MINGGU BIASA V
6 Februari 2022
Bacaan I: Yes 6:1-2a.3-8
Bacaan II: 1 Kor 15:1-11
Bacaan Injil: Luk 5: 1-11
Gereja menuju gerakan awam
Di Amerika Latin (selatan) sekarang ini sedang bertumbuh pesat ‘protestanisme’, yaitu gelombang besar berpindah keyakinan dari Katolik menjadi Kristen Protestan. Ada pelbagai aliran yang sedang masuk dan direspon oleh umat Katolik, di antaranya adalah gerakan pentakostal. Tampak bahwa gerakan ini dipelopori oleh para kaum awam yang karena pengalamannya akan Tuhan, kemudian tidak menyembunyikan harta iman itu untuk dirinya sendiri, tetapi meluap dalam sukacita mengajak yang lain untuk mengalami Tuhan dalam gerakan pentakostal. Ini adalah bangkitnya kaum awam yang dalam Gereja Katolik seringkali berada di bawah bayang-bayang hierarki. Tentu saja gerakan ini menjadi keprihatinan bagi Gereja Katolik yang selama berabad-abad telah mengakar di sana.Sekaligus keadaan ini mengajak Gereja kita untuk merefleksikan diri tentang siapa dan bagaimana harus ‘njembarake Kraton Dalem’.
Tentang keprihatinan sebagaimana Gereja di Amerika Latin, Yeremia berdialog dengan Tuhan. “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: Siapakah yang akan Kuutus? Dan siapakah yang akan pergi atas namaKu? Maka aku menjawab: Inilah aku, utuslah aku”. Ia berani menawarkan diri untuk diutus oleh Tuhan, karena ia sendiri telah diakui dan diteguhkan walau dalam ketidakpantasan. Yeremia menyadari bahwa untuk berani diutus, Tuhan tidak menuntut menjadi pribadi yang sempurna.Inilah pula yang sekarang semakin menjadi keyakinan para awam Katolik yang menyanggupkan diri menerima pengutusan dari Tuhan.Gerakan awam yang menjadi pewarta, di antaranya lahir dari refleksi akan para tokoh di Kitab Suci, para nabi, murid, dan rasul yang nyatanya tidaklah sempurna. Yeremia ketika mengalami kehadiran Tuhan langsung menyatakan diri: Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir…
Kiranya tidak salah jika sekarang ini saatnya Gereja Katolik di manapun untuk tidak melulu meletakkan andalannya pada seorang imam, sehingga secara ekstrem disebut ‘imam sentris’.Marilah kita bercermin pada Paulus dan panggilan Simon dalam kisah Injil hari ini. Paulus nyata seorang yang penuh dosa, dia menjadi pemeran utama dalam penganiayaan jemaat Tuhan. Namun Tuhan tetap memilihnya untuk menjadi tokoh awam perintis kekristenan. Dan betapa panggilan Simon sesungguhnya tidak memenuhi kesucian sebagai murid. Sebab dia adalah seorang nelayan dalam kehidupan yang keras dan kasar, dan mungkin berlepotan dosa. Namun demikian, dia dipilih oleh Tuhan untuk menjadi saksi dan pewarta. Katakan ‘Inilah aku, utuslah aku’.
Romo FX Agus Suryana Gunadi, Pr