Kelola Sampah, Kurangi Emisi, dan Bangun ProKlim

Dalam kesempatan itu, Bambang juga menyampaikan pentingnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Hal itu, salah satunya dengan diberlakukannya “Bulan Aksi Peduli TPS-TPA Jatibarang” sejak 1-31 Maret 2022. “Masyarakat nanti akan bersama dengan kami menjadi bagian dari mitra bagaimana peduli terhadap tempat pembuangan sementara sampah yang ada di lingkungan mereka di Semarang lebih dari 263 TPS di 16 kecamatan ini,” katanya.

Bambang berharap, program itu bisa diwujudkan bersama-sama melalui recycling, reuse dan reduce, dengan harapan  di TPS, sampah tinggal 50 persen. Bahkan menurutnya, tahun 2025, pemerintah pusat menargetkan, tinggal 30 persen saja sampah yang diangkut ke TPA.

Kota Semarang, menurut Bambang, beruntung dalam hal pengelolaan sampah karena dekat dengan pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan memiliki banyak mitra. “Kami sangat beruntung didampingi karena dekat dengan pemerintah provinsi. Dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi ini juga selalu mendorong,” ungkapnya.

Bambang pun menyampaikan, banyak mitra atau organisasi yang turut terlibat dalam penanganan dan edukasi mengenai pengelolaan sampah. Sementara itu, masyarakat juga sudah mulai teredukasi dengan melakukan pilah sampah dari rumah hingga kegiatan bank sampah. Namun, semua itu perlu ditingkatkan. “Mereka diajari oleh expert-expert yang bisa membantu mereka untuk misalkan regrow, kemudian juga membuat eco enzym, atau bahkan composting.” katanya. Secara bertahap, lanjut Bambang, mereka akan diajari untuk menduplikasi kegiatan tersebut.

“Dan yang terakhir harapan kami, mereka akan mampu secara otodidak karena menjadi budaya. Sebetulnya skill yang dibutuhkan adalah bagian transfer knowledge dari kawan-kawan penggerak peduli lingkungan, bagaimana membuat eco enzym yang baik, bagaimana membangun kegiatan regrow, memanfaatkan botol ataupun tanaman-tanaman yang masih bisa ditumbuhkan. Dan yang yang tidak kalah pentingnya, menyelenggarakan komposting. Itu bagian penting yang dilakukan di masyarakat,” jelas Bambang.

Bambang yakin kalau program tersebut bisa berjalan dengan baik mengingat penduduk kota Semarang rata-rata berpendidikan. “Karena Semarang kan Smart City ya, kami yakin bahwa penduduknya pasti berpendidikan. Dan juga indeks pembangunan masyarakatnya paling tinggi loh, Semarang itu. Jadi, artinya memang masyarakat sendiri sangat memahami bagaimana untuk menjaga kesehatan, bagaimana juga untuk bisa berbudaya dan berperilaku mendukung ProKlim,” imbuhnya.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *