Renungan Harian 17 Agustus 2022

Hari ini, kita  memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia  ke-77. Kita patut bersyukur kepada Allah, kepada para pahlawan bangsa dan bangsa-bangsa lain yang mengakui dan mendukung kemerdekaan ini. Kita juga patut berterima kasih kepada semua pihak yang telah membangun dan mengembangkan bangsa ini.

Dalam Sir 10: 1-8 ditegaskan: “Pemerintahan yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Seperti penguasa bangsa demikian pun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya.

Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya.

Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang.

Petrus dalam 1Ptr 2: 13-17 menyapa umatnya: “Saudara-saudari, tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkam kepicikan orang-orang yang bodoh.

Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!

Matius dalam injilnya (Mat 22: 15-21) mewartakan: “Ketika itu, pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh para murid mereka bersama dengan orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”

Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.

Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, telah dialami selama ribuan tahun bahwa “Pemerintahan yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang”.

Semoga mereka yang menjadi pemimpin (ketua/piko/koordonator) menyadari bahwa tanggung jawab yang mereka terima adalah anugerah Allah, dan hendaknya dipergunakan untuk membuat masyarakat/warganya sejahtera dan bahagia.

Bila nafsu uang, jabatan, kekerasan dan kejahatan adalah makanan harian mereka, niscaya semua yang ada padanya akan sirna.

Dua, dicatat oleh Matius: “Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya”.

Yesus membungkam mereka dengan alat bantu (= mata uang) yang ada pada mereka. Kelicikan/akal bulus yang mereka tunjukkan ternyata menjadi “senjata yang menghantam mereka sendiri”. Tuhan yang mahabijaksana tidak bisa ditipu atau dibohongi.

Maka, hendaknya kita hidup jujur, setia dan tulus, dan bijaksana. Kelicikan dan kebohongan yang sering dilakukan merupakan tanda bahwa dirinya secara kejiwaan dan rohani belum/tidak merdeka dari jerat kesombongan, permusuhan dan dosa. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *