Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St Antonius Abas. Beliau lahir tahun 250 di sebuah kampung kecil di Mesir dan berasal dari keluarga yang sangat kaya. Karena terispirasi oleh teks ini: “Jika engkau ingin menjadi sempurna, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, lalu datanglah kemari dan ikutilah Aku”, dia memutuskan untuk mengikuti Yesus.
Hidup tapa yang dijalaninya membuat dia menjadi seorang pendoa yang ulung. Orang-orang datang kepadanya untuk minta bimbingan. Kemudian dia mendirikan pertapaan. Sebagai Abas dia memperhatikan kontemplasi dan meditasi tetapi juga melawan bidaah Arianisme. Antonius wafat tahun 356.
Dalam Ef 6: 10-13.18 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan para pemerintah, para penguasa, para penghulu dunia yang gelap ini, dan melawan roh-roh jahat di udara.
Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.
Matius dalam injilnya (Mat 19: 16-26) mewartakan: “Ketika itu, ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: “Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?
Hanya satu yang baik. Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah.” Tanya orang itu: “Perintah yang mana?” Kata Yesus: “Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Kata orang muda itu: “Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?” Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, hidup tapa membuat Antonius menjadi seorang pendoa yang ulung. Banyak orang datang dan meminta bimbingan kepadanya.
Bertapa (=menyepi, bersamadi dan hadir di hadapan Tuhan) bukan dengan sendirinya berarti melarikan diri dari realita karena takut menghadapi tantangan/kesulitan yang dihadapinya. Buah-buahnyalah yang akan membuktikan bahwa dia dipimpin oleh Roh Kudus atau oleh “ketakutan/kekecewaan”.
Mereka yang membawa damai, ketenangan dan sukacita, kerukunan dan kesatuan bagi sekalian orang yang berkehendak baik, adalah orang-orang yang dipimpin oleh Roh Allah.
Dua, Matius mencatat peristiwa ini: “Ketika murid-murid mendengar bahwa orang kaya sulit untuk masuk kerajaan Allah, sangat gemparlah mereka dan berkata: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?”
Mereka gempar (= terkejut/tidak puas/sanksi) terhadap penegasan Yesus tersebut karena memang kata-kata itu terasa amat keras bagi orang-orang yang kaya (=banyak hartanya).
“Harta” itu bisa berarti uang, aset, dan tabungan yang begitu banyak, tetapi juga bisa berupa “ide-ide, cerita-cerita fiktif, keyakinan-keyakinan tertentu, jimat-jimat, mantra-mantra, kuasa kegelapan, dan lain-lain” yang menghalangi rahmat dan kasih Allah masuk atau tinggal di dalam hatinya.
Banyak orang yang mengaku beriman Katolik dan tiap hari doanya khusyuk, tetapi ketika hendak meninggal jungkir balik dan sulit putus napas. Mengapa? Karena dia punya “pegangan” (jimat). Ketika semua itu dilepaskan, dengan dituntun untuk melepaskan dan pasrah kepada Tuhan, dia kemudian meninggal dengan tenang. “Kekayaan seperti itulah yang membuat orang sulit untuk masuk kerajaan Allah”. Amin.
Mgr Nico Adi MSC