
Melalui Ibr 13: 15-17.20-21 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.
Taatilah para pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.
Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.
Markus dalam injilnya (Mrk 6: 30-34) mewartakan: “Ketika itu, para rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.
Pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, melalui para utusan-Nya, Allah menuntun umat-Nya agar dengan rela mempersembahkan korban syukur berupa kata-kata yang menghibur, menghargai, menguatkan dan membangun sesama, serta berlaku taat sebagaimana diteladankan para pemimpin kita. Ketaatan dan syukur yang dilakukan dengan rela dan tulus, atas anugerah Allah yang diterima dan dialami setiap hari, akan membuat hidup ini indah, penuh makna dan membahagiakan.
Dua, Yesus telah memberikan teladan yang berharga dan mulia, bahwa meski diri-Nya butuh istirahat dan menyepi, ketika melihat domba-domba-Nya mencari Dia, siap dan rela mengorbankan waktu dan kebutuhan pribadi-Nya. Kebutuhan mereka diutamakan. Semoga kita pun siap dan dengan rela melayani mereka yang membutuhkan pertolongan kita, meski kita sendiri rasanya “tidak punya waktu”. Di dalam Dia, dalam waktu yang sedikit pun kita dapat menghadirkan mukjizat Tuhan. Amin.
Mgr Nico Adi MSC