Panggilan Menjadi Kawan Sekerja-Nya

Surat Mgr. Pius Riana Prapdi

Ketua Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia

Untuk Orang Muda Katolik Indonesia

Pada Hari Minggu Panggilan Sedunia ke-58

25 April 2021

 

Sahabat-sahabat muda yang terkasih,

“Yesus ingin menjadi sahabat bagi setiap orang muda.” Kutipan dari Christus Vivit (CV, 250), seruan apostolik Paus Fransiskus ini, menjadi berkat bagi kita semua dan terkhusus bagi sahabat-sahabat muda. Yesus menawarkan kasih persahabatan bagi orang-orang muda. Inilah panggilan menjadi kawan sekerja Allah dalam mengasihi dan melayani. Ya, sahabat-sahabat muda dipanggil menjadi kawan sekerja-Nya.

Kita semua tak seperti seperti Petrus yang langsung menjawab “ya” untuk tawaran menjadi sahabat-Nya dalam sebuah dialog perutusan “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku? (bdk. Yoh. 21:16). Tak jarang kita justru seperti seorang pemuda yang berpaling dari tatapan cinta Yesus ketika diminta meninggalkan apa yang ia miliki (bdk. Mat. 19:22). Terkadang ada ketakutan dan keengganan untuk menjawab “ya” atas panggilan Yesus menjadi kawan sekerja-Nya. “Apakah aku sanggup, apakah aku layak, apakah aku istimewa” untuk menjawab panggilan-Nya?

Pada Tahun St. Yosep ini, mari kita memandang St Yosep sebagai figur yang sangat dekat dengan kemanusiaan kita. “Dia tidak melakukan hal-hal yang mencengangkan, dia tidak memiliki karisma khusus, atau juga dia tidak tampak istimewa di mata orangorang yang berjumpa dengannya. Dia tidak terkenal atau tidak banyak tercatat: bahkan Injil tidak menyampaikan satu pun kata yang keluar dari Santo Yosep. Meski demikian, melalui hidup kesehariannya, Santo Yosep mencapai sesuatu yang luar biasa di mata Tuhan”, tulis Paus Fransiskus dalam Pesan untuk Hari Doa Panggilan Sedunia ke-58 (25 April 2021). Keteladanan St Yosep meneguhkan hati orang-orang muda untuk berbalik dari pengalaman ragu, takut, dan enggan menjadi berani katakan ‘ya’ pada panggilan-Nya.

Sahabat-sahabat muda, beranilah untuk bermimpi. Tidak ada yang melarangmu untuk bermimpi. Bermimpi tentang hal-hal besar dalam hidup, dan yang terbesar di antaranya adalah cinta, untuk mencintai dan dicintai. Cinta memberi makna hidup yang sedemikian besar dalam hidup kita. Bahkan seberat apapun tugas yang harus kita emban, jika dilakukan dengan cinta terasa membahagiakan. Begitu pula jika cinta itu dibagikan. Memberikan cinta sama saja dengan membagikan hidup. Membangkitkan semangat yang hampir padam. Menghidupkan harapan yang tampak memudar. Dalam keheningan, St Yosep menangkap kehendak Allah untuk berbagi hidup lewat mimpi.

Sapaan Allah ini memberikan kepadanya keberanian kreatif untuk melangkah. Sahabat-sahabat muda, beranilah memulai untuk melangkah. Wujudkan mimpi terbesarmu untuk berbagi cinta, berbagi hidup bagi semakin banyak orang, bagi dunia. Dunia memang tak selamanya ramah. Kadang malah tampak seperti “awan gelap” yang menakutkan terutama saat ia tawarkan berbagai macam kesulitan. Ia tawarkan pula risau yang menggelisahkan, tentang kenyamanan, popularitas, individualisme. Ia hadapkan dirimu dengan perang, kebencian, korupsi, kerusakan lingkungan.

Keberanian St Yosep untuk tetap melangkah meski berhadapan dengan risiko dan pergolakan dapat kita teladan. “Tidak ada iman, tanpa risiko.” Panggilan Tuhan mendorong kita untuk berani melangkah meski berhadapan dengan risiko. Dan dalam diri orang muda, Tuhan menganugerahkan daya kreativitas, semangat yang berkobar, keberanian untuk aktif dan terlibat sebagai modal dasar dalam langkahmu menanggapi panggilan-Nya. Meski begitu, dalam langkahmu, tetaplah terbuka pada sapaan cinta-Nya yang memberikan arah ke mana kita harus melangkah.

Sahabat-sahabat muda, beranilah untuk hening. Keramaian dunia yang menawarkan tantangan dan godaan kerapkali mengaburkan langkah-langkah kita. “Dunia dengan tawaran budaya “kesementaraan” menggaungkan relativisme di mana yang penting adalah “menikmati” waktu, tak ada guna membuat komitmen seumur hidup atau pilihan-pilihan definitif” (CV, 264). Budaya gerak cepat (zapping) (CV, 279) juga membahayakan kita pada ketidakmendalaman dan tak peka pada sapaan Allah yang penuh cinta. Kepekaan batin pada sapaan cinta-Nya membutuhkan keberanian untuk menyediakan waktu hening, berjumpa dengan Tuhan lewat doa. Dengan hening, kita bisa menegaskan langkah-langkah hidup kita sesuai kehendak-Nya. Dalam doa, janganlah bertanya tentang ketenaran dan status sosial, tentang apa yang menyenangkan dan menguntungkan. Dalam keheningan doa, telitilah apakah aku sungguh mengenal diriku? Apakah kekuatan dan kelemahanku? Apakah aku mampu melayani lebih baik bagi dunia dan Gereja? Apa potensiku yang bisa kuberikan untuk

dunia? Bisakah aku mengembangkannya? Sahabat-sahabat muda ada untuk Allah.

Namun, Allah juga memanggilmu agar sahabat-sahabat ada bagi orang lain. “Dia telah memberikanmu banyak kemampuan, minat, rahmat dan karisma yang tidak hanya untukmu, tetapi juga bagi orang-orang lain di sekelilingmu” (CV, 286). Ia memanggilmu sahabat-sahabat muda untuk berbagi kasih-Nya bahkan juga lewat panggilan khusus menjadi imam, biarawan, dan biarawati.

 

Sahabat-sahabat muda terkasih,

Dalam situasi prihatin di masa pandemi covid-19, dalam situasi dunia yang terus berubah, jangan takut untuk mengatakan: “Ini aku, utuslah aku” (Yes 6:8). Orang muda tidak berjalan sendirian. Orang muda adalah kawan sekerja Allah, yang artinya Ia menemani orang muda yang berani bermimpi, melangkah, dan hening untuk semakin peka pada sapaan kasih-Nya. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah, tetapi Tuhan melihat hati” (1 Sam. 16:7). Ingat, kemudaanmu yang sejati akan ditemukan dalam hati yang mampu mengasihi. Selamat merayakan hari Minggu Panggilan Sedunia ke-58.

 

Tuhan memberkati. Bunda Maria melindungi. St. Yosep, doakanlah kami.

Salam, cinta dan sukacita

 

Mgr. Pius Riana Prapdi

Ketua Komisi Kepemudaan KWI

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *