SURAT GEMBALA USKUP KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
PADA HARI PENDIDIKAN NASIONAL, 2 MEI 2022
(dibacakan/diterangkan pada tanggal 30 April dan 1 Mei 2022)
Merawat serta Mengembangkan Pendidikan dan Sekolah Katolik
Yang saya kasihi Anak-anak, Remaja, Orang Muda, Bapak, Ibu, Suster, Bruder dan Romo sekalian. Selamat Paskah dan Berkah Dalem.
Tanggal 2 Mei merupakan hari penting bagi kita masyarakat Indonesia, dimana kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Melalui peringatan ini kita memaknai dan menempatkan pendidikan sebagai kegiatan berkelanjutan yang sangat penting bagi pembentukan manusia-manusia yang berkualitas. Bagi Gereja Katolik, pendidikan formal di sekolah mempunyai nilai dan peranan yang sangat menentukan dalam membentuk orang-orang yang beriman cerdas, tangguh, misioner, dan dialogis (CTMD).
Itulah sebabnya sejak awal keberadaannya di bumi Nusantara, Gereja Katolik – khususnya Keuskupan Agung Semarang – memberi perhatian besar pada penyelenggaraan pendidikan formal melalui sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi. Maka tidak mengherankan kalau di wilayah Keuskupan Agung Semarang ini ada begitu banyak sekolah Katolik, baik yang diselenggarakan oleh Keuskupan, Tarekat biarawan-biarawati, maupun awam.
Saudara-Saudariku, umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang yang terkasih.
Dalam rangka menyambut dan merayakan Hari Pendidikan Nasional ini, saya mengundang Anda semua untuk kembali melihat pentingnya pendidikan Katolik bagi generasi muda kita. Sebagaimana dirumuskan dalam Gravissimum Educationis (Pernyataan tentang Pendidikan Kristiani), Artikel 1, pendidikan memiliki dua (2) tujuan utama, yakni:
— Pertama: pembentukan manusia dewasa yang utuh dan seimbang. Untuk mencapai tujuan pendidikan ini sangat dibutuhkan pembentukan fisik, moral, spiritual, dan intelektual.
— Kedua: partisipasi atau keterlibatan aktif dalam kehidupan masyarakat. Tujuan pendidikan Katolik tidak sekadar mencetak orang-orang yang pandai secara intelektual, namun terlebih membentuk pribadi-pribadi yang mampu terlibat secara aktif dalam kehidupan sosial demi terwujudnya kebaikan atau kesejahteraan bersama.
Kalau kita mengacu pada dua tujuan utama tersebut, maka pendidikan kristiani baru dapat dikatakan berhasil kalau mampu menghasilkan manusia-manusia yang utuh dan seimbang dalam kepribadian, serta mau dan mampu melibatkan diri dalam mengupayakan kehidupan bersama yang semakin baik. Pribadi yang mampu membawakan nilai-nilai iman demi transformasi atau perubahan ke arah yang lebih baik dalam hidup bersama, tanpa hanyut dalam arus zaman. Ngèli tanpa kèli, itulah nasihat para sesepuh kita.
Saudara-Saudariku yang terkasih.
Kita sadar betul bahwa keluarga merupakan sekolah pertama dan utama bagi anak-anak untuk belajar hidup dan mempelajari kehidupan. Di dalam keluarga inilah anak-anak belajar hidup bersama dengan orang lain dalam suasana damai penuh kekeluargaan, saling pengertian, saling memaafkan, dan saling menolong. Di dalam keluarga inilah anak-anak belajar nilai kejujuran, keadilan, kebenaran, toleransi, dan solidaritas.
Pemeran utama dan pertama dalam pendidikan awal ini adalah orangtua. Demikian ditegaskan dalam kanon 1136 Kitab Hukum Kanonik: “Orangtua mempunyai kewajiban sangat berat dan hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial dan kultural, maupun moral dan religius”. Karena itu kita, para orangtua, senantiasa diundang untuk melaksanakan tanggungjawab ini dengan memberikan pendidikan yang terbaik, entah berkaitan dengan intelektualitas maupun iman, moral, dan sosial-kemasyarakatan. Untuk itu sangat penting anak-anak diarahkan untuk memilih dan menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang memberikan jaminan atas kebutuhan dasar tersebut.
Terkait dengan hal itu, sekolah-sekolah Katolik diharapkan memiliki keunggulan yang dapat dibanggakan dan mempunyai kekhasan yang membedakannya dari semua sekolah yang lain, sehingga dapat menjadi pilihan utama bagi pendidikan generasi muda kita. Dalam hal ini para pendidik dan lembaga penyelenggara pendidikan berperan penting untuk memegang teguh amanat Gereja, sehingga sekolah Katolik menjadi rumah dimana anak didik bertumbuh bersama, mendapatkan warisan nilai-nilai kasih Kristus, dan mendapatkan kesempatan untuk melibatkan diri memperjuangkan nilai-nilai kekatolikan demi kebaikan bersama di tengah masyarakat.