HARI RAYA PENTAKOSTA
Roh Allah yang Mengubah Arah Hidup Kita
23 Mei 2021
Bacaan I : Kis 2: 1-11
Bacaan II : Gal 5: 16-25
Bacaan Injil : Yoh 15: 26-27; 16: 12-15
Pentakosta sering disebut tonggak sejarah berdirinya Gereja, hari ulang tahun Gereja, awal mula berdirinya Gereja. Dan setiap tahun kita merayakannya sebagai saat pengenangan Roh Kudus yang turun kepada para murid, yang kemudian berkobar menjadi rasul. Ya, di hari pentakosta para murid mengalami pencerahan rohani. Tiba-tiba saja muncul kesadaran baru akan panggilan dan arah hidup. Mereka bukan lagi murid yang pasif mendengarkan guru dan menjalani hidup. Mereka kini menjadi rasul yang diutus untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia.
Pernahkah Anda mengalami titik balik dalam hidup? Dari gelap menjadi terang; dari loyo menjadi berkobar; dari mati menjadi hidup kembali; dari putus asa menjadi antusias. Dalam satu dua aspek kehidupan, sangat mungkin kita masing-masing pernah mengalaminya. Saya mengalami beberapa kali dalam beberapa aspek kehidupan saya pribadi. Tentang hidup panggilan menjadi imam, saya pernah mengalami ‘kesadaran baru’. Dan itu saya hayati sebagai pentakosta personal. Pentakosta itu tidak selalu berkaitan dengan momen upacara formal semisal tahbisan imamat, atau hari ke lima puluh setelah paskah. Tetapi lebih karena ‘indah pada waktunya’, waktu Tuhan bukan waktu kita. Dalam salah satu sesi pengolahan hidup panggilan, saya ‘tiba-tiba’ mengalami kobaran api imamat. Imamat menjadi terang benderang dan mengobarkan hati untuk mengabdi. Dan itu memberi sukacita besar, dan antusiasme persembahan diri yang berkobar-kobar.
Pentakosta yang kira rayakan hari ini adalah titik balik para murid Yesus. Mereka frustrasi dan kecewa ketika ternyata Guru yang mereka ikuti, kalah tanpa perlawanan, dan bahkan mati secara hina. Mereka malu pada orang Yahudi lain, mereka berkemas-kemas untuk pulang memupus mimpi dan menjadi manusia biasa lagi. Beberapa menyatakan untuk kembali menjadi nelayan. Namun sementara mereka merancang hari untuk ‘bubar jalan’, berkumpul di suatu ruang dan berdoa bersama Maria Bunda Yesus, tiba-tiba mereka mengalami pencerahan karena Roh Kudus yang dicurahkan. Mereka memahami secara baru tentang peristiwa Yesus. Berpangkal dari kesadaran itu, mereka sekarang bukan hanya menjadi murid, melainkan rasul. Rasul itu adalah pewarta Injil. Secara berkobar-kobar, mereka keliling dari kota ke kota untuk memberi kesaksian Injil. “… Kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis 2: 11).
Anda Kristen? Pendherek Gusti Yesus? Anda tidak dipanggil hanya menjadi murid, melainkan rasul.
Romo Agus Gunadi, Pr