
MINGGU PESTA KELUARGA KUDUS NAZARET
26 Desember 2021
Bacaan I : 1 Sam 1: 20-22. 24-28
Bacaan II : 1 Yoh 3: 1-2.21-24
Bacaan Injil : Luk 2: 41-52
Keluarga sebagai mezbah pujian bagi Allah
Mezbah Keluarga. Mungkin ini istilah yang cukup asing di kalangan Gereja Katolik. Bagi saya, istilah tersebut kedengaran indah. Saya membayangkan sebuah ibadat kecil dalam keluarga yang dilakukan secara rutin dengan pujian, sabda, sharing, dan doa keluarga. Rupa-rupanya banyak keluarga Katolik yang sudah terbiasa mengadakan ibadat bersama di tengah keluarga, setiap hari. Ini tentu mengagumkan. Suatu ketika, saya menelpon seseorang di malam hari, sekitar jam 9 malam. Begitu mengangkat telepon dia meminta maaf untuk tidak berlama-lama karena dia sedang menyiapkan ‘Mezbah Keluarga’ dan berjanji akan menelepon balik setelah ibadah nanti. Dan benar saja, kurang lebih sejam kemudian dia menelepon balik. Karena tertarik dengan istilah Mezbah Keluarga, saya bertanya tentang itu kepadanya. Rupa-rupanya Mezbah Keluarga adalah semacam ibadat sabda. Karena Katolik, susunannya adalah mirip dengan ibadah sabda. Keluarga itu melakukan rutin setiap malam, dengan tugas bergilir antara bapak, ibu, dan anak-anak. Spontan saya membayangkan seorang anak SD memimpin ibadat sabda lengkap! Dahsyat. Keluarga ini sedang menghidupi tradisi iman, sekaligus memperkenalkan anak pada Tuhan, sekaligus mendidik mereka untuk mengalami Tuhan. Luar biasa.
Hal paling menyedihkan adalah mendengarkan keluhan orang tua tentang anaknya yang sulit untuk diajak merayakan iman di gereja. Bahkan banyak di antara orang muda yang sudah meninggalkan tradisi iman mereka. Tentu ini sangat memusingkan orang tua. Namun keluhan itu selalu mengantar saya pada pertanyaan, sungguhkan orang tua telah menanamkan iman kepada anak sejak dini? Pengetahuan agama, kebiasaan berdoa, menghidupi nilai-nilai iman dalam keluarga, dan melestarikan tradisi iman? Banyak orang tua yang permisif tentang ini. Dan nanti baru mengeluh dan merasa tidak tahu harus bagaimana ketika anak sudah semakin jauh dari iman, berpacaran dengan yang tidak seiman, meminta izin pindah agama, atau menjadi seorang ‘atheis praktis’.
Apa yang dilakukan oleh Maria dan Yosef terhadap kanak-kanak Yesus? “Tiap-tiap tahun, pada Hari Raya Paskah, orang tua Yesus pergi ke Yerusalem. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti lazim pada hari raya itu.” Tampaklah betapa orang tua Yesus sangat disiplin dalam membiasakan Anaknya mengenal dan menghidup tradisi iman. Tidak ada yang terlewatkan. Dan itu disebut: lazim. Pertanyaan untuk setiap keluarga, di Hari Pesta Keluarga Kudus Nazaret: Apakah hal yang sama juga kita lakukan? Berdisiplin membiasakan keluarga taat pada komitmen iman dengan menghidupi tradisi? Sesungguhnya itulah pendidikan iman yang sebenar-benarnya. Itulah pembekalan yang terbaik. Tradisi Mezbah keluarga yang saya ceritakan di atas membuahkan keluarga yang kompak melayani Tuhan. Dan ketika saya bertanya pada anak perempuannya yang remaja kenapa kamu mau tampil melayani, jawabnya adalah: Dipaksa mama! Ya, memang pendidikan itu disiplin dan nanti si remaja itu akan memetik buahnya ketika dia dewasa!
Hai keluarga, ayo menghidupi tradisi iman dan jangan pernah kendor dan permisif!
Romo Agus Suryana Gunadi, Pr