Hari ini kita memperingati satu orang kudus yaitu St. Monika. Beliau lahir di Tagaste – Afrika Utara. Ketika berusia 20 tahun beliau menikah dengan Patrisius, seorang pemuda kafir dan suka mabuk.
Di antara anak-anaknya, yang paling mencemaskan adalah Agustinus. Karena doa-doanya dan bantuan Uskup Ambrosius, suaminya bertobat, begitu pula Agustinus. Beberapa waktu setelah Agustinus bertobat, Monika meninggal. Ia memberikan teladan untuk berani menghadapi kesulitan dalam keluarga, beban berat, kecemasannya dengan penyerahan diri kepad Allah lewat doa.
Dalam Sir 26: 1-4.13-16 dikisahkan beginilah firman Tuhan: “Berbahagialah suami dari isteri yang baik, dan panjang umurnya akan berlipat ganda. Isteri berbudi menggembirakan suaminya, yang dengan tenteram akan menggenapi umurnya.
Isteri yang baik adalah bagian yang baik, yang dianugerahkan kepada orang yang takut akan Tuhan. Entah kaya, entah miskin giranglah hatinya, dan selalu rianglah roman mukanya. Keelokan isteri menyenangkan suaminya, tetapi kepandaiannya membesarkan hatinya.
Suatu anugerah dari Tuhan ialah isteri pendiam, dan tak terbayarlah pendidikannya. Karunia berlipat dualah seorang isteri yang sopan, dan perempuan murni tidak ada imbangannya. Laksana matahari yang terbit di atas pegunungan Tuhan, demikianlah keelokan isteri baik di tengah rumah tangga yang rapih.
Lukas dalam injilnya (Luk 7: 11-17) mewartakan: “Ketika itu, Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Para murid-Nya pergi bersama dengan Dia, dan orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan ketika para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata. Lalu, Yesus menyerahkan dia kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, melalui nabinya Allah bersabda:”Isteri yang baik adalah bagian yang baik, yang dianugerahkan kepada orang yang takut akan Tuhan. Entah kaya, entah miskin giranglah hatinya, dan selalu rianglah roman mukanya”.
Meski amat berat dalam menghadapi dan melayani suami dan anak-anaknya, melalui doa, pengorbanan, dan penyerahan dirinya kepada Allah, Monika membuktikan bahwa dirinya adalah istri dan ibu yang baik.
Anak-anak atau calon orang tua yang baik memang dibina dan disiapkan di rumah, bukan di mal, kafe atau toko-toko swalayan. Moga-moga rumah, komunitas, lingkungan tempat kita berada adalah rumah pembinaan orang-orang baik.
Dua, Lukas mencatat: “Semua orang yang melihat pembangkitan anak muda itu ketakutan dan memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”
Pembangkitan anak muda itu merupakan wujud pembelaan, kepedulian dan keberpihakan Allah kepada kaum kecil dan tak berdaya (janda, yatim piatu, orang sakit, buruh, lansia, dan lain-lain).
Semoga kita pun terdorong untuk peduli dan menolong kaum lemah, orang miskin dan tersingkir. Amin.
Mgr Nico Adi MSC