HARI MINGGU BIASA VI
11 Februari 2024
Bacaan I : Im 13: 1-2 , 44-46
Bacaan II : I Kor 10: 31 – 11: 1
Bacaan Injil : Mrk 1: 40-45
Mintalah kepada Tuhan dengan penuh keyakinan
Kisah berikut ini sungguh-sungguh terjadi. Seorang bapak divonis menderita penyakit jantung dan dokter menyarankan untuk operasi jantung. Bagi dia dan keluarga, saran ini sungguh seperti suara petir yang menyambar. Namun karena saran dokter, dengan rasa takut seraya membangun keberanian, bapak ini bersedia. Sementara dalam hari-hari persiapan operasi, keluarga ini terutama si ibu/istri berdoa terus-menerus dan memohon kepada Tuhan sekiranya ada jalan lain tanpa operasi. Doa itu seolah-olah tidak didengarkan Tuhan, maka mereka kini berdoa semoga operasi berjalan lancar dan bisa pulih kembali. Harinya tiba. Setibanya di rumah sakit ternama, ketika kesehatan jantungya dicek lagi, dokter rumah sakit itu meragukan. Dan menjelang masuk kamar operasi, dokter ahli menyatakan bahwa si pasien tidak memerlukan tindakan bypass, namun cukup dengan pengobatan saja. Mukjizat terjadi, doa keluarga ini dikabulkan Tuhan. Dan dengan pengobatan biasa, kini bapak itu pulih kembali.
Pada beberapa kesempatan mukjizat penyembuhan, Tuhan Yesus bersabda: dosamu sudah diampuni, imanmu telah menyelamatkanmu. Rupa-rupanya pemulihan baik fisik maupun psikis, perlu didasari keyakinan. Keyakinan seseorang akan membantunya menjadi sembuh. Itulah yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Dialog antara Yesus dan seorang yang berpenyakit kusta sangat menarik. “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku,” demikian permohonan si kusta sambil berlutut di kaki Yesus. Kata-kata itu menggerakkan hati Tuhan. “Aku mau, jadilah engkau tahir”. Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Kalimat yang dia ucapkan menyatakan keyakinan akan kuasa ilahi dalam diri Yesus. Dan terjadilah.
Kusta dianggap sebagai penyakit yang hina dan membahayakan karena menular. Hina karena diyakini sebagai cara Allah sedang menghukum seseorang yang berdosa. Maka seorang penderita mesti melakukan dua langkah. Pertama, lapor kepada seorang imam (sebab hanya imamlah yang memiliki wewenang menentukan seorang itu najis atau tahir). Keyakinan seperti ini sudah ada sejak zaman dahulu kala. “Apabila pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya, ia harus dibawa kepada imam Harun, atau kepada salah seorang dari antara anak-anaknya, imam-imam itu.” (Im 13: 2). Kedua, karena menular, mau tidak mau seseorang harus mengambil jarak dari komunitas desa/kampung dan menyingkir ke pinggiran. Maka, salah satu cara untuk sembuh adalah meminta belaskasih Tuhan untuk dosa dan penyakitnya. Dan keyakinannya itulah yang menggerakkan hati Allah. Hal yang sama layak kita lakukan. Ketika kita mempunyai permohonan berdoalah dan mintalah dengan penuh keyakinan akan kuasa Allah menyembuhkan atau mengabulkan.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr