HARI MINGGU PASKAH VII
21 Mei 2023
Bacaan I : Kis 1: 12-14
Bacaan II : 1 Ptr 4: 13-16
Bacaan Injil : Yoh 17: 1-11a
Bersekutu bersama Bunda Maria
Yang terasa hilang dalam hidup beriman ketika pandemi sedang melanda adalah persekutuan. Ya, iman banyak kali diekspresikan dalam persekutuan. Bisa berarti kring, lingkungan, blok, wilayah, atau paroki. Ibadah sewajarnya dihadiri oleh beberapa atau banyak orang, iman dihidupi melalui doa, sharing, berbagi duka dan suka bersama kelompok. Dan sekali lagi, Covid-19 yang melanda hampir selama 3 tahun, melumpuhkan kesempatan perjumpaan dan persekutuan.
Yesus sendiri menghendaki bahwa iman bertumbuh dalam persaudaraan/persekutuan. Dia mengumpulkan dua belas orang untuk menjadi murid-Nya. Mereka menjadi semacam keluarga atau saudara dengan Yesus menjadi ketuanya. Yesus mengajar mereka, dan mereka siang malam meresapkan cara hidup, ajaran, dan spiritualitas Gurunya. Dan ketika Yesus wafat dan bangkit, namun tidak tinggal lagi bersama mereka, mereka tetap bersekutu. Kisah Para Rasul menyebutkan bahwa di tengah-tengah persekutuan ini, Maria ibunda Yesus hadir. Kehadiran Maria di tengah krisis iman para murid tentulah menjadi peneguh. “Dengan sehati mereka semua bertekun dalam doa bersama dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus dan dengan saudara-saudara Yesus”. Kehadiran sosok Maria ketika itu adalah sangat berarti. Para murid sedang dalam suasana down karena Guru yang mereka ikuti dan mereka harapkan menjadi penentu masa depan mereka secara duniawi, ternyata wafat di salib. Mereka ingin pulang kampung saja dan hidup menjadi nelayan lagi. Namun sosok Maria menahan mereka untuk tidak lari dari persekutuan.
Gereja yang ada dalam zaman kita sekarang ini adalah penerusan tradisi hidup iman sejak zaman Yesus. Sebab ketika di Yerusalem terjadi penganiayaan terhadap jemaat-jemaat pengikut Jalan Tuhan, mendorong para murid untuk lari dari Yerusalem menuju kota-kota lain seperti Roma, Korintus, Galatia, dan sebagainya. Bukan karena mereka takut akan aniaya, melainkan karena para rasul ini membawa harta tak ternilai, yaitu pengalaman kebersamaan mereka dengan Yesus sang sumber iman. Dan di kota-kota itu para rasul mendirikan persekutuan iman. Demikianlah berkembang sejak dua ribu tahun yang lalu sampai hari ini. Maka, sewajarnya jika setiap pribadi Katolik secara proaktif menghidupi persekutuan iman entah di tingkat apa.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr