Hari ini kita merayakan pesta Santo Matius – pengarang injil. Dia dikenal sebagai mantan pemungut cukai. Yesus memanggil dia yang sedang bekerja di kantornya. Tanpa ragu-ragu dia menjawab panggilan itu dan mengikuti Yesus secara penuh dengan mengorbankan seluruh hartanya.
Ia orang yang terpelajar dan menguasai bahasa Yunani dan Aramik, juga dialek bahasa Ibrani. Melalui injilnya dia menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias.
Dalam Ef 4: 1-7. 11-13 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, aku orang yang dipenjarakan karena Tuhan menasehati kamu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.
Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.
Kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Dan Ialah yang memberikan baik para rasul maupun para nabi, baik para pemberita Injil maupun para gembala dan para pengajar.
Semua itu diberikan untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Matius dalam injilnya (Mat 9: 9-13) mewartakan: “Ketika itu Yesus melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan para murid-Nya.
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, bertanyalah mereka kepada para murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.
Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, dari pengalamannya, Paulus menegaskan bahwa Allahlah Sumber atau Pemberi segala karunia dan jabatan kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Hak memilih, memberi karunia dan mengutus orang-orang-Nya sepenuhnya ada di tangan Allah.
Maka hendaknya disadari bahwa tidak ada seorang pun yang dapat merampas karunia atau jabatan itu. Berambisi untuk merebut karunia atau jabatan dari orang yang dipilih Allah, sebetulnya sama dengan melawan Allah.
Dua, Matius ketika dipanggil Yesus segera meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Dia. Bagi dia, Yesus adalah segalanya walau dia belum kenal Yesus secara lebih personal.
Kalau Matius berani bertindak demikian, kita yang sudah kenal Yesus sekian puluh tahun, apakah masih tetap bimbang ? Amin.
Mgr Nico Adi MSC