Kardinal Suharyo: Akhir-akhir ini pembaharuan itu menjadi sangat jelas bagi kita semua

Berikut ini adalah transkrip sambutan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo dalam Rekoleksi Bulanan Ikatan Alumni Filsafat dan Teologi (Ikafite) bertema “Quo Vadis, Konsili Vatikan II?” secara daring, 11 Oktober 2022.

Saya sungguh sangat menghargai prakarsa yang dilakukan oleh Ikatan Alumni Filsafat dan Teologi (Ikafite) Universitas  Sanata Dharma atau yang juga dikenal sebagai Fakultas Teologi Wedhabakti untuk mensyukuri anugerah Konsili Vatikan II genap 60 tahun.

Kita semua tahu salah satu kata kunci dalam Konsili Vatikan II adalah “aggiornamento” yang kalau diterjemahkan secara bebas berarti pembaharuan. Semoga acara yang dibuat oleh alumni Filsafat dan Teologi Universitas Sanata Dharma ini mengingatkan kita semua, mengingatkan seluruh Gereja khususnya Gereja Katolik di Indonesia untuk terus membaharui diri.

Akhir-akhir ini pembaharuan itu menjadi sangat jelas bagi kita semua. Saya menyebut misalnya, proses sinode yang sedang berjalan untuk menyiapkan sinode pada tahun 2023. Temanya sangat jelas “Menuju Gereja Sinodal: Persekutuan, Keterlibatan dan Misi”. Di balik rumusan itu ada pembaharuan yang sungguh sangat mendasar. Kalau disederhanakan menjadi Gereja yang mengajar, menjadi Gereja yang berjalan bersama-sama.  Tidak asal berjalan bersama-sama tetapi berjalan bersama-sama untuk menemukan kehendak Tuhan di dalam realitas dunia yang semakin kompleks ini. Maka, tidak mengherankan kalau katekese yang dilakukan oleh Paus Fransiskus akhir-akhir ini secara berseri adalah mengenai pembedaan roh. Itulah yang harus dilakukan di dalam berjalan bersama itu.

Ketika berjalan bersama itu sungguh-sungguh menjadi upaya untuk membedakan Roh, menemukan kehendak Tuhan. Kebersamaan itu pasti akan membuahkan persekutuan, komunio. Kalau komunio itu bertambah kuat, dengan sendirinya keterlibatan akan tumbuh pula. Keterlibatan semakin tumbuh, persekutuan semakin kuat dan begitu terus, proses ini buah-buahnya menjadi misi, menjadi kesaksian. Jelas sekali pembaharuan yang seperti itu dilakukan di dalam proses menuju sinode 2023 yang belum pernah ada sebelumnya.

Pembaharuan yang kedua, menjadi sangat jelas pula di dalam konstitusi apostolik yang ditulis dan diumumkan oleh Paus Fransiskus. Isinya adalah pembaharuan dalam lingkup Kuria Roma. Pembaharuannya menjadi sangat konkret. Misalnya, nama Kongregasi Suci sekarang tidak dipakai lagi. Yang dipakai untuk semua adalah Dikasteri. Artinya sangat umum. Itu berarti departemen atau kementerian atau pelayanan. Dua hal yang sangat berbeda. Kalau Kongregasi Suci itu biasanya dipimpin oleh seorang kardinal. Tetapi ketika menjadi Dikasteri, siapapun bisa memimpin. Awam bisa, termasuk awam perempuan bisa memimpin Dikasteri itu kalau sesuai dengan profesionalitasnya. Suatu langkah yang sangat besar.

Yang kedua, di dalam Predicate Evangelium itu juga ada daftar Dikasteri-dikasteri. Ada yang menarik di dalam daftar itu. Yang pertama, di dalam daftar itu tidak lagi diletakkan Dikasteri untuk Ajaran Iman, tetapi Dikasteri untuk Pewartaan Injil. Baru pada nomor 2, diletakkan Dikasteri untuk Pengajaran Iman. Dan yang nomor 3, adalah suatu Dikasteri baru yang diberi nama Dikasteri Pelayanan Kasih. Itulah satu, dua, tiga di dalam daftar Dikasteri di Curia Romana sekarang.

Waktu pertemuan dengan Paus, ada yang bertanya, “Lah, Dikasteri Liturgi diletakkan di mana?” Jawabannya sederhana, semua Dikasteri mempunyai tempat yang sejajar. Hanya sekarang yang menjadi perhatian utama adalah tiga Dikasteri itu. Ini pun sesuatu yang sangat istimewa karena ada tambahan Dikasteri untuk Pelayanan Kasih.

Tentu ini bukan sekadar pembaharuan organisasi di dalam Kuria. Bukan sekadar menempatkan orang-orang baru di dalam sebagai pimpinan dari Dikasteri itu. Dengan sangat jelas dikatakan, ini bukan sekadar new (baru), tetapi renewal (pembaharuan). Dan pembaharuan itu menyangkut tiga bidang. Pertama, pembaharuan spiritual, pasti, pembaharuan di dalam keunggulan kualitas manusiawi, dan yang ketiga adalah keunggulan profesionalitas. Yang jarang disebut yang nomor tiga ini. Masih banyak diskusi, masih banyak pertanyaan, tetapi sudah diputuskan di dalam Konstitusi Apostolik itu dan akan berjalan.

Paus Fransiskus sangat menekankan bahwa pembaharuan itu pertama-tama adalah pertobatan. Kalau kita melihat di dalam hidup Paus Fransiskus sendiri, pertobatan itu dalam arti yang seluas-luasnya bukan sekadar mengaku dosa, tetapi mengarahkan hidup kepada Allah. Menjadi sangat jelas pada waktu Paus Fransiskus berusia 17 tahun mengalami Wajah Allah yang Maharahim di dalam peristiwa panggilan Matius, yang sekarang masih tertulis di dalam apa namanya, banner atau apa namanya, yang selalu ada untuk setiap Paus dan setiap uskup juga punya. Semboyan. Semboyannya adalah Miserando Atque Eligendo. Rumusan bebasnya, ketika Yesus memandang Matius dengan wajah penuh kerahiman, Ia memanggil dia. Pengalaman akan Allah yang maharahim itu menentukan seluruh hidup Paus Fransiskus.

Pada usia 17 tahun, dia memutuskan untuk menjadi imam di dalam Serikat Jesus. Yang sangat terkenal tentu adalah pembaharuan itu tampak di dalam pilihan-pilihannya. Saya sebut satu yang kita semua tahu. Pada hari Kamis Putih ada upacara pembasuhan kaki para rasul. Dulu, yang dibasuh adalah kaki semua laki-laki dan diambil dari biasanya orang-orang yang terpandang. Paus Fransiskus, karena pengalamannya akan Allah yang maharahim itu membuatnya berbeda. Ada orang dipenjara, ada orang yang tidak kristiani, perempuan dibasuh kakinya. Kenapa? Pilihan atas dasar pengalaman akan Allah bahwa wajah Allah itu maharahim.

Jadi pengalaman akan Allah, transformasi pribadi yang tampak di dalam pilihan-pilihannya dan sekarang buahnya adalah transformasi institusi. Gereja yang berubah. Gereja yang membaharui diri. Semoga, acara syukur 60 tahun anugerah Konsili Vatikan II mengajak kita mencari jalan-jalan baru supaya Gereja Katolik di Indonesia khususnya, sungguh-sungguh menjadi Gereja yang relevan bagi umatnya sendiri dan menjadi Gereja yang sungguh berarti bagi masyarakat yang luas.

Selamat mengadakan acara! Semoga pada waktunya ada buah-buah yang sungguh dapat kita petik kita persembahkan kepada Tuhan! Kita jadikan berkat bagi Gereja. Terima kasih!

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *