Ibu Bumi merintih kesakitan karena ulah sebagian anak-anaknya. Alih-alih merawat Ibu Bumi, yang terjadi adalah, sebagian anak-anak Ibu Bumi beramai-ramai merusaknya melalui perilaku hidup yang tidak ramah pada Ibu Bumi dan lingkungan. Ekosistem rusak. Daya dukung kehidupan menurun. Polusi terjadi di banyak tempat. Ketidakadilan merebak.
Namun, seperti halnya ibu, meski kita telah menyakitinya, kita dipanggil kembali ke pangkuannya, untuk menjalin relasi cinta kasih ekologis. Bumi yang memberi hidup akan selalu menerima kita di pangkuannya. Paus Fransiskus melalui ensiklik Laudato Si’ mengajak kita semua untuk melakukan pertobatan ekologis atas dosa-dosa ekologis yang selama ini telah kita lakukan. “Pertobatan ini juga menyiratkan kesadaran penuh kasih bahwa kita tidak terpisahkan dari makhluk lainnya, tapi dengan seluruh jagat raya tergabung dalam suatu persekutuan universal yang indah.” (LS 220).
Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan (KKPKC) Kevikepan Semarang bekerja sama dengan sejumlah animator Laudato Si’ dan mitra menyambut pertobatan ekologis ini melalui kegiatan mondial Pekan Laudato Si’ 2022 sejak 22-29 Mei 2022.
Seperti dikutip dari www.laudatosiweek.org, Paus Fransiskus mengundang umat Katolik sedunia untuk merayakan Pekan Laudato Si’ 2022. Acara global selama seminggu ini menandai ulang tahun ketujuh ensiklik Laudato Si’ tentang kepedulian terhadap ciptaan dan menyatukan 1,3 miliar umat Katolik di dunia untuk mendengarkan dan menanggapi rintihan ciptaan Tuhan.
Umat Katolik bersukacita atas kemajuan yang telah dibuat dalam menghidupkan semangat ensiklik Laudato Si’, dan semakin intensif mengupayakan Platform Aksi Laudato Si’ (LSAP) yang baru di Vatikan, yang memberdayakan lembaga Katolik, masyarakat, dan keluarga untuk sepenuhnya menerapkan ensiklik Laudato Si’.
Hampir seperlima populasi dunia terorganisasi di sekitar 220.000 paroki di seluruh dunia. Gereja Katolik dapat memainkan peran yang kuat dalam memecahkan tantangan ganda dari darurat iklim dan krisis ekologi. Tema Pekan Laudato Si’ tahun ini adalah “Mendengarkan dan Melangkah Bersama.” Acara global delapan hari ini akan dipandu oleh kutipan dari Paus Fransiskus ‘Laudato Si’: “Membawa keluarga manusia bersama untuk melindungi rumah kita bersama” (LS 13).
Setiap hari dalam seminggu berbagai acara akan digelar baik secara langsung maupuan online, bahkan kombinasi keduanya. Acara-acara tersebut akan mengangkat ajaran Katolik tentang keanekaragaman hayati, menanggapi seruan orang miskin, divestasi, pendidikan, dan eko-spiritualitas.
Secara lokal, ribuan acara akan membawa pesan Laudato Si’ kepada umat Katolik sehari-hari, membantu menghidupkan perayaan global ini dan mengubah banyak komunitas di sekitar dunia. Pekan Laudato Si’ 2022 disponsori oleh Dikasteri Vatikan untuk Promosi Pembangunan Manusia Integral dan difasilitasi oleh Laudato Si’ Movement (LSM) bekerjasama dengan berbagai komunitas Katolik di seluruh dunia.
Khusus di Kevikepan Semarang, yang merupakan bagian dari Keuskupan Agung Semarang, Pekan Laudato Si’ diisi dengan berbagai macam kegiatan seperti misa pembuka, webinar ‘Pengolahan Sampah Organik dengan Komposting’, Talkshow ‘Merawat Ibu Bumi’, Webinar ‘Membuat Eco Enzym’, Aksi Tuang Eco Enzym di Kali Semarang, Seminar ‘Pengolahan Sampah dengan BSF’, Webinar ‘Bank Sampah di Gereja, Mungkinkah?’, Sarasehan ‘Mengenal Karya-karya Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan, dan diakhiri dengan misa penutup. Beberapa animator Laudato Si’ turut terlibat menjadi narasumber sesuai dengan kompetensinya.
Ketua KKPKC Kevikepan Semarang, Romo Aloys Budi Purnomo, Pr menyampaikan apresiasinya terhadap semua pihak yang terlibat dalam acara sepekan tersebut. “Kita dipanggil untuk mendengar jeritan bumi dan kaum miskin yang menanggung akibat dari setiap kerusakan bumi,” katanya dalam misa pembuka Pekan Laudato Si, 22 Mei 2022.
Vikaris Episkopal Semarang Romo F.X. Sugiyana, Pr juga menyampaikan apresiasinya atas usaha KKPKC bersama mitra yang terus setiap tahun mengadakan Pekan Laudato Si’ untuk menyadarkan, menginspirasi, dan mengajak setiap orang bergerak mencintai bumi menjadi rumah bersama
“Kita mendapatkan warisan dari sebelumnya, dan kita juga mewariskan kepada generasi selanjutnya. Maka, sangatlah berdosa kalau kita sendiri yang saat ini mendapat warisan dari generasi sebelumnya yang amat baik, kok kita mewariskanya kepada orang lain sebagai generasi selanjutnya sudah dalam keadaan kurang baik,” katanya dalam homili Misa Penutupan Pekan Laudato Si’, 29 Mei 2022.