
Berikut ini adalah homili Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM dalam Misa Animator Laudato Si’ Indonesia, 2 Agustus 2022.
Mereka yang ada di perahu menyembah Dia, katanya, “Sungguh Engkau Anak Allah!”
Saudara-saudari yang saya kasihi dalam Tuhan kita, Yesus Kristus,
Kita merayakan ekaristi ini dengan tema “Membangun Pertobatan Ekologis dalam Spirit Laudato Si’”. Dan yang mengikuti perayaan ini boleh dikatakan kelompok orang-orang yang menamakan dirinya orang-orang animatores Laudato Si’, orang yang punya jiwa atau semangat untuk menghidupi spirit Laudato Si’ atau spirit yang diperkenalkan secara luas oleh Paus Fransiskus melalui dokumen Laudato Si’, On Care for Our Common Home-Dunia ini.
Memang Paus Fransiskus berusaha untuk menghidupi iman Katoliknya dengan menegaskan bahwa kita memberi perhatian besar pada lingkungan hidup kita, pada keseimbangan hidup kita.
Sebenarnya juga dikatakan bahwa dokumen Laudato Si’ bukan semata-mata dokumen tentang lingkungan hidup, tetapi merupakan suatu ajakan untuk membangun kehidupan sosial kemasyarakatan agar dalam hidup kita ini, kita berdasarkan iman kita akan Allah, kita membangun dunia ini. Kita menciptakan agar Kerajaan Allah terjadi di dunia ini.
Dan saya masih ingat tahun 1976, kalau saya tidak salah ingat (1979, Red), Paus Yohanes Paulus II itu mengangkat Santo Fransiskus sebagai Santo Pelindung Ekologis. Memang, dalam kesempatan itu, Paus menegaskan, dan kemudian ditafsirkan demikian, bahwa harus ada perbedaan antara aktivis lingkungan hidup dan kalau mau dikatakan sekarang ini, animatores Laudato Si’, kelompok orang-orang yang menamakan, kami itu kelompok Animatores Laudato Si’.
Aktivis lingkungan hidup itu bisa dilakukan oleh semua orang, pun yang ateis juga dapat menjadi orang yang mencintai lingkungan, yang berjuang agar misalnya perbaikan iklim, agar tidak terjadi ketamakan manusia dengan eksploitasi alam dan seterusnya. Tapi, mereka tidak perlu menjadi orang beriman. Mereka melakukan itu dalam batas sebagai manusia yang bertanggungjawab juga terhadap lingkungan hidup ini.
Tapi bagi orang-orang yang menamakan diri atau memasukkan diri dalam kelompok Animator Laudato Si’, dalam hal ini juga Santo Fransiskus dari Assisi, sebenarnya yang utama bagi orang-orang ini ialah iman kepercayaan kepada Allah. Kita percaya sungguh-sungguh bahwa Allah itu adalah Pencipta. Dan Dia menciptakan semua manusia dan alam semesta ini.
Dan teologi penciptaan itu menjadi dasar mengapa kita akhirnya mewujudkan, mengaplikasikan iman itu juga termasuk dalamnya membangun suatu persaudaraan kosmik, satu persaudaraan yang tidak hanya terbatas antara sesama manusia, tetapi juga masuk di dalamnya membangun persaudaraan dengan alam ciptaan Tuhan termasuk matahari, bulan, bintang, pohon, air, sungai.
Laudato Si’, judul ini diambil oleh Paus dari puisi yang diciptakan oleh Santo Fransiskus tatkala dia mengikuti, setelah dia mengikuti 40 hari puasa di Gunung Laverna. Dari sanalah dia kemudian menulis puisi Laudato Si’, Memuji Allah, karena Ia menciptakan segala-galanya ini termasuk alam semesta ini.
Maka, karena percaya sungguh-sungguh Allah itu adalah Pencipta, berarti semua yang lain-lain ini adalah anak-anak Allah yang diciptakan oleh Tuhan. Berarti kami bersaudara, kami bersaudari satu sama lain. Dan Saudara kami yang sulung ialah Yesus Kristus. Dan karena bersaudara berarti kami harus membangun relasi yang saling menghargai, yang saling menghormati satu sama lain. Dan itu bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi juga termasuk di dalamnya kepada alam ciptaan Tuhan yang ada di alam semesta ini.
Maka, dalam arti itulah animator Laudato Si’ dengan platform yang sudah ditegaskan itu memang melakukannya sebagai ungkapan iman akan Allah, bukan semata-mata sebagai aktivis lingkungan hidup. Karena kalau bagi kita kalau spiritnya hanya semata-mata spirit seorang aktivis lingkungan, berarti di sana yang ada hanya untuk kepentingan alam semesta ini dan untuk kepentingan manusia, biarlah manusia hidup sejahtera di dunia ini.
Padahal satu unsur yang melebihi semua itu, bagi orang yang percaya kepada Kristus, ialah bahwa ini adalah mandat dari Allah sendiri. Dia menciptakan kami, Dia menciptakan alam semesta ini. Dan Dia telah memberi perintah kepada kami agar mengasihi sesama kami dan alam semesta ini. Sehingga kami melakukan tindakan-tindakan yang bisa kita kategorikan sebagai bentuk kecintaan kita kepada alam semesta ini.
Sehingga kita bersikap terhadap alam semesta ini bukan dengan ketamakan, bukan dengan sikap manipulatif, bukan dengan sikap seakan-akan untuk kepentingan ekonomis kami manusia, tetapi kami menghargai alam ciptaan itu sebagai saudara dan saudari. Karena itu, kami juga bisa bersama alam semesta ini memuji dan memuliakan Tuhan. Seperti tadi dalam lagu pembukaan, “Kita bagai kelana menyusur cakrawala menuju langit suarga…, segar pulau indah di bibir samudra…, angin Firman membawa balada syair indah…, ke dinding bukit-bukit,”
Memang bagi Fransiskus dari Assisi, dia melihat bahwa kita memuji kemuliaan Tuhan bersama dengan alam semesta ini. Bukan hanya karena mereka. Ada juga yang memandang demikian dengan melihat bahwa dalam diri alam semesta ini ada jejak-jejak ciptaan Allah. Ada jejak-jejak Allah di sana. Tapi ini lebih menegaskan bahwa kita berjalan bersama mereka untuk memuji Allah dengan cara mereka memuji dan memuliakan Tuhan. Dan di situlah kita manusia ini tidak bisa menjadi orang yang arogan seolah-olah hanya kita yang bisa memuji dan memuliakan Tuhan, hanya kita yang bisa membangun kebaikan di dunia ini. Tetapi bersama dengan alam semesta itulah, ciptaan Tuhan itulah, kita bisa mengembangkan dunia semesta ini.
Maka, Saudara dan Saudari, dasar kita melibatkan diri dalam gerakan animasi Laudato Si’ ini adalah iman kepercayaan kepada Allah. Santo Petrus dalam bacaan Injil tadi menegaskan, setelah melihat bagaimana Tuhan sendiri menguasai alam semesta ini, membangun sesuatu yang hubungan yang baik dengan alam semesta ini, maka, akhirnya Santo Petrus, para rasul mengakui bahwa Yesus adalah Allah. Dia sungguh-sungguh Anak Allah. Dan Dia percaya kepada Allah.
Maka, Saudara dan Saudari, tentu saja ini mesti menjadi dasar bagi kita. Kita terlibat dalam gerakan Laudato Si’ ini karena kita percaya dan harus memperkuat iman kepercayaan kita. Memang, Paus Fransiskus mengingatkan iman itu tidak boleh menjadi suatu gerakan spiritualisme belaka, artinya, hanya menyangkut kesenangan rohani saja. Tetapi harus terlihat dalam tindakan-tindakan konkret kita melalui kegiatan-kegiatan nyata untuk mengubah dunia ini, membuat dunia ini menjadi layak, pantas untuk dihidupi oleh orang-orang yang beriman kepada Allah, bukan oleh manusia-manusia yang tamak yang hanya mencari kepentingan ekonomisnya. Tetapi, bagaimana dia mau membangun dunia ini sebagai tempat di mana dia juga mewujudkan penghormatannya, mewujudkan persaudaraannya juga dengan alam semesta ini.
Maka, Saudara dan Saudari, marilah kita juga dalam ekaristi kudus ini, kita menimba spirit hidup ini sehingga ini menjadi kekuatan kita untuk melakukan tindakan-tindakan konkret yang kita yakini sebagai bentuk nyata iman kepercayaan kami kepada Allah, sebagai bentuk nyata bahwa iman kepada Allah itu mendorong kami untuk membangun persaudaraan dengan sesama kami manusia dan persaudaraan sesama kami dengan alam ciptaan Tuhan ini.
Sehingga spirit Laudato Si’ atau pertobatan ekologis itu sungguh menjadi nyata dan kita membangun persaudaraan yang saling menghormati satu sama lain. Kita membangun persaudaraan bukan hanya persaudaraan antar sesama manusia, tetapi juga kita membangun suatu persaudaraan kosmik, persaudaraan yang menjangkau alam semesta ini sebagai teman perjalanan kita untuk memuji dan memuliakan Allah.
Kita ingat apa yang dikatakan oleh Tuhan dalam khotbah di bukit-Nya, bahwa apa yang kita lakukan hendaklah semuanya ini membuat nama Tuhan dipuji dan dimuliakan. Dan kemuliaan Allah itu menjadi nyata dalam kemuliaan, dalam kebaikan, dalam keistimewaan yang dimiliki oleh sesama manusia dan juga oleh penataan alam semesta ini. Tuhan memberkati!