Renungan Harian 4 Oktober 2021

Hari ini adalah hari peringatan Santo Fransiskus Asisi.  Menurut catatan Santo Bonaventura, pada diri Fransiskus tampak kebaikan Tuhan, Sang Penyelamat. Kesucian Fransiskus memang tidak menonjol. Setelah meninggalkan kemewahannya pada usia 25 tahun, dia mengikuti Kristus di jalan kemiskinan.

Sikapnya tidak setengah-setengah. Para rekannya yang mengikuti dia tidak diberi peraturan-peraturan, selain nasihat injil dalam kemiskinan dan salib-Nya.

Dia mengikuti Kristus sepenuhnya, sehingga tumbuh kasih kepada kaum papa dan miskin. Dia menyebut  matahari, alam ciptaan, burung-burung, dan sesamanya sebagai “saudara”. Menjelang akhir hidupnya di Gunung Alverna dia mendapat stigmata (luka Yesus) di tubuhnya. Dia dijemput “saudari maut” tahun 1226.

Paulus dalam suratnya (Gal 6: 14-18) menegaskan: ” Aku tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia. Bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.

Semua orang, yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah. Selanjutnya janganlah ada orang yang menyusahkan aku, karena pada tubuhku ada tanda-tanda milik Yesus. Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus menyertai roh kamu, saudara-saudara! Amin.”

Matius dalam injilnya (Mat 11: 25-30)  mewartakan: “Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu.

Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Santo Bonaventura mencatat apa yang dia lihat pada diri Fransiskus: “Sikapnya tidak setengah-setengah. Para pengikutnya didorong untuk mengikuti Kristus dalam kemiskinan dan salib-Nya”. Tentu  Santo Fransiskus sebagai penggerak utama kelompok pemula itu, berani melawan arus, siap berkorban, dan menjadi teladan meski usianya baru 25 tahun.

Pada awalnya tentu belum semuanya jelas bagi dia dan para pengikutnya, namun tentu semua itu terjadi karena bimbingan Tuhan dan keterbukaan mereka pada rencana dan kehendak Allah.

Hendaknya kita pun berani memulai sesuatu yang baik, meski pada awalnya tidak atau belum jelas. Yang penting kita membuka diri pada bimbingan Tuhan melalui orang-orang baik dan bijaksana yang dipercayakan untuk menuntun kita, agar kasih karunia Tuhan selalu menyertai kita.

Dua, Yesus bersabda: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.

Bekerja atau melayani  siapa pun, secara fisik memang melelahkan, dan lebih melelahkan lagi bila beban itu berkaitan dengan perasaan tidak senang, kecewa, dan sakit hati. Atau juga bila pemikiran kita ditolak tanpa alasan yang jelas, dilecehkan dan hak kita dirampas, beban yang dipikul menjadi semakin berat.

Kita butuh didengarkan, dimengerti, diakui dan diteguhkan, serta dimaafkan atau diampuni sehingga ada kelegaan.

Yesus menawarkan dan memberikan kelegaan itu. Mari kita datang kepada-Nya bila sedang berbeban berat, dan bukan ke tempat-tempat hiburan yang tidak sehat, mabuk atau memakai narkoba yang malah membuat beban semakin berat. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *