HARI MINGGU BIASA XXXI
30 Oktober 2022
Bacaan I : Keb 11: 22 – 12: 2
Bacaan II : 2 Tes 1: 11 – 2: 2
Injil : Luk 19: 1-10
Perbedaan itu anugerah
Santo Fransiskus dari Assisi kita kenal sebagai pecinta damai. Dia sangat prihatin dengan konflik di Timur Tengah yang melibatkan Gereja dan Saudara Muslim. Maka dia menyediakan diri untuk menjadi duta perdamaian. Dia pula yang memperkenalkan kepada dunia akan keutuhan ciptaan, menganggap semua makhluk hidup adalah saudaranya, dan memperlakukan mereka sungguh sebagai saudara. Kini mari kita simak teks berikut ini. “Tetapi justru karena Engkau berkuasa atas segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat. Sebab Engkau mengasihi segala yang ada, dan tidak benci kepada barang apapun yang telah Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan” (Keb 11: 23-24). Sudah sejak zaman bahula, keberagaman hayati sebagai keindahan semesta dikehendaki dan diciptakan oleh Tuhan. Maka kita tidak pernah ragu untuk memeluk perbedaan sebagai kehendak Tuhan.
Tuhan adalah mahakuasa. Dia pencipta alam semesta. Karena mahakuasa, Dia menciptakan segala sesuatu yang ada. Maka, apapun yang ada, pasti ciptaan-Nya dan menurut kehendak dan rencana-Nya. Jika Dia tidak menghendaki sesuatu ada, niscaya Dia tidak menciptakannya. Konsekuensi logisnya, kita yang percaya pada kemahakuasaan Allah adalah kaum beriman yang sangat menghargai perbedaan. Bahkan, firman tersebut mengandung pesan ajakan untuk melestarikan perbedaan dan keberagaman. Semakin beriman, semakin respek pada perbedaan.
Kisah seorang bernama Zakeus yang diceritakan dalam Injil hari ini mengajak kita untuk semakin menghayati perbedaan sebagai suatu kegembiraan yang melahirkan syukur. Zakeus, pemungut cukai yang penuh dosa, yang diadili oleh masyarakat sebagai ‘sosok buruk’ pun dipilih Tuhan untuk dikunjunginya. Ia merasa disentuh dan direngkuh oleh Yesus yang diduganya tidak akan mau mengenal dia. “Hari ini telah terjadi keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.” Pesan kuat untuk kita bersama agar tanpa basa-basi merengkuh setiap perbedaan sebagai bagian dari ziarah hidup kita.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr