Renungan Harian 13 Desember 2021

Hari ini kita memperingati 1 orang kudus Santa Lucia-perawan dan martir.

Beliau lahir di Sirakusa, Sisilia, Italia abad ke-4. Sejak muda dia berniat untuk hidup suci murni.  Pada masa pemerintahan kaisar Diokletianus, orang-orang Kristen dikejar-kejar dan dibunuh. Situasi ini menjadi kesempatan emas bagi para pemuda kafir untuk melamar Lucia sehingga merek bisa menyelamatkan dia.

Lucia menolak semua lamaran itu sehingga dia dibenci lalu ditangkap, dan akhirnya dibunuh.

Dalam 2 Kor 10: 17 – 11: 2  Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan, sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.

Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! Aku cemburu kepadamu dengan cemburu ilahi, karena aku telah mempertunangkan kamu untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Matius dalam injilnya (Mat 25: 1-13) mewartakan Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada orang banyak. Kerajaan Sorga seumpama 10 gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan 5 bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.

Karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!

Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.

Waktu mereka sedang pergi untuk membeli minyak, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Lalu datang juga 5 gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.

Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Lucia sejak muda telah bertekad untuk hidup suci murni. Tekad itu terjadi/terbentuk karena pengenalan/contoh teladan/cerita tentang keimanan melalui orangtuanya atau orang lain, atau cara-cara yang khusus.  Kesan dan benih iman itu tertanam di dalam dirinya lalu tumbuh dan berkembang.

Pada masa sekarang ini, meski dunia, masyarakat kita, orangtua dan diri kita “sibuk dengan urusan duniawi dan pelbagai hal lain yang menyesakkan dada”, Allah tetap mampu memanggil orang-orang muda untuk membaktikan diri dengan hidup suci murni bagi-Nya. Bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Dua, 5 gadis bodoh mengalami nasib buruk/hidup sengsara justru pada saat “pengantin datang”, yaitu ketika segala sesuatunya sudah tidak mungkin ditunda lagi.

Maka, berjaga-jaga dengan tetap mempunyai bekal/cadangan yang cukup amatlah diperlukan. Orang-orang yang demikian ini adalah orang-orang yang telah memikirkan dan menyediakan bekal untuk masa depan yang bahagia. Semoga kita termasuk dalam kelompok mereka ini. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *