Dalam Why 11: 4-11 dikisahkan: “Aku, Yohanes, mendengar suatu suara yang berkata: “Lihatlah kedua saksiku ini. Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, orang itu harus mati secara itu.
Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.
Bila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka, binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka. Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.
Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan.
Mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi.
Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.
Mereka itu mendengar suatu suara yang nyaring dari sorga: “Naiklah ke mari!” Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh para musuh mereka.
Lukas dalam injilnya (Luk 20: 27-40) mewartakan: “Ketika itu, datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya: “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
Ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu. Mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati.
Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.” Jawab Yesus: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti para malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, tetapi Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”
Ketika mendengar jawaban itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” Mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Yohanes mendapat wahyu Allah bahwa dua utusan itu mati dibunuh, dan mayat mereka dibiarkan saja di jalan. Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.
Hendak disampaikan kepada kita bahwa Allah adalah Allah Kehidupan. Dia tidak menghendaki seorang pun binasa. Maka, orang yang sudah mati pun Dia bangkitkan.
Hendaknya kita pun mengusahakan kebangkitan. Bangkit dari kemalasan, keterpurukan, dan ketidaksabaran.
Dua, Yesus menjawab pertanyaan orang Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan: “Allah bukan Allah orang mati, tetapi Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.”
Yesus sebagai Putra Allah yang menjadi Manusia, benar-benar tahu keadaan surga. Allah adalah Allah orang hidup. Dialah penjaminnya. Di dalam Dia, hidup kita aman dan terjamin.
Kalau demikian, hendaknya kita tetap bertahan dalam mengikuti Dia meski ada banyak tantangan, kesulitan dan beban yang harus kita pikul. Amin.
Mgr Nico Adi MSC