Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St Yohanes Maria Vianey. Dia lahir di Dardilly – Perancis, dari keluarga petani miskin namun saleh.
Dia menjalani masa sekolahnya dengan amat berat karena kelambanan dan kebodohannya. Ketulusan, kesetiaannya dan kerja kerasnya itulah yang menggugah guru-gurunya meloloskan dia sehingga bisa tamat sekolah.
Dengan susah payah dia menyelesaikan studinya di seminari tinggi, dan ditahbiskan sebagai imam tanpa pesta. Lalu, karena khawatir dia membuat kekeliruan, dia ditempatkan di desa terpencil dan terbelakang yaitu paroki Ars.
Rahmat Allah bekerja melalui pastor yang sederhana, suci dan dipandang bodoh itu. Banyak orang datang ke sana untuk mengaku dosa dan meminta nasihatnya. Dia dianugerahi Tuhan karunia untuk mengetahui apa yang akan terjadi. Ia meninggal tanggal 3 Agustus 1859, dan dinyatakan Santo 1925 oleh Paus Pius XI. Dia diangkat sebagai pelindung para pastor paroki.
Dalam Yeh 3: 16-21 dikisahkan: “Pada waktu itu, datanglah firman TUHAN kepadaku: “Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.
Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! — Dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya darimu.
Sebaliknya, jika engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.
Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati. Karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya darimu.
Sebaliknya, jika engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu.”
Matius dalam injilnya (Mat 9: 35 – 10:1) mewartakan: “Ketika itu, Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar di rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Ketika melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Maka kata-Nya kepada para murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Yesus memanggil duabelas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, asal muasal dari keluarga miskin, kelambanan dan kebodohan, dan aneka pergumulan hidup Yohanes, “tidak menjadi alasan bagi Allah untuk tidak memilih dan menyingkirkan dia”.
Semua halangan itu justru makin menampakkan kemuliaan dan kebesaran Allah yang telah mengangkat orang kecil untuk menjadi imam-Nya yang saleh dan menyapa umat-Nya.
Hendaknya kita tidak mudah putus asa, ketika sedang dalam keadaan tidak berdaya/kecil dan tidak berarti. Allah mampu mengubah keadaan kita asal kita berseru terus-menerus kepada-Nya: “Tuhan jadikankah aku saluran kasih-Mu”.
Dua, Allah memberi kuasa kepada 12 rasul untuk menyatakan kebaikan-Nya kepada mereka yang sakit, yang lemah dan menderita.
Semoga kita yang telah menerima karunia, siap untuk meneruskannya kepada sesama yang butuh pertolongan dengan rela dan sukacita. Amin.
Mgr Nico Adi MSC