doa adorasi Sakramen Maha Kudus di Katedral Sanggau.
Peristiwa tahbisan dihadiri 34 uskup dari Indonesia dan uskup dari Serawak, Malaysia.
Dalam homilinya, Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan peneguhan seputar moto yang dipilih Mgr Valen “Peliharalah Harta yang Indah” (Bonum Depositum Custodi).
“Saya ingin menawarkan renungan sederhana berupa tafsiran saya atas semboyan yang dipilih oleh Mgr Valen. Mgr Valen mengambil kutipan dari Surat Rasul Paulus kepada Timotius “Peliharalah harta yang indah”. Artinya, Mgr Valen di dalam tugas perutusan sebagai uskup ingin menjalankan apa yang dulu dijalankan oleh Timotius atas saran Rasul Paulus, tentu di dalam zaman dan konteks yang berbeda-beda. Zamannya Rasul Paulus dan zaman kita sekarang semangatnya adalah menjalankan pesan yang diterima oleh Timotius dari Rasul Paulus,” kata Kardinal Suharyo.
Kardinal Suharyo pun menjelaskan sosok Timotius seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam surat-suratnya. “Di dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus mengenai Timotius mengatakan begini, sangat penting kutipan ini, “Karena tidak ada seorang pun padaku yang seperti dia. Ku itu Paulus. Dia itu Timotius, yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu. Mu itu umat. Dengan demikian sangat jelas. Bahwa Timotius adalah pribadi yang hebat, tidak ada seorang pun yang lain, yang memberi perhatian kepada jemaat seperti Timotius,” kata Kardinal Suharyo.
Kesungguhan Timotius dalam pelayanan, menurutnya, juga terlihat dalam tanda tangan yang disematkan Timotius dalam surat-surat yang ditulis oleh Paulus. “Dari antara 13 surat yang ditulis oleh Paulus, 6 di antaranya Timotius ikut tanda tangan. Tidak ada yang lain yang ikut tanda tangan kecuali Timotius. Tentu tanda tangan dalam arti yang seluas-luasnya,” kata Kardinal.
Menurut Kardinal Suharyo, seperti halnya Timotius bersungguh-sungguh melayani umat, Mgr Valen juga ingin melayani umat dengan sungguh-sungguh di Keuskupan Sanggau yang terungkap di dalam logo.
Rasul Paulus, lanjut Kardinal, menyebut Timotius dengan beberapa julukan yang berbeda-beda. “Dalam Kisah Para Rasul, Timotius disebut kawan seperjalanan. Dalam surat kepada Jemaat di Roma, ia disebut mitra kerja. Di dalam surat yang pertama kepada orang Korintus, Timotius disebut saudara bagi Paulus dan saudara bagi jemaat. Bahkan di dalam ayat Kisah Para Rasul yang lain, Timotius itu disebut pembantu. Artinya apa? Bagi saya, sebutan yang berbeda-beda itu adalah cermin kesiapsediaan untuk menunaikan tugas perutusan apapun, dalam peran apapun, demi kepentingan jemaat. Semangat seperti itu saya baca terungkap di dalam logo Mgr Valen dalam gambar roti dan anggur, lambang ekaristi,” katanya.
Kardinal Suharyo melanjutkan, seperti halnya roti ekaristi yang setiap kali di dalam perayaan ekaristi diambil, diberkati, dipecah-pecah, dan dibagi-bagikan, ia memahami Mgr Valen pun bersyukur karena diambil, artinya dipilih. Mgr Valen juga yakin akan berkat Tuhan, siap dipecah-pecah, agar hidup beliau dapat dibagi-bagikan dengan mengambil peran yang sesuai dengan tuntutan pelayanan.
“Yang tidak boleh dilewatkan tentu saja adalah simbol dengan huruf JXP (Jesu Xristi Passio). Karena apa? Karena Mgr Valen adalah anggota Kongregasi Pasionis. Artinya, beliau mempunyai devosi, kebaktian kepada sengsara Kristus. Sengsara Kristus kita tahu, bukan sengsara yang dicari-cari. Kalau mencari kesengsaraan itu namanya sakit. Tetapi sengsara Kristus menjadi pokok kebaktian karena kesengsaraan Kristus adalah bentuk dari korban demi kasih. Timotius juga diajak oleh Rasul Paulus untuk saya kutip “menderita”, “Ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah”. Tetapi bukan penderitaan yang membuat wajah ini muram. Melainkan pengorbanan yang menjadi salah satu sumber kegembiraan, sumber sukacita yang melupa-luap,” kata Kardinal.
Tak Pernah Berambisi Menjadi Uskup
Sedangkan Uskup Tertahbis Mgr Valen dalam sambutannya mengatakan, ia masih bertanya-tanya tentang kehendak Tuhan pada dirinya untuk menjadi uskup. “Saya sampai kemarin sore masih bertanya dengan Tuhan selama 5 bulan ini. Karena pas tanggal 11 (November) ini 5 bulan. Sampai kemarin saat (pemberkatan) insigna itu saya masih bertanya dengan Tuhan, kenapa saya yang dipilih jadi uskup? Masih bergulat. Tak pernah punya mimpi apalagi berambisi,” katanya.

Ia pun mengatakan, ambisi satu-satunya adalah menjadi orang Dayak pertama yang menjadi profesor dalam bidang filsafat murni. “Itu ambisi saya. Bukan menjadi uskup. Bukan. Saya sudah mapan sebagai dosen,” katanya. Selama ini dia mengajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana, Malang. Mgr Valen juga aktif dalam melakukan berbagai riset, terutama yang berhubungan dengan filsafat sosial. Banyak karya tulis ilmiah hasil pemikirannya di berbagai penerbitan serta aktif menjadi pembicara di forum-forum ilmiah.
“Saya ingin mengejar itu karena belum ada orang Dayak, mungkin banyak yang gelar PhD, tetapi belum ada satu pun yang bergelar profesor dari segi filsafat murni,” kata Uskup yang melanjutkan penggembalaan Mgr Giulio Mencuccini CP itu.
Namun, Mgr Valen menyadari, kalau Tuhan berkehendak lain. Ia pun harus mengikuti kehendak Tuhan. “Tapi ternyata Tuhan punya kehendak lain untuk itu. Kemarin saya menyerah dengan Tuhan seperti Daniel. Sekian lama saya berada di Malang tersembunyi juga dalam lingkup Ordo Kongregasi, saya selalu mengundurkan diri setiap kali nama saya masuk dalam pemilihan baik di lingkup provinsi maupun Asia Pasifik serta di lingkup dunia, saya menolak jabatan apapun karena saya ingin fokus di dunia penelitian, di dunia kampus. Tetapi ternyata Tuhan memberi ini. Saya mau lari ke manapun Tuhan berada di sana. Saya hanya bisa berkata ”Inilah saya, utuslah saya!” ungkap uskup yang lahir di Desa Keramuk, Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat, 28 Oktober 1969 itu.
Mgr Valen juga menyadari, jika semula permintaan doa dari umat pada uskup dianggap hanya main-main. “Sesudah jadi uskup saya baru mengerti. Mereka itu berdoa minta doa sungguh-sungguh, karena apa? Karena ini tugas mahasuci, mahamulia, tetapi pada saat yang sama adalah tugas mahaberat. Saya harus menjadi orang pertama yang masuk kapel. Saya orang yang pertama harus pantang puasa masa prapaskah. Saya harus menjadi orang yang pertama untuk menjadi contoh dalam segala hal. Dan sekian lama, saya pikir ini tugas yang sangat berat meskipun mungkin orang lihat kalau ada upacara uskup duduk di depan. Tetapi selesai upacara dia pulang, mikir bagaimana memberi semua perangkat kerja, semua pegawai keuskupan ini bisa makan, para pastornya bisa hidup layak, umat sekaliannya bisa digembalakan dengan baik. Itulah alasan mengapa selama ini saya pikir saya belum siap untuk hal yang begini, untuk tugas begini. Tetapi karena Tuhan berkehendak juga pada hari ini, karena itu saya minta Bapak-Ibu, Saudara-saudari, mohon doa, selipkanlah doa terutama umat Sanggau agar saya sungguh dapat memberi contoh teladan, lebih banyak mendengar daripada banyak berbicara,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Mgr Valen juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada pendahulunya, Mgr Giulio Mencuccini CP, yang telah menggembalakan Keuskupan Sanggau selama 32 tahun. “Saya hanya ingin mengutip apa yang dikatakan Vatikan. Beliau adalah misionaris besar. Beliau bukan hanya besar secara fisik, tetapi besar juga dalam hal karya di sini. Umat Sanggau bisa berada dalam keadaan seperti begini karena beliau telah bekerja keras. Karena itu tepuk tangan untuk beliau. Kita ada karena mereka telah bekerja keras dan karena itulah dalam moto saya ingin memelihara semua saja yang sudah dibuat oleh para misionaris, dikerjakan oleh Mgr Julius. Dan saya mengambil estafet ini, semoga Tuhan memberkati niat ini,” kata Mgr Valen yang sebelumnya pernah menjadi Direktur Rumah Spiritualitas Passionis di Malang itu.
Uskup muda putera Kalimantan
Uskup Emeritus Sanggau Uskup Mgr Giulio Mencuccini CP dalam sambutannya pun menyampaikan rasa syukurnya yang mendalam atas pentahbisan Mgr Valen. “Pada kesempatan yang berbahagia di hari pentahbisan Mgr. Valentinus Saeng, pengganti saya, saya sungguh merasa bersyukur dan penuh suka cita dalam Tuhan,” kata Mgr Giulio.
Mgr Giulio pun mengatakan kalau sudah lama ia merasa perlu mempersiapkan regenerasi yang baik. Maka, ketika berumur 70 tahun, ia mengajukan permohonan kepada Tahta Suci Vatikan untuk memperoleh uskup koajutor.
“Namun, permohonan itu berlalu begitu saja dan tidak mendapat respons positif,” katanya. Menurut Kitab Hukum Kanonik Gereja, lanjutnya, ketika uskup mencapai usia 75 tahun diminta untuk mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai uskup. “Maka, setelah perayaan hari ulang tahun saya yang ke-75, saya membuat surat permohonan pengunduran diri saya ke Takhta Suci Vatikan agar Keuskupan Sanggau segera mendapat seorang uskup yang baru,” sambungnya.

Kehendak Tuhan menjadi jelas saat Bapa Suci Paus Fransiskus mengabulkan permohonan pengunduran dirinya. “Maka, dari lubuk hati yang paling dalam, saya pantas berterima kasih kepada Tuhan dan kepada Takhta Suci bahkan bahwa pengunduran diri saya ditanggapi dengan cepat dan cukup cepat. Hanya berselisihan kurang lebih 1 tahun saja. Pada tanggal 18 Juni 2022, jam 17 atau 5 sore, permohonan pengunduran diri saya dikabulkan,” katanya.
Ia pun mengajak seluruh umat Keuskupan Sanggau untuk bersyukur kepada Tuhan karena Keuskupan Sanggau telah memiliki uskup baru yang muda dan penuh semangat serta putera Kalimantan yang lahir dan tumbuh dari wilayah keuskupan sendiri.
“Mgr Valentinus adalah seorang yang kaya dengan bakat-bakat dan kemampuan nalar filsafat sehingga pasti bisa membumikan dan mengakarkan iman kristiani serta menghadirkan di tengah umat beriman Tuhan Yesus Kristus, Imam Agung yang lemah lembut dan rendah hati serta Gembala yang sejati,” kata Mgr Giulio.
Sejak hari ini dan seterusnya, lanjutnya, Mgr Valen mewakili Kristus Sang Gembala yang baik, yang membangun kawanan domba Allah dalam kebenaran dan kesucian, melayani dan mencintai sepenuh hati dengan dedikasi yang tinggi pada setiap kebutuhan umat beriman dan semua orang yang berkehendak baik yang tinggal di Keuskupan tanpa pandang bulu.
Mgr Giulio pun berharap, Mgr Valen selalu diubah dan mengubah diri menjadi citra Tuhan Yesus. “Semoga Mgr Valentinus selalu diubah dan bisa mengubah diri menjadi citra Tuhan Yesus yang melayani dan mengasihi dengan rendah hati. Menyerahkan diri secara total untuk menuntun umat Keuskupan Sanggau di jalan kebaikan menuju Allah,” ungkapnya.