
Tentang praktik nyatanya, Bambang mengusulkan, kepedulian pada lingkungan bisa diawali dari sekitar rumah tangga, menanam di dalam pot (tabulampot) atau menanam di pekarangan. “Ini sudah bagian dari bentuk kesadaran masyarakat. Kalau diiukur dari yang mereka lakukan, mulai dari membuang sampah pada tempatnya, berarti apa yang kami temui di setiap RT, itu sudah ada mitra kami, yang namanya kelompok swadaya masyarakat kebersihan (KSM Kebersihan). KSM Kebersihan ini bisa terbangun untuk mendukung ProKlim tentu karena kesadaran penduduk kota Semarang sudah tinggi. Namun, bagaimanapun juga penguatan atau peningkatan kelola sampah, ini memang masih sangat dibutuhkan karena produk sampah 1,68 juta penduduk kota Semarang tidak bisa dipungkiri satu hari ternyata lebih dari 1000 ton. Maka, kalau kita mau korelasikan tingkat kesadaran dan juga bagaimana peran serta partisipasi masyarakat, kami boleh sampaikan bahwa sudah cukup tinggi peran sertanya, partisipasinya juga,” kata Bambang.
Karena pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun juga tanggung jawab masyarakat, maka dibutuhkan penguatan-penguatan masyarakat supaya tidak hanya membangun budaya peduli sampah, namun juga sampai melembagakan kegiatan peduli sampah. Bambang pun mengapreasiasi lembaga-lembaga atau organisasi, paguyuban, kelompok, komunitas yang peduli terhadap pengelolaan sampah yang sudah berjalan baik di kota Semarang.
“Hanya saja, kami selaku pelayan publik, kami mempunyai SPP (Standar Pelayanan Publik), pasti kami akan menangkap kawan-kawan kami yang sudah mempunyai keinginan dan membuat rintisan-rintisan lembaga peduli terhadap pengolahan sampah, kami ajak mereka. Salah satu bentuknya di tahun 2022 ini, sengaja Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang membangun sebuah paguyuban yang bisa mewadahi semua komunitas, semua kelompok, yang kami sebut dengan Urip Urup Entitas. Artinya nanti dengan Urip Urup Entitas yaitu sebuah entitas yang betul-betul peduli terhadap urip itu hidup, urup itu bermanfaat,” katanya.
Melalui Urip Urup Entitas yang ber-tagline ‘Lingkungan Hidup Bersih Bermanfaat’, Bambang berharap, masyarakat dengan kesadaran yang cukup tinggi nanti tidak hanya berpikir soal bersih, namun masyarakat juga bisa memanfaatkan sampah. “Apa itu manfaatnya? Tadi disampaikan adanya TPS 3R. Wah ini sesuatu yang sangat luar biasa karena di dalamnya nanti ada ekonomi sirkular,” katanya.
Ekonomi sirkular (Sircular Economy) dalam konteks sampah, sambungnya, adalah sebuah kegiatan di mana di dalam pengolahan sampah itu ada nilai potensi ekonomi yang bisa kembali kepada masyarakat. “Sementara kemarin masyarakat masih melihat sampah adalah masalah, yang nanti akan berubah, sampah menjadi potensi karena ada nilai ekonomi atau sircular economy di dalam pengolahan sampah yang berkelanjutan,” katanya.