
Dalam tradisi Iman Katolik, ada sejumlah tahapan yang dijalani untuk menghidupi dan mendewasakan penghayatan imannya. Umat Katolik yang telah berusia minimal 14 tahun diperkenankan untuk menerima Sakramen Penguatan sebagai penanda bahwa mereka dipandang telah memiliki kedewasaan dalam hidup rohani. Untuk menerima Sakramen Penguatan, umat Katolik mempersiapkan diri selama 6 bulan dengan mendalami materi-materi ajaran Agama Katolik. Dengan persiapan tersebut, harapannya umat memiliki pengetahuan iman yang semakin mendalam dan kuat.
Paroki St Theresia Bongsari Semarang memiliki tradisi yang unik untuk membantu umatnya memiliki kematangan hidup imannya. Sementara ada kencenderungan umat beragama yang semakin eksklusif dan tidak berani bergaul akrab dengan umat beragama lain, 128 calon penerima sakramen penguatan dari Paroki St Theresia Bongsari Semarang mengadakan kunjungan persahabatan ke Vihara Maha Dhammaloka,Tanah Putih Semarang pada 26 Juni 2022.
Romo Eduardus Didik Chahyono SJ selaku Pastor Paroki St Theresia menjelaskan perihal kunjungan tersebut. ”Kami memandang kedewasaan iman seseorang salah satunya justu ditunjukkan dengan kesediaannya bersahabat dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang perbedaan. Orang yang mendalam secara iman diharapkan mampu menghormati dan bekerja sama dengan banyak umat beragama untuk mewujudkan kebaikan dalam kehidupan bersama. Oleh karenanya, menjadi sesuatu yang kontradiksi ketika ada orang beragama yang memperlakukan orang lain dengan tidak hormat, menebar kebencian, permusuhan dan melakukan tindak kekerasan dipahami sebagai ekspresi dari ajaran agama yang dihayatinya,” katanya.
Para peserta calon penerima sakramen penguatan dari Paroki St Theresia Bongsari mendapat kehormatan karena disambut secara langsung oleh Bhikku Cattamano Mahatera selaku pimpinan Vihara Tanah Putih Semarang. Selain itu, para pesera berkesempatan mengikuti upacara Pindapatta. Upacara Pindapatta merupakan sebuah tradisi yang dilakukan umat Buddha untuk memberikan sedekah atau derma berupa makanan kering, obat-obatan dengan cara memasukkannya ke dalam mangkok yang dibawa para bhikkhu.Tampak para remaja Katolik juga berkesempatan memberikan derma memasukkan makanan kering ke dalam mangkok yang dibawa bhikkhu.
Ketua pelaksana outing persiapan Penerima Sakramen Penguatan 2022, Agnes Pawita Dewi berharap, anjangsana tersebut bisa membantu para penerima sakramen penguatan untuk semakin menghayati imannya.
”Kegiatan anjasana Remaja Katolik ke Vihara Tanah Putih ini harapannya dapat membantu para peserta menghayati imannya dengan baik. Seluruh peserta dapat mengaktualisasikan imannya dengan berkontribusi membangun persaudaraan, menjaga persatuan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga perjumpaan ini terus berlanjut dengan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan lain,” katanya.
Bhikku Cattamano mengapresiasi acara anjangsana tersebut. “Kebersamaan seperti yang telah di lakukan bersama antara saudara umat Katolik dengan umat Buddha maupun umat agama lain merupakan budaya yang telah di bangun oleh para leluhur sejak dulu kala. Kami merasa bersyukur hidup di Negeri Indonesia, walaupun masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama namun bisa hidup berdampingan satu sama lain bisa rukun dan damai. Melalui kegiatan bersama ini, generasi muda kami harapkan tetap membangun kebersamaan, gotong royong “Sepi Ing Pamprih Rame Ing Gawe”. Semoga dengan kebersamaan lintas iman ini umat beragama bisa menjadi lebih dewasa, sehingga sikap hormat menghormati terhadap agama lain bisa menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Di akhir pertemuan, Romo Eduardus Didik Chahyono SJ mempersembahkan ekaristi di Vihara Tanah Putih.