Bulan Agustus setiap tahun Rumah Khalwat Balai Budaya Rejosari (RKBBR) Kudus menggelar acara Ngangsu Banyu. Sembari memperingati hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, melalui kegiatan “Ngangsu Banyu” RKBBR ingin mengajak seluruh masyarakat lebih menghargai, mencintai dan memelihara keharmonisan hidup dengan lingkungannya.
Ngangsu Banyu akan digelar di RKBBR, Dukuh Wonosari, Desa Rejosari, Kecamatan Dawe, Kudus pada Sabtu, 24 Agustus 2024 mulai pukul 08.00 WIB. Pengurus RKBBR, Irianto Gunawan menyampaikan, Ngangsu Banyu kali ini mengambil tema “Cerita dari Sungai” dengan lebih banyak melibatkan anak-anak dan remaja. Menurutnya, tema “Cerita dari Sungai” ini sengaja diangkat dengan menyadari pentingnya sungai bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup.
“Menyadari pentingnya sungai bagi kehidupan manusia dan banyak makhluk hidup, sudah selayaknya RKBBR memberikan pencerahan terutama kepada anak-anak dan remaja untuk ikut sadar dan peduli serta berperan aktif menjaga ekosistem sungai,” ungkap Irianto Gunawan.
Ia mengatakan, sungai adalah salah satu bagian ekosistem yang sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. “Melalui sungai, air yang mengalir dari mata air ini kemudian bermuara ke laut, terdapat banyak kehidupan yang sangat bergantung kepada sungai. Selain juga untuk keperluan lain seperti irigasi pertanian, transportasi dan pembangkit energi, dan sebagainya. Kesemuanya ini sangat penting bagi manusia, sehingga sangat penting untuk menjaga sungai-sungai kita,” katanya.
Penyelenggara akan menghadirkan seorang dalang wayang sungai (kali) dari Jepara, Muhammad Hasan atau yang lebih dikenal Den Hasan. Ia akan tampil di hadapan ratusan anak-anak dan remaja dengan “Wayang Kali”-nya, sekaligus menjadi puncak acara Ngangsu Banyu 2024.
Den Hasan telah mulai mengenalkan wayang kali ini sejak 2016. Ia sudah diundang tampil di berbagai komunitas dan instansi di seluruh Indonesia. Bahkan, ia sendiri pernah mendapatkan sertifikat khusus dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada 2017 setelah ia sempat tampil di 468 lokasi di 195 desa sekitar Jepara selama 21 hari dalam rangka HUT Jepara ke-486.
Sebagaimana wayang sungai yang ditampilkannya, Den Hasan juga ingin memberikan pendidikan dan pengetahuan pentingnya menjaga ekologi. Menghadirkan karakter dan tokoh ikan, “Cerita dari Sungai” akan ditampilkan memikat dan interaktif bersama anak-anak dan remaja. Sehari-harinya, Den Hasan menghidupkan Rumah Belajar Ilalang yang didirikannya.
Di Rumah Belajar Ilalang, anak-anak tidak hanya berkegiatan meningkatkan kemampuan literasi anak dan menumbuhkan kesadaran lingkungan, tapi juga mengembangkan bakat seni mereka. Di komunitas itu, anak-anak juga diajarkan membatik. Namun, pewarna yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari bahan alami sehingga bersifat ramah lingkungan.
Menurut Asa Jatmiko, kolaborasi RKBBR dengan Ngangsu Banyu-nya dan Den Hasan dengan Wayang Kali-nya, kiranya pas untuk dijadikan sebagai momentum penting melihat sungai kembali. “Kalau bumi itu tempat hidup kita, maka sungai itu juga tempat hidup bagi ikan-ikan. Maka kita harus menjaganya bersama agar kehidupan di sungai berikut cerita-cerita di sana bisa lestari,” kata Asa Jatmiko.
Lebih jauh Asa Jatmiko mengatakan, RKBBR berusaha untuk terus menggemakan “Laudato Si”, yakni ensiklik Paus Fransiskus tentang ajakan untuk menjaga, merawat alam dari kehancuran. “Dalam ajakan ini kita mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil aksi global yang terpadu dan segera,” kata Asa Jatmiko.