Ulang Tahun Yang Ke-56, Kevikepan Semarang Siap Menjadi Pusat Pelayanan dan Penggerak Pastoral

Kevikepan Semarang merayakan ulang tahun ke-56. Beberapa rangkaian kegiatan menyongsong perhelatan tersebut digelar dengan melibatkan banyak umat. Puncak dari semua rangkaian kegiatan tersebut adalah misa syukur perayaan hari ulang tahun (HUT) di Gereja St. Athanasius Agung, Karangpanas, Semarang , 21 Oktober 2022.

Dari tema HUT Kevikepan, “Mengayuh Bersama untuk Menjadi Sempurna”, melalui homilinya, Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Agung Semarang (KAS), Romo Y.R. Edy Purwanto, Pr menyampaikan dua konteks gerak pastoral. “Dari tema ini, saya coba tempatkan di dalam semangat yang dikemas dalam perjalanan pastoral di Keuskupan Agung Semarang ini. Dan dua konteks gerak pastoral itu yang pertama adalah konteks mewujudkan sinodalitas atau mewujudkan semangat berjalan bersama. Dengan meminjam apa yang pernah disampaikan oleh Bapa Uskup kita, memaknai kata sinodalitas itu yakni “lungguh bareng, ngrembug bareng, mutuske bareng lan nandangi bareng”. Dan ini mendapat inspirasi, dari tema sinode universal kita, yakni menuju Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi,” katanya.

Sedang konteks yang kedua, lanjutnya, adalah mengantisipasi hadirnya kevikepan sebagai pusat pelayanan dan penggerak pastoral. “Dan ini merupakan upaya optimalisasi dari perjalanan 2,5 tahun, di mana kita diajak untuk menghayati dan membawakan semangat kevikepan sebagai pusat kegiatan pastoral,” katanya. Ia pun menjelaskan perubahan dari kevikepan sebagai pusat kegiatan pastoral menjadi kevikepan sebagai pusat pelayanan dan penggerak pastoral.

“Saya mengatakan bahwa ini bukan sekadar pembaharuan, tetapi lebih-lebih adalah untuk peningkatan dan untuk optimalisasi kehadiran kevikepan di tengah-tengah perjalanan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Di mana kita tahu bahwa subyek, lokus, dan fokus dari pastoral tetaplah paroki-paroki. Pusat kegiatan tidak diselenggarakan di kevikepan, melainkan di paroki-paroki. Dan untuk itulah kevikepan mempunyai peran menggerakkan, mempunyai peran melayani, mempunyai peran memfasilitasi,” jelasnya.

Maka, dengan arah tersebut, ia yakin bahwa semangat tersebut  sesuai atau searah dengan yang dikehendaki Paus Fransiskus ketika menyatakan bahwa salah satu tugas paroki adalah menyemangati dan membentuk anggota-anggotanya menjadi pelaku-pelaku evangelisasi yang handal.

“Dengan kata lain, paroki adalah sentral kegiatan, paroki adalah subjek kegiatan. Dan harapannya di sana disiapkanlah para pelaku-pelaku evangelisasi yang benar-benar bisa diandalkan di dalam Gereja. Nah, di situ kevikepan hadir sebagai yang menggerakkan. Kevikepan hadir sebagai yang melayani agar apa yang dikerjakan di paroki-paroki semakin aktual,” katanya.

Menurutnya, melalui peristwa misa syukur tersebut, kita diajak untuk mensyukuri apa yang selama ini sudah dikerjakan. “Saya yakin Bapak dan Ibu, Saudara dan Saudari, telah mengerjakan segala sesuatunya dalam bentuk pelayanan dan karya yang menggerakkan juga di tingkat kevikepan maupun di tingkat paroki. Dan, semua yang telah kita laksanakan itulah yang membawa kita sampai kepada puncak syukur pada hari ini,” katanya.

Romo Edy pun menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kerjasama yang telah terjadi selama ini. “Saya hanya ingin menyampaikan kepada Panjenengan semua ucapan terima kasih, bahwa kita selama ini terus bekerja bersama,” katanya.

Ia pun berharap kerja sama tersebut ditingkatkan dalam dua hal. “Yang pertama adalah dalam intensitasnya atau dalam kesungguhan dan kemendalaman atas apa yang kita kerjakan. Dan yang kedua, adalah ekstensitasnya atau keluasan jangkauan dari karya yang telah kita kerjakan,” katanya.

Vikaris Episkopal Kevikepan Semarang, Romo F.X. Sugiyana, Pr dalam sambutannya menyampaikan sejarah singkat Kevikepan Semarang. Menurutnya, tanggal 7 Oktober 1966, Kardinal Darmayuwono membagi KAS dalam 3 kevikepan, yakni Semarang, Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pada 18  Agustus 1967, ia menambah satu kevikepan lagi yaitu Kevikepan Kedu.

“Selama usia 56 tahun, Kevikepan Semarang ini memiliki 28 paroki, 3 paroki administratif, 2 stasi. Total jumlah umat ada sekitar 104 ribu atau hampir 105 ribu yang tersebar di 7 kabupaten dan 2 kota. Kami merasa pertumbuhan, perkembangan Kevikepan Semarang tentu wajahnya ada di paroki-paroki. Ada di kelompok-kelompok kategorial. Maka, paroki-paroki yang telah berjuang bersama Dewan Pastoral Paroki, PGPM dan juga para romo telah membuat kevikepan ini punya wajah yang dinamis, yang energik, yang bersaudara, dan mau mengemban apa yang menjadi visi dari Keuskupan Agung Semarang yakni mewujudkan peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, yang bermartabat, dan yang beriman,” katanya.

Ia pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang terlibat. “Terima kasih kepada Anda semua, secara khusus para penggerak-penggerak pastoral baik di wilayah paroki maupun kelompok-kelompok atau lewat lembaga-lembaga atau lewat organisasi-organisasi yang mendinamisir kehidupan umat. Dan saya yakin juga melalui peran Anda semua kehadiran Gereja di tengah masyarakat sekitar kita masing-masing juga ikut memberi peran bagi kemajuan,” ujarnya.

Para tokoh lintas agama dan kepercayaan hadir memberi ucapan selamat ulang tahun Kevikepan Semarang

Romo Sugiyana juga menyampaikan apresiasi karena melalui berbagai kegiatan khususnya di Dewan Pastoral Kevikepan, komisi-komisi juga telah mencoba menggerakkan kevikepan menjadi lebih berdampak bagi kehidupan bersama. “Kami hadir sebagaimana diharapkan oleh Bapa Uskup, Kevikepan akan senantiasa hadir melayani, menggerakkan umat dan juga ikut ambil bagian dalam menggerakkan masyarakat agar bersama-sama kita menjadi masyarakat yang semakin sejahtera, semakin bermartabat dan juga semakin beriman,” katanya.

Ketua Panitia HUT Kevikepan Semarang, Romo Yohanes Wegig Harinugroho, Pr menyampaikan, perayaan ulang tahun kevikepan menjadi perayaan syukur yang mengajak semua untuk bersyukur atas berbagai elemen yang ada di Kevikepan Semarang dan menjadi penggerak di Kevikepan Semarang. “Kita bersyukur atas berbagai macam pemikiran yang telah dicurahkan dan juga berbagai macam gerakan yang juga telah dilaksanakan oleh berbagai macam elemen dan juga kita semua ada di dalamnya. Kita berharap agar ke depan gerak pastoral di Kevikepan kita yang dijalankan tetap di dalam kebersamaan satu dengan yang lain, membuat Kevikepan kita juga semakin teguh dalam iman dan kasih, maju di dalam peradaban, sejahtera, dan bermartabat di dalam kehidupan,” harapnya.

Acara ulang tahun dimeriahkan dengan penampilan Kesenian Rebana dari para santri Pondok Pesantren Rohdhotul Solichin Demak yang berkolaborasi dengan orang muda Katolik dan penampilan dongeng pelindung paroki.

Sejumlah tokoh agama dan kepercayaan yang hadir pada malam itu juga turut menyampaikan selamat atas Kevikepan Semarang yang berulang tahun. Mereka adalah KH. Abdul Khodir (Pondok Pesantren Rohdhotul Solichin, Demak), Bhikku Dirasarano (Vihara Tanah Putih Semarang), Ida Bagus Gede Winaya (Parisadha Hindu Dharma Indonesia Kota Semarang), Pdt. Sediyoko (Ketua PGKS), Ws Andi Gunawan (Konghucu), dan Adi (Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa).

K.H. Abdul Khodir menyampaikan rasa gembiraannya bisa hadir dalam perayaan tersebut. “Saya beserta adik-adik datang ke sini dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Datang dengan kejujuran untuk ikut bergembira, berbahagia atas ulang tahun yang ke-56 Kevikepan. Semoga senantiasa sukses. Senantiasa mampu melaksanakan kerja-kerja pelayanan dan menebar kemanusiaan dan kemanfaatan kepada sesama,” katanya.

 

 

 

 

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *