
Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA SJ
Prakata
Katolik dan apostolik, merupakan bagian dari 4 sifat Gereja dan perutusannya, yang tak terpisahkan, yaitu satu, kudus, katolik dan apostolik. Sifat ini tidak dimiliki oleh Gereja dari dirinya sendiri, melainkan dari Roh Kudus. Kristus yang menjadikan Gereja-Nya satu, kudus, katolik dan apostolik memanggil agar Gereja melaksanakan setiap sifat tersebut. (Lihat KGK 181).
Arti katolik
Secara umum arti katolik adalah umum, untuk semua, merangkul semua. Juga berarti lengkap atau seluruhnya. Gereja disebut Katolik berarti ganda:
Satu, karena di dalamnya ada Kristus. “Di mana Yesus Kristus ada, di situ ada Gereja Katolik.” (Ignatius dari Antiokia. Smym 8.2). Di dalam Dia, Tubuh Kristus yang dipersatukan dengan Kepala-Nya terlaksana sepenuhnya (bdk Ef 1:22-23). Dengan demikian ia menerima dari-Nya “kepenuhan sarana keselamatan” (AG 6), yang Ia kehendaki: pengakuan iman yang benar dan utuh, kehidupan sakramental yang lengkap dan tugas pelayanan yang tertahbis dalam suksesi apostolik. Dalam arti yang mendasar ini Gereja sudah “katolik” pada hari Pentakosta (AG 4) dan ia akan tetap tinggal demikian sampai pada hari kedatangan kembali Kristus.
Dua, Gereja bersifat katolik karena ia diutus oleh Kristus kepada seluruh umat manusia (Mt 2819), (KGK 831).
a. “Semua orang dipanggil kepada umat Allah yang baru. Maka umat itu yang tetap satu dan tunggal harus disebarluaskan ke seluruh dunia dan melalui segala abad, supaya terpenuhilah rencana kehendak Allah, yang pada awal mula menciptakan satu kodrat menusia, dan menetapkan untuk akhirnya menghimpun dan mempersatukan lagi anak-anak-Nya yang tersebar… Sifat universal yang menyemarakkan Umat Allah itu merupakan karunia Tuhan sendiri. Karenanya Gereja yang katolik secara tepat guna dan tiada hentinya berusaha merangkum segenap umat manusia beserta semua harta kekayaannya di bawah Kristus Kepala dalam kesatuan Roh-Nya.” (LG 13).
b. Kekatolikan memiliki tugas misi
“Meskipun Allah melalui jalan yang diketahui-Nya dapat mengantar manusia yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil, kepada iman yang merupakan syarat mutlak untuk berkenan kepada-Nya, namun Gereja mempunya keharusan sekaligus juga hak yang suci untuk mewartakan Injil” (AG 7) kepada semua manusia. (KGK 848).
Amanat Misi. “Kepada para bangsa Gereja diutus oleh Allah untuk menjadi ‘sakramen universal’ untuk memenuhi tuntutan-tuntutan hakiki sifat apostoliknya, menaati perintah Pendirinya, Gereja sungguh-sungguh berusaha mewartakan Injil kepada semua orang.” (AG 1). “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20), (KGK 849).
Alasan untuk misi ialah cinta kasih Allah kepada semua manusia. Darinya Gereja sejak dahulu telah menimba kewajiban dan kekuatan semangat misinya karena cinta kasih Kristus menguasai kami…” (2 Kor 5:14). Allah menghendaki “supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan dan kebenaran”. (1 Tim 2:4). Allah menghendaki supaya semua orang sampai kepada keselamatan melalui pengetahuan akan kebenaran. Keselamatan terdapat dalam kebenaran. Barang siapa taat akan dorongan roh kebenaran, ia sudah berada di jalan keselamatan: tetapi Gereja, kepada siapa dipercayakan kebenaran ini harus memperhatikan kerinduan manusia dan membawakan kebenaran itu kepadanya. Oleh karena Gereja percaya kepada keputusan keselamatan yang mencakup semua manusia, maka ia harus bersifat misioner. (lihat KGK 851).
Arti apostolik
Satu, Gereja itu apostolik karena ia didirikan atas para Rasul dalam tiga macam arti:
a. Ia (Gereja) tetap “dibangun atas dasar para rasul dan para nabi” (Ef 2:20), atas saksi-saksi yang dipilih dan diutus oleh Kristus sendiri. (bdk. Mt 28:16-20 dll).
b. Dengan bantuan Roh yang tinggal di dalamnya, ia (Gereja) menjaga ajaran, warisan iman serta pedoman-pedoman sehat para rasul dan meneruskannya.
c. Ia (Gereja) tetap diajarkan, dikuduskan dan dibimbing para rasul, sampai pada saat kedatangan kembali Kristus, dan justru oleh mereka yang mengganti para rasul dalam tugasnya sebagai gembala. Dewan para Uskup, yang dibantu para imam dalam kesatuan dengan pengganti Petrus, Gembala tertinggi Gereja (AG 5).(lihat KGK 857).
Dua, apa perutusan para rasul? Yesus adalah Yang diutus oleh Bapa. Pada awal karya-Nya “Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya … Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia, dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil”. (Mrk 3:13-14). Oleh karena itu mereka adalah “utusan-Nya” (Yunani “apostoloi”). Dalam diri mereka Ia melanjutkan perutusan-Nya: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian sekarang Aku mengutus kamu.” (Yoh 20:21). Pelayanan para rasul rmelanjutkan perutusan Kristus. “Barang siapa menyambut kamu, ia menyambut Aku”, demikian Ia berkata kepada keduabelas rasul (Mat 10:40). (lihat KGK 858).
Tiga, dalam tugas para rasul ada satu bagian yang tidak dapat diteruskan: tugas sebagai saksi-saksi terpilih kebangkitan Tuhan dan dasar Gereja. Tetapi di dalamnya juga terletak sekaligus satu tugas yang dapat diserahkan. Kristus menjanjikan kepada mereka bahwa Ia akan tinggal bersama mereka sampai akhir zaman. Karena itu perutusan Ilahi yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu akan berlangsung sampai akhir zaman. Sebab Injil yang harus mereka wartakan bagi Gereja merupakan asas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu, dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis itu para rasul telah berusaha mengangkat para pengganti mereka (LG 20).(lihat KGK 860).
Empat, para Uskup adalah pengganti para Rasul. Para rasul tidak hanya mempunyai berbagai pembantu dalam pelbagai pelayanan. Melainkan supaya pelayanan yang dipercayakan kepada para rasul dapat dilanjutkan setelah mereka meninggal, mereka menyerahkan kepada para pembantu mereka yang terdekat – seakan-akan sebagai wasiat – tugas untuk menyempurnakan dan meneguhkan karya yang telah mereka mulai. Kepada mereka itu para rasul berpesan agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah. Jadi para rasul mengangkat orang-orang seperti itu dan kemudian memberi perintah supaya bila mereka sendiri meninggal, orang-orang lain yang terbukti baik mengambil alih pelayanan mereka. (LG 20). (lihat KGK 861).
Lima, “Seperti tugas yang oleh Tuhan secara khas diserahkan kepada Petrus, ketua para rasul, dan harus diteruskan kepada para panggantinya, tetaplah adanya, begitu pula tetaplah tugas para rasul menggembalakan Gereja, yang tiada hentinya harus dilakukan oleh pangkat suci para Uskup. Maka dari itu konsili suci mengajarkan, bahwa atas penetapan ilahi, para Uskup menggantikan para Rasul sebagai Gembala Gereja. Barang siapa mendengarkan mereka mendengarkan Kristus; tetapi barangsiapa menolak mereka, menolak Kristus dan Dia yang mengutus Kristus” (LG 20). (lihat KGK 862).
Enam, kerasulan. Seluruh Gereja bersifat apostolik dalam arti bahwa ia melalui pengganti-pengganti Petrus dan para Rasul tinggal bersatu dengan asalnya dalam persekutuan hidup dan iman. Seluruh Gereja juga apostolik dalam arti bahwa ia telah “diutus” ke seluruh dunia. Semua anggota Gereja mengambil bagian dalam perutusan ini, walaupun atas cara yang berbeda-beda. “Panggilan kristiani menurut hakikatnya merupakan panggilan untuk merasul juga.” “Kerasulan” ialah setiap kegiatan Tubuh mistik (Gereja) agar “seluruh dunia sungguh-sungguh (dengan niilai-nilai Kristiani) diarahkan kepada Kristus.” (AA 2). (lihat KGK 863)
Tujuh, “Kristus yang diutus Bapa menjadi sumber dan asal seluruh kerasulan Gereja. Maka jelaslah kesuburan kerasulan awam tergantung dari persatuan mereka dengan Kristus.” (AA 4). Sesuai dengan panggilan, tuntutan zaman dan keanekaragaman karunia Roh Kudus, kerasulan juga mempunyai banyak macam bentuk. Tetapi cinta kasih yang terutama ditimba dari Ekaristi “boleh dikatakan jiwa seluruh kerasulan.” (AA 3). (lihat KGK 864).
Makin katolik, makin apostolik
Satu, dengan ungkapan tersebut, ingin disampaikan bahwa sifat katolik dan apostolik berhubungan erat satu sama lain, sehingga jika sifat katolik diusahakan lebih baik, maka sifat apostolik juga menjadi lebih baik. Itu dapat terjadi karena keduanya merupakan sifat hakiki dari satu Gereja. Di atas telah disebutkan sumber segala keutamaan kehidupan umat adalah Kristus sebagai Kepala Tubuh Mistik yaitu Gereja, dan Roh Kudus yang hadir dalam hati-nurani setiap umat beriman, setiap anggota tubuh-Nya. Maka kalau salah satu keutamaan dikembangkan, maka terkembangkan pula keutamaan lain yang terkait. Umpama keutamaan kasih. Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia, memilih semboyan: iman, persaudaran dan belarasa. Bersaudara dan belarasa itu juga kasih. Kita dapat menyebut kasih Allah yang juga mengampuni. Oleh Paulus ditunjukkan kasih itu: sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, tidak menyimpan kesalahan orang lain… (bdk 1Kor 13:4-6). Maka jika makin katolik, menjadi makin apostolik. Arti katolik dan apostolik sudah dirumuskan oleh Katekismus Gereja Katolik seperti diuraikan diatas.
Dua, sekarang mari kita bandingkan uraian tentang katolik dan apostolik seperti dirumuskan dalam KGK dan dikutip seperti di atas. Tampak bahwa yang menyatukan adalah Yesus sendiri, yang ada dalam Gereja (katolik) dan Dialah sumber dan dasar perutusan Gereja atau sifat misionernya (apostolik). Karena diutus Bapa menyelamatkan seluruh umat manusia dan alam semesta. Yesus yang diutus Bapa selanjutnya mengutus para rasul dan para penggatinya untuk mewartakan Injil. Umpama:
Gereja Katolik: karena ada Yesus Kristus. Gereja disebut Katolik berarti ganda:
a. Karena di dalamnya ada Kristus. “Di mana Yesus Kristus ada, di situ ada Gereja Katolik.”(Ignatius dari Antiokia. Smym 8.2). Justru karena Yesus Kristus diutus Bapa, dan Yesus mengutus para rasul dan penggantinya mewartakan Injil, maka Gereja juga bersifat apostolik.
b. Gereja bersifat katolik karena ia diutus oleh Kristus kepada seluruh umat manusia (Mt 2819). (KGK 831). Tetapi perutusannya lewat para rasul, jadi bersifat apostolik. Makin katolik, makin mau menjangkau sumua orang. Maka makin misioner, makin merasa diutus: jadi apostolik juga.
Akhir kata
Seluruh Gereja adalah katolik sekaligus apostolik. Untuk dapat menjadi makin baik kualitasnya sebagai Gereja, yang sangat penting untuk ditingkatkan adalah relasi kita, semua anggota Gereja kepada Tuhan Yesus dan Roh Kudus maupun relasi kita dengan sesama warga bangsa. Meminjam kata-kata Paus Fransiskus dalam sambutannya kepada para Kardinal, Uskup, Imam, Seminaris dan para Katekis serta para Biarawan-biarawati di Katedral tanggal 4 September 2024, meneruskan visi pastoral Gereja Indonesia, dengan menjadi kuat dalam iman, terbuka kepada semua dalam persaudaraan, dan dekat dengan satu sama lain dalam bela rasa.