Renungan Harian 14 Desember 2022

Hari ini kita memperingati 1 orang kudus, St. Yohanes dari Salib. Dia lahir di Spanyol pada tahun 1542 dari keluarga bangsawan yang jatuh miskin. Pada usia 21 tahun, dia telah menunjukkan kedalaman rohaninya dengan berdoa dan bermatiraga.

Dia diutus untuk sekolah oleh pemimpin biara di Salamanca, dan ditahbiskan imam pada usia 25 tahun. Perkenalannya dengan Theresia dari Avila mendorong dia untuk membuat pembaharuan di dalam ordonya. Usaha ini dilawan oleh teman-teman seordonya, dan dia dipenjarakan selama 9 bulan.

Di dalam penjara biara, dia mempunyai banyak pengalaman akan penderitaan salib Yesus. Ia mampu menggubah kidung-kidung rohani, mengalami ekstase dan makin memahami teologi dan ajaran iman Kristen. Ia meninggal tanggal 14 Desember 1591, dan dinyatakan sebagai Pujangga Gereja.

Dalam 1Kor 2: 1-10a, Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudari, ketika datang kepadamu, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.

Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.

Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari para penguasa dunia ini, yaitu para penguasa yang akan ditiadakan.

Yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.

Seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” Kepada kita Allah telah menyatakannya berkat Roh-Nya.

Lukas dalam injilnya (Luk 14: 25-33) mewartakan: “Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Yesus berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.

Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Yohanes dipenjarakan oleh rekan-rekan seordonya selama 9 bulan karena “dianggap aneh atau orang gila”. Pengalaman pahit itu, tidak membuat dia putus asa dan hancur, tetapi malah unggul dalam kerohanian dan keutamaan, karena dia menyatukannya dengan rahasia kasih Allah yang tampak dalam salib Yesus. Semoga kita pun demikian, melalui penderitaan kita bersama Kristus sampai pada tahap kehidupan yang lebih sempurna.

Dua, Yesus bersabda: “Tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku”.

Menjadi murid Kristus itu dituntut untuk pasrah total dan mengikuti kehendak-Nya 100 persen, dan tidak setengah-setengah. Dia sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pelayanan kita, dan menjamin sepenuhnya baik di dunia ini maupun di surga. Harta duniawi memang menyenangkan dan dibutuhkan, namun sebanyak apa pun tidak menjamin orang untuk masuk surga. Yang menjamin adalah perbuatan baik yang dilandasi iman kepada Kristus. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *