MINGGU BIASA XXVII
03 Oktober 2021
Bacaan I : Kej 2: 18-24
Bacaan II : Ibr 2:9-11
Bacaan Injil : Mrk 10:2-16
Revolusi Keutuhan Ciptaan
Tanggal 4 Oktober menjadi hari yang istimewa bagi pecinta persaudaraan dan keutuhan ciptaan. Sebab pada hari itulah kita merayakan sosok yang sangat berpengaruh di dunia sejak sembilan abad yang lalu: Fransiskus. Atau biasa disebut Santo Fransiskus Asisi. Asisi, sebab dia berasal dari kampung Asisi di Italia. Sampai hari ini, jika kita memasuki kota Asisi, akan terasa kesejukannya, bukan hanya udara yang dingin, melainkan dan terutama sukma kita terasa damai oleh keindahan kota dan area persawahannya, alam tanaman dan ternaknya, dan juga keramahan penduduknya. Rasanya, kota ini sungguh dirasuki oleh roh Fransiskus.
Siapakah Fransiskus? Seorang muda anak orang kaya juragan kain, yang melarikan diri dari keluarga untuk mengambil pilihan hidup miskin demi menemani para miskin lain. Itulah panggilan imannya. Sangat kuat dalam dirinya keinginan untuk menjadikan dunia damai. Maka ia menjalin komunikasi dan relasi (kunjungan) ke tokoh-tokoh lintas iman. Dan satu hal yang sampai sekarang menjadi tren adalah kehendaknya untuk menghayati setiap ciptaan sebagai saudaranya. Dia menyebut ciptaan lain bukan hanya sebagai sesama ciptaan, melainkan ‘saudara sebapa’. Itu berlaku untuk hewan binatang, juga tumbuhan tanaman. Semua adalah saudara sebapa. Dengan penuh kasih sayang dia memperlakukan setiap ‘saudara’ nya itu.
Kitab Kejadian menceritakan tentang penciptaan manusia. Dan setelahnya dikisahkan bagaimana Tuhan menyerahkan segala ciptaan lain itu kepada manusia. “DibawaNyalah semua kepada manusia itu, untuk melihat bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu”. Manusia diberi kuasa atas segala makhluk yang telah dinamainya itu. Kuasa bukan untuk menaklukkannya, melainkan kuasa untuk memeliharanya dalam hidup bersama. Itulah yang dihayati Santo Fransiskus yang juga dipesankan oleh Gereja kepada segenap umat beriman. Sehingga, memelihara keutuhan ciptaan adalah bukti nyata wujud beriman, sebagaimana dinyatakan dalam dokumen Laudato Si’.
Kisah penciptaan Adam dan Hawa, yaitu bahwa Hawa diciptakan dari tulangrusuk Adam, melukiskan tentang kesetaraan ciptaan, bahkan pada relasi yang paling inti: suami dan istri. Yang dibutuhkan saat ini adalah kesadaran bahwa semesta ini adalah ciptaan Tuhan demi keutuhan hidup. Dan Tuhan menuntut tanggungjawab manusia, untuk memeliharanya. Pertama keutuhan relasi keluarga, antar manusia; berikut respek pada ciptaan lain.
Romo Agus Suryana Gunadi, Pr