
Hari ini kita memperingati satu orang kudus, St. Agnes – perawan dan martir. Dia lahir di Roma tahun 291. Kecantikannya membuat banyak pemuda jatuh cinta kepadanya dan melamar dia.
Karena penolakan atas lamarannya, mereka mengadukan identitas Agnes sebagai org Kristen. Dia diadili dan dipaksa untuk menyembah dewa. Ia menolak semua tuduhan itu dan mempertahankan kemurniannya. Tahun 304 dia dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya.
Paulus 1Kor 1: 26-32 dikisahkan: “Saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat. Apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah. Bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan, menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
Matius dalam injilnya (Mat 13: 44-46) mencatat Yesus mengajar orang banyak dalam suatu perumpamaan. “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, dalam riwayat hidup St Agnes, terdapat kesaksian: “Karena penolakan atas lamarannya, mereka mengadukan identitas Agnes sebagai orang Kristen. Maka Agnes diadili dan kemudian dibunuh”.
Kekecewaan para pelamar yang gagal mendapatkan Agnes menimbulkan kemarahan/kebencian sehingga mereka melakukan balas dendam. Nafsu ingin memiliki telah menguasai mereka sehingga nekad berbuat apa saja yang merugikan orang lain dan “mencederai martabat mereka sendiri”. Hendaknya kita mampu mengontrol emosi atau kekecewaan kita, meski rasa itu begitu berat.
Dua, diwartakan bahwa “Apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat”.
Dalam permenungan saya, Allah itu bagaikan konglomerat terbesar, “produsen utama” dan “pemilik bengkel, asesoris dan “pendaur ulang yang amat ahli”. Maka apa saja yang kelihatan buruk, murah dan tidak berarti dapat dibuat-Nya menjadi “sesuatu yang amat berharga”.
Maka, harta yang ditemukan orang di ladang, “dibela-belain” dibeli karena sangat istimewa. Diri kita ini adalah “harta Allah yang terkubur di kebun anggur-Nya”. Semoga, bila kita ditemukan, mereka akan berbahagia karena diri kita adalah harta karun yang berasal dari Allah”. Amin.
Mgr Nico Adi MSC