Renungan Harian 10 Juli 2022

HARI MINGGU BIASA XV

10 Juli 2022

 

Bacaan I                      : Ul 30: 10-14

Bacaan II                    : Kol 1: 15-20

Bacaan Injil                 : Luk 10: 25-37

 

Firman pedoman setiap langkah

Tentu kita semua bisa menyanyaikan lagu ini, bukan? ‘FirmanMu pelita bagi kakiku, terang bagi langkahku. Saat ku bimbang dan hilang jalanku, tetaplah Kau di sisiku. Dan takkan ku takut asal Kau di dekatku, besertaku selamanya’. Ketika saya melagukannya, saya diantar pada refleksi: Benar enggak sih Firman Allah saya jadikan sebagai pelita dan pedoman setiap langkahku? Seberapa khatam sebenarnya kita ini pada Alkitab? Sejauh rajin ke gereja setiap hari minggu, dalam tiga tahun kita khatam sebagian pokok pewartaan Alkitab. Dan jika ternyata Anda itu rajin misa harian, selama dua tahun sekali lagi Anda khatam Alkitab. Tetapi pertanyaan tetaplah sama: Sungguhkah Firman Allah telah menjadi pelita setiap langkahku.

“Sebab perintah ini yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh” (Ul 30: 11). Dan lagi: “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan” (Ul 30: 14). Firman Allah itu sangat dekat dengan nafas dan jiwa kita. Dalam mulut dan hati! Dan disabdakan pula: tidaklah terlalu sukar bagimu, dan tidak pula terlalu jauh. Ungkapan dalam Kitab Ulangan tersebut ingin mengajak kita untuk mewujudkannya secara sungguh sebagai pedoman atas setiap langkah pilihan dan keputusan sehari-hari kita.

Jika hidup dilandaskan pada Firman Allah, yang terjadi bukanlah seseorang menjadi semakin fanatik dan penuh penghakiman terhadap mereka yang tidak sepaham dan berbeda, kemudian mengambil sikap menjauhkan diri dan membenci. Sebab tiada Firman yang mengajaknya demikian. Tetapi sebaliknya, hidup seseorang yang berlandaskan pada kehendak Allah melalui Firman, menjadi semakin ramah, penuh penghargaan, cinta dan belaskasih kepada sesama. Alias semakin manusiawi. Injil membelalakkan mati hati kita tentang itu. Dua orang pertama yang melihat korban perampokan yang tidak berdaya dan lalu menghindar adalah mereka yang tahu tentang Firman tetapi tidak melaksanakan. Sedangkan orang ketiga adalah seorang Samaria yang dianggap kafir, namun praktik hidupnya jelas-jelas menjadi pelaksana firman.

Mari melandaskan hidup pada Firman Allah.

Romo Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *