Hari ini kita memperingati 2 orang kudus: St. Sirilus dan Metodius. Mereka berdua mewartakan kabar gembira kepada bangsa Slavia. Mereka menerjemahkan injil dan liturgi ke dalam bahasa umat setempat.
Atas jasanya itu, mereka diangkat menjadi uskup, namun Sirilus wafat tanggal 14 Februari 869 sebelum ditahbiskan sebagai uskup. Metodius ditahbiskan sebagai uskup dan wafat tahun 885. Paus Yohanes Paulus II mengangkat mereka sebagai pelindung bangsa Eropa.
Hari ini juga dirayakan dan disyujuri sebagai hari Valentine atau disebut juga hari kasih sayang.
Dalam Kis 13: 46-49 dikisahkan: “Pada waktu berada di Antiokia, dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.
Inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.”
Ketika mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya. Lalu firman Tuhan disiarkan di seluruh daerah itu.
Lukas dalam injilnya (Luk 10: 1-9) mewartakan: “Pada hari itu, Tuhan menunjuk 70 murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.
Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.
Tinggallah di rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.
Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Sirilus dan Metodius menerjemahkan Injil dan Liturgi ke dalam bahasa umat setempat.
Betapa luhur, niat dan pekerjaan mereka, dengan membuat terjemahan sehingga umat dapat memahami dan mendalami makna yang tersirat dan tersurat di dalamnya. Mereka berusaha agar banyak bangsa mengenal Allah dan mengasihi Dia.
Hendaknya kita pun berani membahasakan injil dan liturgi kita dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Dua, karena orang Farisi menolak Yesus dan sabda-Nya, mereka tidak menerima apa pun.
Hendaknya kita dengan ikut terlibat dan makan bersama, makin berani menunjukkan kepada mereka bahwa Allah sungguh-sungguh mencintai mereka. Mereka pun dipanggil untuk mewujudkan kebaikan Allah, kepada sesamamu.
Mgr Nico Adi, MSC