Keluarga Tidak Mungkin Tanpa Pengampunan

Vikaris Episkopal Semarang Romo F.X. Sugiyana, Pr menyatakan rasa kagumnya pada orang-orang yang terpanggil dan berkomitmen untuk setia dalam perkawinan atau keluarga. Menurutnya, setelah membaca Seruan Apostolik Paus Fransiskus Amoris Laetitia, ia menilai hidup perkawinan tidak gampang dijalani.

“Ya, jadi memang tidak gampang. Banyak hal bisa terjadi dan dialami oleh keluarga-keluarga sejak mengucapkan janji perkawinan, kemudian dalam proses-proses awal perjalanan hidup berumah tangga mulai tahun pertama,tahun kedua sampai saat ini, kita mengalami hidup berkeluarga dalam tahun kita masing-masing,” katanya dalam homili Misa Akbar Keluarga, di Gua Maria Kerep Ambarawa, 26 Juni 2022.

Menurutnya, ada situasi-situasi tak terduga yang terjadi sepanjang kehidupan berkeluarga. “Ada situasi yang mungkin kadang-kadang tidak terduga dalam keluarga ketika anak lahir, anak remaja, anak telah menjadi dewasa, ketika kebutuhan pendidikan itu mulai kita rasakan, ketika orang tua kita masing-masing semakin renta, semakin tua dan akhirnya menjadi beban hidup kita, keluarga muda ini, juga ketika kondisi sosial ekonomi, komunikasi kadang-kadang tidak stabil,” kata Romo Sugiyana. Situasi tak terduga, menurutnya, juga terjadi karena situasi dari luar yang kadang-kadang memaksa keluarga harus pontang-panting menghadapinya.

Dalam misa itu, Romo Sugiyana didampingi Romo Giovanni Mahendra Christi, MSF; Romo Agustinus Tejo Kusumantoro, Pr; Romo Agustinus Parso Subroto, MSF; dan Romo Yohanes Sutrisno, MSF.

Romo Sugiyana juga melihat, budaya baru yang didukung oleh perkembangan teknologi, kadang-kadang menciptakan relasi baru yang menggerogoti kesetiaan perkawinan.

Romo Sugiyana pun menyampaikan, dalam situasi seperti itu, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk tidak terjebak membuang-buang energi dan tenaga untuk berkeluh kesah tentang keluarga masing-masing, tentang anak-anak, tentang orang tua, dan tentang kesibukan-kesibukan yang terjadi.

“Memang beliau juga menyadari bahwa perkawinan itu dibentuk oleh macam-macam pengalaman sukaduka, oleh pengalaman sukacita, oleh pergumulan, oleh tekanan, oleh kelegaan, oleh sakit, oleh pemulihan, oleh kesenangan, oleh kepedihan. Karenanya, Bapa Suci mengharapkan kita semua agar janji perkawinan itu, terus diperbarui, agar ikatan cinta dan sekaligus juga komitmen itu tidak melemah oleh berbagai persoalan-persoalan yang kadang-kadang terjadi,” katanya.

Romo Sugiyana bergembira dan bersyukur, keluarga-keluarga mampu melewati pengalaman-pengalaman berat atau pergumulan-pergumulan hidup berumah tangga yang masing-masing berbeda antara keluarga satu dengan keluarga yang lain.

“Anda juga mampu untuk terus menjaga kesuburan janji perkawinan dan keindahan rumah tangga Anda semua. Dan saya yakin di balik semua kekuatan-kekuatan, di balik semua sukacita yang kita alami, di balik semua ketahanan janji yang kita pernah ungkapkan, pasti ada energi yang mendasarinya. Ada tradisi-tradisi baik yang menyuburkan keluarga itu. Ada komitmen kuat yang memampukan Anda untuk tetap bergandeng tangan dalam segala situasi. Energi itu tidak lain yang diungkapkan dalam pedoman ini adalah energi rohani, energi komunikasi, energi cinta, tapi juga energi pengampunan. Bagaimanapun juga, hidup rohani yang dikembangkan melalui doa-doa keluarga, melalui ibadat, atau melalui devosi, semuanya itu akan turut memperkuat dan juga mengembangkan atau memperindah hidup rumah tangga Anda semua,” ungkap Romo Sugiyana.

Romo Sugiyana yakin, Gua Maria Kerep Ambarawa menjadi saksi dari kekuatan rohani hidup banyak keluarga Katolik. “Ada begitu banyak keluarga, setiap hari, ada di depan Bunda Maria, mohon rahmat, mohon kekuatan, mohon doa,” katanya.

Untuk itu, pihaknya menambahkan satu sarana di tempat itu untuk mengenang janji-janji perkawinan yang pernah terungkap dengan membangun tempat gembok cinta. “Tempatnya bagus itu ya. Harapan kami adalah, tempat itu bisa menjadi kenangan-kenangan bagi keluarga-keluarga untuk memperkuat ikatan cinta yang pernah terucap,” kata Romo Sugiyana.

Untuk memasang gembok cinta, pasangan suami-istri mesti berdoa dulu di hadapan Bunda Maria. Romo Sugiyana berharap, jika di kemudian hari ada permasalahan di antara suami-isteri tersebut, mereka bisa datang ke tempat tersebut untuk mengingat-ingat dan meneguhkan kembali.

“Semoga kenangan-kenangan, janji yang terus diperbarui melalui berbagai cara terus disimpulkan melalui berbagai bentuk bisa terus menjaga ikatan cinta keluarga itu tetap subur,” katanya.

Menurutnya, energi cinta dan pengampunan juga sangat diperlukan untuk ketahanan-ketahanan keluarga. “Paus Fransiskus menyatakan, cinta perkawinan itu tidak pernah menyerah, tidak pernah menyerah pada kebencian, kepada rasa sakit, kepada hati yang terluka. Cinta perkawinan adalah kekuatan yang bisa membantu melihat wajah Allah di dalam diri pasangan dan anak-anak sekalipun di dalam diri mereka ada kerapuhan-kerapuhan, ada kesalahan, ada mungkin juga kadang-kadang ketidaksetiaan kecil-kecil. Cinta perkawinan bisa membuka pandangan bahwa krisis adalah pengalaman pembelajaran terutama belajar untuk mendengarkan dengan hati, belajar untuk mendengarkan apa yang Tuhan kehendaki. Di dalam cinta pasti ada pengampunan. Keluarga tidak mungkin  tanpa pengampunan,” katanya.

Mengapa? Romo Sugiyana melanjutkan, karena kita bukanlah orang-orang yang sempurna. “Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya anak yang sempurna. Kita tidak punya pasangan yang sempurna. Kita tidak menikah dengan orang yang sempurna. Dan tidak ada keluarga jatuh dari surga dalam bentuk yang sempurna. Karena itu, ketidaksempurnaan ini bisa kadang-kadang membuat kita saling mengeluh, bisa saling kecewa apabila tidak ada pengampunan. Maka keluarga bisa menjadi arena konflik, menjadi tempat semua hati terluka,” sambungnya.

Karena itu, lanjut Romo Sugiyana, Paus Fransiskus selalu mengajak keluarga untuk membangun pengampunan-pengampunan tanpa henti, karena itu yang menyempurnakan cinta dan memperindah keluarga. “Mari kita bersyukur atas keluarga kita masing-masing, atas kasih yang terus berkembang dalam keluarga kita, atas anak-anak yang mewarnai sukacita keluarga, atas pekerjaan yang memberi banyak berkat kepada kita, atas segala yang baik yang kita alami juga dalam keluarga-keluarga kita,” ajaknya.

Selain intensi syukur penutupan tahun keluarga, sinode keuskupan, misa akbar itu juga untuk mensyukuri 82 tahun  Keuskupan Agung Semarang.

Keluarga yang bersukacita, menurutnya, menjadi sukacita Gereja, khususnya Keuskupan Agung Semarang yang berulang tahun ke-82. “Sukacita Anda semua, sekali lagi, menjadi sukacita Gereja, juga menjadi hadiah bagi Keuskupan Agung Semarang yang hari ini atau kemarin tepatnya merayakan hari ulang tahun ke-82. Semoga dalam perjalanan ke depan kita semua bisa mengambil bagian di dalam perkembangan Keuskupan Agung Semarang melalui kehidupan keluarga, melalui peran-peran keluarga supaya keuskupan ini terus berkembang dari waktu ke waktu,” katanya.

Romo Sugiyana pun melihat signifikansi peran keluarga Katolik bagi kehidupan keuskupan. Menurutnya, saat ini di KAS ada 137.189 keluarga, 366 ribu umat, 109 paroki, 9 stasi, dan terbagi dalam 5 kevikepan.

“Keuskupan berkembang karena keluarga. Dan saya yakin Anda bisa menjadi bagian dari perkembangan Gereja Keuskupan Agung Semarang ke depan melalui sukacita keluarga Anda, melalui peran-peran Anda dalam paroki, dalam Gereja di manapun Anda berada. Maka, Ibu, Bapak, Saudara-saudari, Adik-adik sekalian, mari kita syukuri kehidupan rumah tangga kita dan mari kita mohon rahmat agar tetap teguh sepanjang perjalanan hidup rumah tangga kita masing-masing. Tuhan memberkati keluarga-keluarga kita,” katanya.

Dalam misa itu para suami-istri bersama-sama memperbarui janji perkawinan. Janji perkawinan diucapkan seraya bergandengan tangan. Usai pembaruan janji perkawinan, anak-anak mengucapkan janji anak pada bapak-ibu. Selanjutnya, para suami-istri menerima gembok cinta untuk dikaitkan di tempat yang telah tersedia, lalu disambung dengan menyanyikan lagu “We Believe in Love”. Lagu ini merupakan hymne pertemuan keluarga sedunia. Usai misa Romo Vikep Semarang memberkati tempat pemasangan gembok cinta.

Sebelum penyerahan dan pemberkatan gembok cinta, Romo Agustinus Tejo Kusumantoro, Pr mengatakan, cinta perkawinan adalah cinta yang tulus, personal, ekslusif, dan tidak terbagikan. “Cinta itu dinyatakan dalam perjanjian perkawinan yang diungkapkan secara bebas, utuh, dan didasari kehendak batin yang jujur dan sungguh-sungguh. Perjanjian perkawinan itu dinyatakan sekali dan seumur hidup kepada pasangannya,” katanya dalam misa yang diikuti para suami-istri dari berbagai tempat itu.

Ia melanjutkan, gembok cinta yang akan tergantung di tempat tersebut menjadi ungkapan perjanjian perkawinan yang tak pernah lepas kapanpun dan dalam keadaan apapun, kecuali oleh kematian. “Allah yang menyatukan adalah Allah yang setia. Anda semua para pasutri bisa menggantungkan gembok di tempat gembok cinta itu untuk memaknai momen-momen perkawinan Anda agar senantiasa bahagia, penuh berkat, dan tetap langgeng selamanya,” katanya.

Hari-hari selanjutnya, bagi pasangan suami-istri yang datang ke Gua Maria Kerep Ambarawa dipersilakan untuk mengaitkan gembok cinta di tempat tersebut untuk meneguhkan ikatan perkawinan mereka.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *