
Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ
Menyambut Paus Baru
Sebagai umat Katolik, kita menyambut Paus baru dengan iman yang teguh bahwa itulah pilihan Tuhan sendiri, seperti ketika Yesus memilih Simon untuk menjadi pemimpin Gereja-Nya kelak. Pertama, Robert Francis Prevost tahu siapa Yesus sebenarnya. Ketika Yesus bertanya langsung kepada murid-murid-Nya, menurut mereka siapa sebenarnya Dia, maka Simon menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat 16:16). Jawabannya benar, tetapi itu bukan dari pengetahuan Simon sendiri, melainkan pengetahuan itu dari Allah Bapa. Maka Yesus bersabda: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat:16:17). Paus baru demikian pula. Robert Francis Prevost tahu siapa Yesus sebenarnya. Ia yang telah dibimbing oleh Bapa lewat panggilannya menjadi biarawan OSA, menjadi imam, Pimpinan Umum Ordo Santo Agustinus, Uskup dan Kardinal, lewat renungan dan doa pribadinya, ia juga menjadi tahu apa tugas Gereja yang akan dipimpinnya saat ini, yang tidak lain adalah karya Kristus atau karya Yesus Gembala Utama Gereja untuk zaman sekarang ini. Sehingga ia juga seperti Petrus dapat mengakui Yesus adalah Kristus (Mesias), Putra Allah yang hidup. Dan tahu tugasnya. Inilah dasar dipilihnya Petrus menjadi pimpinan Gereja Kristus dan semua Paus setelah Petrus.
Dan yang kedua, inilah yang dibuat oleh para Kardinal selama konklaf. Yaitu untuk mencari tahu siapa dari antara mereka yang telah dikaruniai bimbingan Bapa, sehingga tahu tugasnya sebagai Paus masa kini. Ternyata tidak lama mereka telah menemukan dalam diri Kardinal Robert Francis Prevost, sehingga terpilih menjadi Paus yang baru bernama Leo XIV, setelah Paus Fransiskus wafat. Memang yang lebih tepat Paus baru adalah pengganti Petrus, yang setelah dipilih, ia juga mewarisi yang telah diterima Petrus dari Yesus. Kepada Simon, Yesus telah meneguhkan bahwa namanya adalah Petrus yang berarti padas (batu karang), yang di atasnya akan didirikan Gereja-Nya.
Ketiga, Yesus memberi Kunci Kerajaan Surga, karena Ia akan menjadi pimpinan Gereja. Yesus bersabda: “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:18-19).
Paus Leo XIV adalah pengganti Petrus, bukan pengganti Paus Fransiskus dan setiap Paus adalah pengganti Petrus. Maka umat Katolik selalu menyambut Paus baru dengan gembira. Karena diimani bahwa meski lewat proses manusiawi (konklaf), namun sebenarnya adalah proses rohani yang mendalam, sehingga menjadi sarana Allah sendiri yang berkarya, menyampaikan pilihan-Nya. Kita juga temukan dalam Kisah para Rasul 1:15-26, bagaimana cara memilih Matias untuk menggantikan Yudas Iskariot, untuk menjadi rasul menggenapi jumlah 12 rasul. Matias dipilih dengan undian antara Matias dan Yustus, dua orang murid yang telah mengikuti Yesus terus menerus sejak Yesus dibaptis Yohanes, sampai Yesus terangkat ke Surga. Diundi, tetapi didahului dan disertai doa 120 umat yang dipimpin Petrus. Doa kepada Allah yang diharapkan berkenan memilih. Dipilih manusia tetapi sekaligus dipilih Allah sendiri. Demikian pula konklaf. Yang mengadakan pemungutan suara adalah 133 Kardinal elektor. Tetapi yang memilih adalah Tuhan sendiri.
Maka pilihannya berbeda sekali dengan pemilihan manusiawi. Media massa sudah banyak menampilkan siapa calon Paus. Dari Asia disebut Kardinal Ranjith dari Srilanka, ditonjolkan secara berlebihan Kardinal Tagle dari Filipina. Dari Afrika disebut Kardinal Turkson dan Kardinal Sarah, dan masih disebut Kardinal lainnya dari Belanda, Perancis, Eropa dan Amerika. Nama Kardinal Robert Francis Prevost tidak muncul di situ. Munculnya di hati para Kardinal pemilih di Kapel Sistina yang berdoa sebelum dan selama proses pemilihan Paus.
Visi dan Misi Gereja Menurut Paus Leo XIV Mulai Terungkap
1. Pada awal penampilannya di balkon Basilika St. Petrus, Paus Leo XIV menyambut umat yang memadati lapangan St. Petrus, kata pertama yang muncul adalah: “Salam damai bagi Anda semua.” ( https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2025-05/pope-leo-xvi-peace-be-with-you-first-words.html)
Yang ia sampaikan adalah salam pertama dari Yesus Sang Gembala baik yang telah memberikan hidup-Nya bagi domba-domba-Nya, tetapi sekarang telah bangkit. Salam damai dari Kristus yang bangkit ini yang Paus ingin sampaikan kepada kita, bahkan setiap orang di seluruh dunia. Damai ini datang dari Allah sendiri yang mengasihi kita tanpa syarat. Paus juga mengenang berkat Paus Fransiskus pada Paskah pagi. Paus Leo XIV sekarang melanjutkan menyampaikan Salam Damai yang disampaikan Kristus yang peduli terhadap kita, mencintai kita, sehingga kejahatan tak akan menang. Kita semua ada dalam tangan Tuhan, maka tanpa takut kita bersatu, bergandeng tangan dengan Tuhan dan sesama kita; kita maju terus. Sangat mengesankan bahwa Paus menyebut damai yang dibawa Kristus itu damai yang tanpa senjata, dan damai yang melucuti senjata (unarmed and disarming), rendah hati dan tekun. Berlawanan dengan damai yang dirumuskan manusia: ‘si vis pacem, para bellum’ dalam bahasa kita ‘yang ingin damai, siaplah berperang’. Berarti dengan senjata. Damai yang dibawa Paus Leo XIV adalah damai yang membawa jembatan dialog dan perjumpaan, untuk menjadi satu umat yang berjalan bersama dalam damai dan kasih. Kristus telah mendahului kita, maka dunia membutuhkan cahaya-Nya, manusia membutuhkan Kristus, menjadi jembatan untuk mencapai Tuhan dan kasih-Nya. Dari sebagian apa yang dikatakan Paus Leo XIV pada perjumpaan pertama ini sudah jelas bahwa visi beliau mengenai Gereja adalah pembawa terang dan damai Kristus. Gereja juga sebagai Umat Allah, diungkapkan dengan kata St. Agustinus: “Bersamamu saya seorang beriman, di hadapanmu saya seorang uskup”, menggemakan ajaran Konsili Vatikan II. Misinya untuk mencapai itu Gereja harus misioner seperti Kristus adalah Pengantara atau Jembatan kepada Allah. Gereja selalu membangun jembatan dengan berdialog, perjumpaan supaya semua orang bergandeng tangan dengan Tuhan dan sesama, menjadi satu umat dalam damai dan kasih. Dialog dan sinodalitas di sini juga menonjol. Berarti ada kelanjutan dengan apa yang telah dibuat oleh Paus Fransiskus. Kita menyambut gembira visi dan misi itu.
2. Kita juga menyambut gembira bahwa Paus memilih nama Leo XIV, yang menunjukkan beliau akan mengikuti Paus Leo XIII yang menanggapi revolusi industri saat itu, di mana kaum buruh harus dibela hak-haknya melawan kapitalisme. Masa kini pun kita menghadapi perubahan-perubahan sosial. Yang menggembirakan juga bahwa ia pernah menjadi misionaris di Peru, pernah berkarya di tengah kaum miskin. Umat Peru sekarang merayakan Paus Leo XIV sebagai orangnya sendiri. Memang Paus Leo XIV juga menyebut Peru adalah tanah airnya yang kedua.
3. Curriculum Vitae (lihat Kompas, 10 Mei 2025, mengenai deretan penugasan dan cerita dari Papua).
Curriculum Vitae deretan penugasan dapat kita lihat sebagai pendidikan Allah dari penyelenggaraan ilahinya yang ketat, yang memuat pengalaman pendidikan Tuhan dari tahap ke tahap. Saat menjadi misionaris di daerah Keuskupan Chulucanas Piura selama 4 tahun (1985-1989), diberitakan bahwa dia kerap blusukan mengunjungi daerah-daerah miskin dengan sepatu botnya, karena harus berjalan melewati daerah berlumpur. Orang kecil, miskin bukanlah asing bagi beliau. Mereka ini di hati beliau. Bakat kepemimpinannya juga menonjol. Setelah dipilih menjadi Prior Provinsial tahun 1999, baru berjalan 2 tahun sudah dipilih menjadi Prior Jenderal Ordo Santo Agustinus tahun 2001, yang berjalan 2 kali hingga 12 tahun lamanya sampai tahun 2013. Pasti ini memperluas pandangan pastoralnya. Tak mengherankan bahwa Vatikan mulai meliriknya. Maka tahun 2014 ia diangkat Paus Fransiskus menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Chiclayo, Peru, kemudian dikukuhkan menjadi Uskup Chiclayo tahun 2015. Kemudian makin didekatkan dengan kuria Roma dengan mengangkat beliau juga menjadi anggota Kongregasi untuk Klerus dan untuk Uskup sejak tahun 2019, sambil tetap menjadi Uskup Chiclayo. Tahun 2023 diangkat menjadi Kardinal dan menjadi Prefek dari Dikasteri untuk para Uskup dan sekaligus Presiden untuk Komisi Kepausan untuk Amerika Latin. Akhirnya tanggal 25 Mei 2025 dipilih menjadi Paus. Kita sambut dengan gembira Paus Leo XIV, yang ternyata cerdas, bijaksana dan berpengalaman pastoral yang luas. Bahkan ketika menjadi Superior Jenderal OSA pernah mengunjungi Sorong, Papua tahun 2003. (lihat Kompas, 10 Mei 2025, mengenai deretan penugasan dan cerita dari Papua)
4. Homili misa pertama dengan para Kardinal keesokan harinya setelah terpilih, di kapel Sistina, bertema: Dipanggil untuk menjadi saksi Injil yang menggembirakan, memandang tugasnya sebagai Paus, bersama dengan para Kardinal. (https://press.vatican.va/content/salasta.mpa/en/bollettino/pubblico/2025/05/09/250509d.html)
Mewartakan Yesus dengan gembira karena mengimani Yesus seperti Petrus. Yaitu Yesus diimani sebagai “Kristus, putra Allah yang hidup.” (Mat 16:16). Iman ini telah diserahkan kepada Gereja untuk diwartakan ke seluruh dunia. Inilah yang harus diwartakan pada zaman sekarang. Dan dasar iman ini penting, karena tanpa iman, hidup ini kehilangan maknanya. Iman ini karunia Bapa. Petrus tidak dapat mengucap demikian tanpa diberitahu oleh Bapa. Maka Yesus bersabda: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 16:17). Maka Paus Leo XIV pun mengawali misa dengan mengajak bersyukur atas karunia-karunia besar yang mengagumkan yang ia sendiri dan para Kardinal telah terima dari Bapa dalam perjalanan hidup mereka. Kita menyambut Paus baru dengan gembira. Bahkan penuh harapan. Kita sudah mempunyai sedikit gambaran mengenai beliau, mengenai visi dan misi Gereja. Kita telah memiliki Paus baru yang menjanjikan.