
Peringatan kelahiran Sang Juru Selamat merupakan wujud cinta kasih Allah yang berkenan membangun persaudaraan dengan manusia. Allah tidak lagi jauh melainkan dekat dan bahkan berjalan bersama dalam sejarah hidup manusia. Oleh karenanya, kita pantas bersukacita merayakan Natal karena Ia ada bersama dengan manusia dan segala mahkluk ciptaan-Nya. Selain itu, tema itu lahir dari kesadaran atas realitas pandemi Covid-19. Kita disadarkan bahwa hidup bersama sebagai satu keluarga besar umat manusia. Kita dapat mengatasi pandemi ini secara bersama-sama tanpa membeda-bedakan latar belakang agama, suku dan ras. Selain memberi bantuan kebutuhan kesehatan dan pangan secara bersama-sama, kita harus mengatasi pandemi Covid-19 dengan menaati protokol kesehatan. Tema Natal 2021 meneguhkan dan memperkuat persaudaraan dan toleransi di tengah masyarakat.
Pastor Kepala Paroki St Theresia Bongsari Semarang, Romo Eduardus Didik Chahyono SJ, dalam homili misa malam Natal, 24 Desember 2021, menyampaikan refleksi bahwa Sang Juru Selamat berkenan hadir dalam keluarga. Dengan demikian, Allah sangat menghormati institusi perkawinan sehingga Ia sendiri berkenan menggunakannya sebagai jalan keselamatan.
Romo Didik mengungkapkan, Natal tahun 2021 sungguh berkesan mendalam. ”Natal tahun ini begitu berkesan mendalam karena ada sejumlah keluarga yang mengalami duka dan kesusahan karena virus corona. Ada sosok-sosok yang dikasihi terenggut hidupnya menjadi korban ganasnya virus corona. Ada keluarga menjadi timpang dan berbeban berat karena ditinggalkan anggota keluarga yang menjadi penopang rumah tangga. Di tengah situasi semacam itu, kita diajak untuk mengalami Natal. Ia hadir dalam realitas keluarga kita masing-masing,” ungkapnya.
Menurutnya, kelahiran dan kehadiran Yesus menjadi tanda bahwa Ia tidak meninggalkan keluarga-keluarga yang sedang berkesusahan. “Bila kita merenungkan kisah kelahiran Yesus Kristus, kita ditunjukkan bagaimana Bapak Yosef dan Ibu Maria pun mengalami keadaan hidup yang serba terbatas. Ia lahir dalam kemiskinan yang memuncak di kandang Betlehem. Bahkan dikisahkan selanjutnya, Keluarga Nazareth harus mengungsi ke Mesir dalam situasi kecemasan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, Yesus Kristus pun memahami situasi keluarga-keluarga saat ini dan selalu hadir menyertai,” kata Romo Didik.
Refleksi tentang Yesus Kristus yang solider pada keluarga tertuang dalam hiasan Natal di Gereja Santa Theresia Bongsari Semarang. Pohon natalnya berbentuk instalasi patung manusia yang menggambarkan keadaan keluarga yang anggota tubuhnya tidak lengkap. Tangan dan kaki anggota keluarga saling menopang satu dengan yang lain. Hati yang menyala menjadi tanda kelahiran dan kehadiran Yesus Kristus dalam masing-masing anggota keluarga. Satu dengan yang lain saling merengkuh dan menjadi penyemangat untuk terus melanjutkan peziarahan hidup dalam terang bimbingan Tuhan.