Oleh BAVO BENEDICTUS SAMOSIR, OCSO*
Tidak pernah dia membayangkan peristiwa ini akan terjadi dalam kehidupannya. Tunangannya yang suci dan sangat ia kasihi ternyata telah mengandung seorang bayi yang bukan dari benihnya. Betapa hatinya sangat kecewa. Pribadi yang selama ini sumber kebahagiaannya, kini menjadi sumber luka hati yang sangat mendalam. Namun ia berusaha menenangkan diri dan berdoa memohon petunjuk dari Tuhan untuk putusan dan tindakan apa yang harus ia lakukan. Dia memang sosok pribadi yang selalu dalam keheningan Allah, mau mendengarkan Allah yang berbicara dalam kehidupannya, khususnya ketika ia menghadapi kesulitan atau tantangan dan bersamaan dengan itu ia diharuskan untuk mengambil keputusan dan tindakan.
Dengan kesedihan yang mendalam akhirnya ia membuat keputusan untuk meninggalkan tunangannya. Ia harus pergi sejauh mungkin dari desanya. Matanya berlinang namun ia segera menyekanya sebelum jatuh menetes. Keputusan untuk meninggalkan tunangannya sesungguhnya membuat hatinya sedih dan terluka karena cinta masih ada di dalam hatinya. Matanya berlinang lagi, namun ia segera menyekanya lagi sebelum linangan itu jatuh membasahi kedua sisi hidungnya. Tidak ada cara lain selain ia harus meninggalkannya. Biar orang menganggap dirinya sebagai pria yang tidak bertanggungjawab karena telah meninggalkan tunangannya. Ia tidak mau mempermalukan tunangannya di hadapan banyak orang dengan menyatakan bahwa tunangannya telah mengandung yang bukan dari benihnya, meskipun ia berhak untuk itu. Dan ia tidak mau tunangannya mendapat hukuman atas peristiwa ini karena sejatinya cintanya tidak berubah. Dia memang pribadi yang tinggal dalam keheningan Allah, yang tidak akan pernah mau mewartakan berita buruk apalagi sampai mendatangkan kesulitan dalam kehidupan orang lain.
Dalam kesedihannya yang mendalam, akhirnya dia membaringkan diri di peraduannya yang sederhana. Dia berencana akan pergi meninggalkan tunangannya sebelum fajar menyingsing tanpa diketahui oleh siapapun, termasuk dia yang masih ia kasihi. Dia pun terlelap di dalam mimpi. Dan dalam keterlelapannya seorang malaikat menyampaikan pesan kepadanya bahwa tunangannya mengandung seorang Putra yang berasal dari Roh Kudus. Dan Putranya itu kelak akan menjadi penyelamat umat manusia. (Matius 1:18-21). Ia terjaga. Secara manusiawi, tidak ada orang yang mau dan mampu memercayai seorang wanita mengandung oleh Roh Kudus. Pada awalnya tentu saja dia mengalami keraguan. Namun keheningannya di dalam Allah membuka dirinya untuk mau mendengarkan dan memercayai kabar dari sang malaikat, meski tanpa bukti yang nyata. Dia menerima tunangannya menjadi istrinya sebagai bentuk ketaatannya pada Allah dalam rencana keselamatan manusia. Penerimaannya atas dasar iman ini menyadarkan kita semua bahwa iman kepercayaan selalu melampaui bukti empiris.
Dia dan istrinya tiba di Betlehem untuk keperluan pendaftaran yang diharuskan oleh seorang penguasa bagi setiap warga. Ketika pendaftaran itu usai, dia segera mencari sebuah penginapan untuk isrinya yang tiba waktunya akan melahirkan. Namun tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Dalam keheningan Allah, dia tidak mengeluarkan kata-kata keluhan apapun. Ia segera bertindak dengan menjadikan sebuah palungan sebagai tempat yang nyaman bagi sang istri dan Sang Bayi Kudus. (Lukas 2:7). Kenyamanan Bayi Kudus dan ibu-Nya ada dalam perlindungannya yang memiliki kelembutan cinta Allah Bapa, meskipun saat itu sedang berada dalam lingkungan yang tidak nyaman. Betapa sering kita dapati kata-kata keluhan dalam kehidupan harian hanya karena ada sedikit ketidaknyamanan dalam sebuah perjalanan hidup. Kita lupa bahwa Allah selalu memberikan perlindungan yang jauh melampaui kenyamanan hidup yang kita cari di dunia ini, yang sifatnya hanya sementara.