Hari ini adalah Hari Raya Bunda Maria dikandung tanpa noda dosa. Ajaran Gereja yang penting ini (Dogma) diputuskan oleh Paus Pius IX tgl 8 Desember 1854. Keputusan itu bukan tiba-tiba tetapi telah dimulai oleh Paus Sixtus IV pada abad 15. Bahkan menurut St. Efraim yang hidup pada abad IV, telah berabad-abad keyakinan ini hidup di kalangan umat Allah sejak awal. Paus Pius IX meneruskan keyakinan itu dan menetapkan Maria dikandung tanpa noda dosa sebagai dogma.
Empat tahun kemudian (1858) dalam penampakkannya sebanyak 18 kali di Lourdes kepada Bernadeth Soubirous, beliau menyatakan dirinya sebagai “Yang dikandung tanpa noda dosa”. Dengan demikian dogma itu diterima Bunda Maria karena memang benar adanya.
Dalam Kej 3: 9-15.20 dikisahkan: “Pada waktu itu, TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan. Dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
Paulus melalui Ef 1: 3-6.11-12 menyapa umatnya: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.
Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan — kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya —supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.
Lukas dalam injilnya (Luk 1: 26-38) mewartakan: “Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Ketika masuk ke rumah Maria, Malaikat itu berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Kata malaikat itu: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Dia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Maria bertanya kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, dogma Maria dikandung tanpa noda dosa ditetapkan tanggal 8 Des 1854, namun keyakinan ini telah berlangsung sejak awal selama berabad-abad. Efraim telah memberi kesaksian bahwa keyakinan tersebut telah ada pada abad ke-4.
Keyakinan iman itu telah teruji selama berabad-abad, bukan karena perasaan spontan dan sesaat atau ikut-ikutan. Iman menuntun orang pada kebenaran dan bermuara pada Sang Kebenaran yaitu Allah sendiri.
Dua, kata-kata Malaikat kepada Maria: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”.
Allah menyertai dia artinya dia berkenan, kudus adanya, tidak berdosa di hadapan Allah dan siapa pun, karena dia telah disiapkan Allah sendiri dengan cara yang amat mengagumkan untuk menjadi ibu dari Anak Allah yang menjadi Manusia.
Keyakinan iman ini telah ditetapkan Paus Pius IX sebagai dogma sebagai ajaran yang benar dan wajib diikuti/diimani oleh umat Katolik. Marilah kita bersyukur bahwa kita mempunyai bunda yang begitu mulia yang patut kita teladani. Amin.
Mgr Nico Adi MSC