Rancangan-Ku Bukanlah Rancanganmu

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yes 55:8-9)

 

Bulan April 2021 ini, Tuhan hadirkan seorang anak di rumah kami yang kami namai Rafael, anak yang awalnya kami yakini sebagai penggenapan janji Tuhan.

Mimpi tak seindah kenyataan, Rafael dilahirkan dalam kondisi berkebutuhan khusus yang dikenal dengan Down Syndrom, memiliki penyakit jantung bawaan dan mengalami penyumbatan di usus 12 jarinya. Sejak hari itu hidup kami terasa berubah 180 derajat.

Namun, kami tetap percaya akan rencana Tuhan bahwa semuanya baik, tetap berdoa dan berharap pada-Nya. Hingga pada akhirnya apa yang kami mohon untuk kesembuhan Rafael tidaklah terjadi. Tuhan justru mengambilnya dari kami.

Kami merasa semua itu tidak adil. Kami marah dan kecewa, pengen mutung. Benarkah Tuhan baik? Apa rencana-Nya? Kenapa banyak menguras air mata, pikiran dan perasaan?

Saya terus bertanya, namun belum mendapatkan jawaban. Bahkan seminggu berikutnya saya positif Covid-19. Itu belum selesai. Di tengah-tengah saya isolasi mandiri, anak saya yang pertama, Maria Gabriella Muliadi mengalami penurunan kesadaran dan terdiagnosa tumor otak. Tak beberapa lama, toko suami saya tutup sehingga suami saya tidak lagi mendapat penghasilan.

Hampir setiap hari, kami melihat anak kami, yang biasa dipanggil Gabby atau Ding Ding, dipasangi aneka macam alat secara bergantian. Anak kami harus operasi. Berkali-kali anak kami terkena paparan radiasi karena harus menjalani serangkaian cek medis. Kami pun harus bersahabat dengan situasi pandemi karena kami hampir lebih banyak di rumah sakit daripada di rumah.

Ilustrasinya, kami sudah jatuh, tertimpa tangga, ketimpuk batu. Tantangan terjadi bertubi-tubi dalam hidup kami dan rasanya kami sudah hampir gila dan tidak kuat lagi. Protes? Itu yang saya lakukan, saya bertanya, Tuhan kenapa ini terjadi pada hidupku? Kenapa Tuhan serasa mempermainkan aku? Saya pun pengen mundur dari pelayanan. Lah wong alasan saya jelas, setiap hari saya selalu menangis meratapi hidupku dan seolah-olah aku ditinggalkan oleh Tuhan.

Jika saat ini kami masih ada dan sanggup berjalan dalam “penderitaan”, itu semua karena rahmat Tuhan. Dia yang memampukan kami. Dia mengirimkan malaikat yang tak bersayap untuk mendampingi kami. Tuhan sediakan teman-teman di komunitas HOPE yang selalu mengingatkan kami. Jika saya mulai hilang ada saja yang menanyakan kabar, dan ujung-ujungnya jadi curhat.

Tuhan menyediakan keluarga yang selalu men-support kami. Ada banyak orang yang mencintai dan berdoa bagi Ding Ding, dari yang saya kenal sampai banyak pula yang tidak saya kenal. Tuhan menyediakan biaya pengobatan dari belas kasih tangan-tangan malaikat tak bersayap. Tuhan menunjukkan jalan terbaik untuk pengobatan Ding Ding, sampai Tuhan sediakan kami tempat tinggal di Tangerang secara gratis. Setiap Minggu kami menerima Tubuh Kristus. Tuhan menjaga kesehatan kami sekalipun kami harus terus di rumah sakit. Tuhan menjaga kesehatan adik-adik Ding Ding. Tuhan menjaga anak-anak di Rumah Cinta, tempat saya bekerja. Tuhan masih memberi saya kesempatan untuk hidup dan merawat Ding Ding. Tuhan memberi sukacita pada diri Ding Ding hingga saat ini ketika dia harus menjalani radioterapi.

Dari menggerutu sampai saya hanya bisa berkata, “apa yang saya perbuat untuk-Mu, Tuhan, sehingga kelimpahan kasih Kau berikan pada hidupku?” Aku tahu bahwa ini salib yang harus kuhadapi, namun aku mau percaya ada rencana yang indah  yang Tuhan sediakan untuk kami dan secara khusus untuk Ding Ding.

Di balik sebuah penderitaan ada banyak rahmat asal kita tetap setia berjalan dan terus berharap pada Tuhan. Kita tidak tahu mengapa semua harus terjadi. Jangan pernah berhenti untuk berharap! Jangan berhenti untuk melangkah sekalipun itu terasa berat! Tetaplah percaya bahwa semua tetap berada dalam genggaman tangan Tuhan dan tinggallah dalam harapan akan Dia!

Harapan adalah kata hati yang mengatakan “Tidak Mustahil” ketika seluruh dunia mengatakan “Mustahil”. Dan harapan itu ada dalam Yesus.

Veronica Olivia Soputro

 

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *